Beranda Pariwisata Desa Tepian Langsat Suksesi Sail Sangkulirang 2024 – Dipaparkan di FGD Pembangunan Kawasan...

Desa Tepian Langsat Suksesi Sail Sangkulirang 2024 – Dipaparkan di FGD Pembangunan Kawasan Potensial

423 views
0

FGD : Bupati Ardiansyah Sulaiman membuka acara FGD, yang diikuti ratuan peserta dan menghadirkan para narasumber berkompeten. (Foto Ronall J Warsa Pro Kutim)

SANGATTA – Gunung Beriun, Gunung Tandoyan, Goa Tapak Lima Jari, Wisata Batu Aji, Air Terjun Simpang Makanying, Danau Padang, hingga Sumur Bual-Bual. Ketujuh objek wisata tersebut merupakan kekayaan wisata alam, yang dimiliki Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon. Dengan semua kelengkapan tersebut, masihkah pembaca meragukan bahwa Kutai Timur (Kutim) ? Menganggap daerah ini tidak memiliki potensi pengembangan pariwisata ?

Itu baru satu desa di satu kecamatan, padahal masih banyak desa dari 18 kecamatan yang tersebar di pedalaman hingga pesisir Kutim. Dengan beragam keindahan potensi wisata alam maupun kultur adat istiadat yang dapat mendukung kemajuan dan kemandirian desa. 

Ternyata berbicara perihal Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kabupaten Kutim merupakan daerah penyangga paling siap. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat di IKN, dalam sektor pariwisata. Termasuk pula menunjang sektor-sektor lainnya mulai dari perkebunan, pertanian, pertambangan, perikanan dan kelautan serta hal-hal penunjang lainnya. 

Paparan : Kades Tepian Langsat Zeky Hamzah (kanan berdiri) memberikan paparan mengenai potensi pariwisata desanya, pada Bupati dan tamu undangan lainnya.(Foto Ronall J Warsa Pro Kutim)

Bupati Ardiansyah Sulaiman mengaku kagum dengan pemaparan Kepala Desa Tepian Langsat Zeky Hamzah dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang berlangsung di Ruang Meranti, Sekretariat Kabupaten Kutim pada Kamis (21/07/2022). Kegiatan tersebut membahas tentang Pembangunan Kawasan Potensial di Desa Tepian Langsat di Kecamatan Bengalon dalam Suksesi Sail Sangkulirang 2024.

“Saya kenal Beliau saat peletakkan batu pertama SDIT pertama kali dengan Kades Zeky Hamzah, di Km 115 pada tahun lalu. Begitu saya dengar pidatonya sebagai Kades, ini memang orang hebat. Ternyata dibuktikan dengan pola pikirnya yang luar biasa, ini kita saksikan dalam pemaparannya di FGD,” ujar Bupati, disambut tepuk tangan meriah tamu undangan.

Orang nomor satu di Kutim ini mengingatkan semua pihak, bahwa sektor pariwisata memiliki potensi luar biasa. Jika mampu dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk desa dan berdampak besar bagi Kabupaten hingga Negara. 

Cermat : Pembangunan Kawasan Potensial begitu menggairahkan semua elemen untuk membangkitkan sektor pariwisata di Kutim, dengan mencermati berbagai upaya yang menggerakan arah tujuan bersama. (Foto Ronall J Warsa Pro Kutim)

Termasuk turut menggairahkan upaya pembangunan ekonomi daerah dengan mengacu pada Pemerintah Pusat. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2020 terkait Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Bupati menyebutkan, Presiden RI dalam upaya pemulihan ekonomi mendorong UMKM, Koperasi, hingga Home Industry untuk bangkit dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Termasuk upaya pemerintah mendorong agar menggunakan empat puluh persen produk asli daerah atau lokal. Maka dirinya memerintahkan semua OPD untuk memanfaatkan perihal tersebut.

“Penyumbang devisa terbesar di Indonesia pada urutan pertama adalah kelapa sawit, kedua adalah pariwisata. Oleh karenanya Kutim adalah Magic Land mengingat semua potensi ada, baik dari bawah laut, laut, hingga daratan. Apa yang menjadi penyumbang devisa bagi negara, Kutim memilikinya. Bahkan ditenggarai, manusia tertua di dunia ada di Kutim dengan peninggalan cap tapak tangan manusia purba,” jelas Bupati.

Pemkab Kutim hingga hari ini, hanya mengizinkan dibukanya tambang batu bara dan minyak bumi. Padahal sejatinya ada hasil bumi lainnya yang tidak kalah menggiurkan serta jauh bernilai tinggi jika di eksploitasi. Seperti emas hingga biji besi. Namun dalam perkembangannya perkebunan kelapa sawit dan pariwisata terus digiatkan pemerintah, hingga mencapai titik keseimbangan yang mapan.

“Kenapa tidak dibuka, itu nanti pada saat 500 tahun yang akan datang. Biar anak cucu kita yang menikmatinya. Hari ini saja, kita telah menikmati hasil dari perkebunan kelapa sawit dan pariwisata. Agar tetap terjaga keindahan alam hingga masa depan,” ujarnya. (kopi5/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini