Beranda Kutai Timur Kelas KIA Tenaga Kesehatan Garapan Dinkes Kutim – Upaya Tingkatkan Cakupan dan...

Kelas KIA Tenaga Kesehatan Garapan Dinkes Kutim – Upaya Tingkatkan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Balita

466 views
0

SANGATTA- Dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024 menetapkan penurunan angka kematian bayi (AKB) dan Stunting sebagai salah satu prioritas. Salah satu indikator standar pelayanan minkmal (SPM) yang harus dicapai dalam peningkatan pelayanan kesehatan balita adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, imunisasi, pemberian vitamin A, dan pelayanan balita sakit melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Demi meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan balita, salah satu strategi yang digunakan adalah pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan pelaksanaan Kelas Ibu Balita. Sehubungan hal itu, Dinas Kesehatan Kutai Timur (Dinkes Kutim) menggelar Kelas Ibu dan Balita. Kegiatan bagi tenaga kesehatan ini dihelat di Hotel Royal Victoria, sejak 8-11 Juni 2022.

“Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan balita. Hal ini selaras dengan Perpres Nomor 60 tahun 2013 tentang Perkembangan anak usia dini, holistik intergratif. Permenko PMK Nomor 1 tahun 2019 tentang Sub Gugus Tugas PAUD HI dan diluncurkannya rencana aksi nasional pembangunan anak usia dini, holistik terintegratif 2020 – 2024,” kata Kadinkes dr Bahrani ditemui disela-sela kegiatan.

Dia menambahkan, kelas ibu balita ini sebagai sarana mendampingi ibu balita menggunakan Buku KIA dalam  meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan balita. Melalui kelas ibu, diharapkan ibu balita dapat lebih memahami dan mengimplementasikan isi dari Buku KIA. Buku KIA, merupakan buku yang berisi informasi kesehatan mengenai ibu dan anak. Buku yang biasa disebut “Buku Pink” ini memuat catatan ibu mulai dari kehamilan, persalinan dan nifas. Selain mengenai informasi ibu, buku KIA juga berisi catatan informasi anak (bayi baru lahir hingga usia 6 tahun). Bukan hanya itu, buku pink ini juga berisi berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.

Pada pelaksanaannya, masyarakat belum memanfaatkan secara maksimal fungsi dan kegunaan buku pink tersebut. Padahal buku tersebut sangat penting untuk memantau kesehatan ibu, bayi sampai anak berusia enam tahun. Untuk itu perlu adanya edukasi dan keterlibatan seluruh elemen masyarakat, peran dari organisasi profesi kepada masyarakat. Agar mengerti pentingnya buku KIA dalam pemanfaatannya secara optimal.

Data Sirkesnas 2016 menunjukkan terdapat keterkaitan antara kepemilikan buku KIA dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Bayi dari ibu yang memiliki buku KIA juga lebih banyak mendapat imunisasi dasar lengkap. Selain itu, buku ini juga berperan dalam penurunan angka kematian bayi dan balita. Pada akhirnya dapat disimpulkan buku KIA berdampak positif pada perubahan perilaku.

“Data Riskesdas 2018 menunjukkan kepemilikan buku KIA pada balita Indonesia 65,9 persen dan Kaltim 77,6 persen. Berdasarkan dasar kebijakan dan data-data tersebut maka Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur memandang perlu menindak lanjuti hal tersebut dalam bentuk Pertemuan Kelas Ibu Balita,” tambah Bahrani.

Kabid Kesmas Dinkes Kutim Adianto Hermawandi menambahkan pernyataan atasannya bahwa Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu (kelas ibu hamil dan kelas ibu balita) merupakan salah satu indikator kesehatan yang dipantau oleh Kantor Staf Presiden dan harus dilaporkan setiap 3 bulan sekali. Kelas ibu hamil dan kelas ibu balita harus dilaksanakan oleh Puskesmas minimal di 50 persen desa yang ada di wilayah Puskesmas. Setelah pertemuan kelas ibu balita diharapkan pengelola program kesehatan anak dan pengelola program anak (kelas balita) di Puskesmas tersosialisasi tentang kelas balita, kemudian terbentuk kelas ibu balita di Puskesmas serta terlaksananya kelas Balita.

“Tujuan khususnya adalah tersosialisasikan pelaksanaan kelas ibu balita kelompok rentan di  21 Puskesmas. Tersedianya fasilitator kelas ibu balita di Puskesmas serta terbentuknya kelas ibu balita di wilayah kerja Puskesmas, di 21 Puskesmas. Yaitu PAUD, penitipan anak, kelurahan/desa, hingga RT,” jelas Adianto Hermawandi.

Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Puskesmas dan Pusban (Puskesmas Pembantu). Maka dari itu melibatkan peserta dari 21 Puskesmas. Masing-masing Puskesmas mengirimkan satu orang penanggung jawab/pengelola program kelas Balita. Mendatangkan narasumber dan fasilitator yakni Fit Nawati, SKM. M.Kes dan ibu Nurasiyah, S.Kep. Ners, dari dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Pertemuan Kelas Ibu Balita dilaksanakan selama tiga hari dengan metode pembelajaran orang dewasa yang diberikan dalam bentuk ceramah, tanya jawab secara aktif, diskusi. Materi pertemuan pelaksanaan Kelas Ibu Balita berpedoman pada pedoman kelas ibu balita menggunakan lembar balik kelas ibu balita dan Buku KIA. Pelaksanaan kegiatan meliputi pre dan post test, pembelajaran serta rangkuman dan rencana tindak lanjut. (kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini