GENJOT KAJIAN: Rumusan data arkeologi di Gunung Gergaji dibahas dalam mengungkap kelanjutan kajian Karst Sangkulirang Mangkalihat menuju warisan dunia. Narasumber dan peserta seminar hasil kajian potensi cagar budaya tampak berfoto bersama. (Foto: Irfan Humas)
SANGATTA – Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Kaltim melaporkan hasil kajian penelitian terbaru di Goa Karst Tepian Karim, Tewet, dan Pindi Kawasan Pegunungan Gergaji di Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Bulan Agustus-September lalu. Ada beberapa rumusan arkeologi dibahas oleh beberapa narasumber diantaranya oleh Kepala Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Kaltim Budi Istiawan, Dosen ITB Bandung Pindi Setiawan, hingga perwakilan tim kajian BPCB Kaltim Stevanus. Kegiatan ini pun turut dihadiri Sekretaris Dinas Kebudayaan (Disbud) Kutim Nurullah di Room Pelangi Hotel Royal Victoria, Rabu (13/11/2019).
Kepala Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Kaltim Budi Istiawan mengatakan sejumlah kajian tindak lanjut potensi cagar budaya di Gunung Gergaji ditemukan setelah tim BPCB melakukan penggalian situs mulai dari ceruk karim, tewet, dan pindi.
“Tim selama dua bulan melakukan penelitian sejauh mana potensinya membantu kita pengembangan destinasi wisata budaya. Mimpi untuk kawasan Sangkulirang Mangkalihat menjadi warisan dunia terus kita genjot pasalnya kelasnya bukan hanya kabupaten tapi sudah dunia,” jelasnya.

Budi menambahkan dari lanjutan kajian ini mempercepat pembentukan Surat Keputusan (SK) tim pengusulan Sangkulirang Mangkalihat sebagai warisan dunia dengan cara memprovokasi ke Pemkab Kutim maupun pusat.
“Sinergitas dengan pemerintah dapat mempermudah percepatan kawasan arkeologi ini bisa jadi warisan dunia. Selanjutnya pembentukan management plan dan konsultasi dengan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya,” paparnya.
Perwakilan Tim Kajian Penelitian BPCB Kaltim Stevanus mengutarakan tim menemukan potensi cagar budaya baru seperti mulai dari gambar dan keunikan cap tangan di tiga kawasan Gunung Gergaji. Tidak hanya itu ada sejumlah sisa-sisa peninggalan kehidupan prasejarah masa lalu.
“Sejumlah data arkeologi itu kita dapat dengan melakukan ekskavasi (penggalian yang dilakukan di tempat yang mengandung benda purbakala). Hasilnya tim bisa merekontruksi sejarah gua dan mengungkap pemahaman tentang evolusi manusia prasejarah ribuan tahun lalu. Ada usulan kedepan ke Pemkab Kutim bisa mendirikan museum arkeologi,” katanya.
Sementara itu, menurut Sekretaris Disbud Kutim Nurullah dari dialog ini Pemkab Kutim melalui Disbud terus berupaya bekerja sama dalam mengkaji potensi cagar budaya yang di dukung dengan undang- undang No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya termuat pada Pasal 31 Ayat (1) bertujuan melakukan identifikasi dan klasifikasi terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
“Selama proses pengkajian, benda, bangunan, struktur, atau lokasi hasil penemuan atau yang didaftarkan, dilindungi dan diperlakukan sebagai cagar budaya dapat tergali dan bisa di jadikan warisan dunia apalagi Pulau Kalimantan yang cukup besar ini, belum mempunyai ikon warisan dunia. Sangkulirang Mangkalihat ini bakal menjadi warisan dunia UNESCO, sudah barang tentu hal ini akan membuat peluang besar bagi kawasan ini menjadi tempat pariwisata alam dunia yang mampu menyedot wisatawan luar maupun dalam negeri untuk datang ditempat tersebut,” ujarnya.

Nurullah menambahkan mengucapkan terima kasih BPCB Kaltim terus berkomitmen untuk terus bekerja keras melakukan kajian dan meneruskan hasil kajian konservasi yang dilakukan tim mengurangi kerusakan gambar dalam gua.
“Dedikasi besar lewat perjuangan melelahkan. Dimulai dengan perjalanan darat bemobil selama 8 jam dari Samarinda ke Bengalon. Dilanjutkan berperahu melalui Sungai Bengalon menuju Sungai Marang yang menjadi objek kajian potensi cagar budaya yakni Gua Tewet, Gua Karim, dan Gua Pindi. Kerja sama pada aspek kebudayaan ini, dapat berlangsung secara kontinu dan periodik. Singkat harapan adalah kemajuan di sektor budaya di Kutim,” tutupnya. (hms13)