Saat salah seorang masyarakat Kutim di Operasi Katarak yang digelar KPC. (Foto: Ist)
SANGATTA- Sebagai mitra dari Pemkab Kutim, PT Kaltim Prima Coal (KPC) kerap melaksanakan program sosial kemasyarakatan. Teranyar 7 Desember 2019 lalu, PT KPC sukses menggelar kegiatan bhakti sosial operasi katarak gratis untuk masyarakat Kutim. Kegiatan yang dipusatkan di Puskesmas Rantau Pulung ini, berhasil menyembuhkan 46 orang pasien.
Sukses kegiatan ini tak lepas berkat kolaborasi antara KPC, Persatuan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI) Kaltimra dan Pemkab Kutim melalui Dinas Kesehatan. Kegiatan ini merupakan program corporate social responsibility (CSR).
Acting Superintendent Community Health and Education (CHE) KPC Budi Santoso mengatakan kegiatan seperti ini sudah mulai digelar KPC sejak 2003 silam. Tujuannya agar para penderita buta mata katarak bisa pulih kembali. Sehingga bisa bekerja dengan mata sehat lagi.
“Kita harapkan pasien bisa sembuh dan produktif kembali,” kata Budi.

Menurut dia, melalui program bakti sosial ini, KPC sejak 2003 silam telah berhasil memulihkan 611 pasien. Program operasi buta katarak merupakan salah satu program CSR KPC dalam bidang kesehatan masyarakat. Masih banyak program lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas antara lain operasi bibir sumbing dan luka bakar, pendampingan pasien TB, program HIV/AIDS. Program peningkatan gizi balita, PERGIZI dan lainnya.
“Diharapkan, program-program tersebut bisa meningkatkan derajat kehidupan masyarakat yang pada gilirannya bisa produktif dan mandiri pascatambang,” tambahnya.
Nurkholish, Kasi P2PTM Dinas Kesehatan, mewakili kepala dinasnya menambahkan, Pemkab Kutim dan KPC menggelar operasi katarak dengan maksud membebaskan masyarakat dari kebutaan.
“Misi dari kegiatan ini agar membebaskan masyarakat Indonesia, khususnya Kutai Timur dari kebutaan,” kata Nurkholis.

Sudiansyah, petani asal Rantau Pulung yang merupakan salah satu pasien operasi katarak tahun 2019 mengaku, tak bisa bekerja lagi setelah matanya mengalami buta katarak. Ia berharap setelah sembuh, bisa bekerja lagi sehingga tidak menjadi beban lagi istri dan anak-anaknya.
“Saya tidak bisa melihat lagi pak. Saya harap setelah ini bisa melihat sehingga bisa bekerja lagi,” kata Sudianyah.
Hal senada disampaikan Sello, Ibu Rumah Tangga dari Sangatta Selatan. Setelah tiga bulan menderita katarak, Sello mengakui, tak bisa mengurus diri sendiri.
“Selama tidak bulan menderita katarak ini, saya bahkan tidak bisa mengurus diri sendiri. Apalagi memasak dan urusan rumah tangga lainnya, tak sanggup karena tidak bisa melihat sama sekali,” kata Sello.
Ia berharap, setelah operasi selesai, bisa melihat seperti sediakala sehingga bisa beraktivitas normal. “Saya ingin melihat lagi sehingga bisa bekerja seperti semula,” kata Sello. (*/hms3)