Bupati Kutai Timur H Ismunandar, saat membuka sosialisasi sistem penilaian terpadu kemampuan baca dan tulis alquran diruang Meranti (Foto: Wak Hedir Humas)
SANGATTA – Agar anak usia 0 – 12 tahun memiliki kemampuan baca tulis Alquran yang baik, Dinas Pendidikan Kutim bekerjasama dengan guru – guru agama dan Tempat Pendidikan Alquran (TPA), menggelar sosilaisasi “Sistem Penilaian Terpadu Kemampuan Baca dan Tulis Alquran”.
Sebanyak 200 guru agama dan TPA yang ada di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan dilibatkan dalam sosialisasi ini. Semua berkumpul mendengarkan materi diruang Meranti, Sekretariat Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Selasa (10/9/2019. Kegiatan yang digelar sehari ini, dibuka Bupati Kutim H Ismunnadar.
Walaupun sasaran kegiatan ini adalah anak usia 0-12 tahun, namun pelaksananya nanti adalah para guru agama dan Tempat Pendidikan Alquran (TPA) yang ada di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan.
Program tersebut menurut Ismu, sangat menarik. Sebab, bukan tidak mungkin ada saja orang tua yang tidak memperhatikan kemampuan anak -anak membaca alquran atau tulis alquran.
“Ini sangat menarik, karena dipendidikan umum 4 jam pendidikan agama. Tetapi tidak ada membaca alqurannya. Kemudian, adapula orang tua kurang memperhatikan dan tidak menyuruh anaknya ke TPA/TPI,” sebut Ismu saat membuka kegiatan tersebut.

Sebab, lanjut Ismu, jika hanya mengharapkan pendidikan agama dari sekolah saja, maka begitu lulus SD atau SMP, akan buta aksara alquran. Untuk suksesnya program ini, juga dibutuhkan kerjasama dengan orang tua.
“Baik orang tua dan anak-anak, harus saling memberi bagaimana dorongan, agar anak – anak ini saat lulus paling tidak mampu baca alquran,” tutur Ismu.
Untuk kemampuan baca alquran, Ismu mengimbau, agar anak – anak kelas empat Sekolah Dasar (SD) dites. Apakah sudah bisa membaca alquran atau belum. Jika belum, harus ditingkatkan pendidikan agamanya, khususnya dalam membaca alquran.

Sementara itu, Plt Dinas pendidikan Kutim, Roma Malau mengatakan tujuan kerjasama dengan guru TPA dan guru agama, agar dapat membangun karakter anak – anak. Dimana anak usia 0 – 12 tahun adalah merupakan usia emas. Karena, tidak semua anak didik bisa dibimbing ataupun diarahkan oleh orang tua.
“Kita semua punya tanggung jawab, baik pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, masyarakat. Khususnya bapak/ibu ustazah dan ustadz, pendidikan moral adalah hal yang terutama dan utama ada ditangan bapak/ibu.
Oleh karena itu, sambung Roma, meminta kerjasama dengan kementerian agama, supaya memberikan yang terbaik, membina sumberdaya unggul, khususnya untuk karakter. Sesuai dengan amanah UU, bahwa manusia seutuhnya adalah manusia yang berkarakter, bermoral dan beratitut.(hms15)