SANGATTA – Sekitar 50 mahasiswa dari tiga perguruan tinggi di Sangatta, Kutai Timur (Kutim) antusias mengikuti sosialisasi pencegahan dini yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kutim pada Senin (23/9/2024). Acara yang berlangsung di Teras Belad, Sangatta Selatan, ini dihadiri oleh mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE), Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta (STAIS) dan Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER).
Dengan tema “Persiapkan Pemuda Menjadi Agent of Change”, sosialisasi ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi berbagai tantangan di era modern yang semakin kompleks. Para peserta tak hanya mendapatkan wawasan baru, tetapi juga didorong untuk berperan aktif dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama menjelang Pilkada dan Pilgub 2024.
Acara tersebut dipandu oleh Muhammad Yusufsyah selaku moderator dan menghadirkan empat narasumber yang kompeten di bidangnya. Jurnalis Qadlie Fachruddin Sulaiman, Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Khoirul Arifin, akademisi Romdani Mubarok, serta psikolog Sadiyah Turrohmah, membagikan pandangan mereka terkait tantangan yang dihadapi pemuda saat ini.
Muhammad Yusufsyah, yang juga Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional di Kesbangpol Kutim menyampaikan bahwa pesatnya perkembangan teknologi informasi dan media sosial memiliki dampak besar terhadap mentalitas dan karakter generasi muda.
Kepala Badan Kesbangpol Kutim Tejo Yuwono, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Yusufsyah, menyebutkan bahwa media sosial tak hanya membawa pengaruh positif tetapi juga menimbulkan ancaman serius.
“Generasi muda kita sedang berada di persimpangan. Di satu sisi, mereka adalah harapan bangsa, namun di sisi lain, mereka sangat rentan terhadap pengaruh negatif yang muncul dari media sosial. Terutama, potensi radikalisme yang bisa menghancurkan persatuan kita,” ujar Tejo.
Tejo menekankan bahwa peran pemuda sangat krusial dalam menjaga keutuhan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya, kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai bahaya radikalisme, intoleransi. Serta degradasi moral akibat paparan konten negatif di media sosial. Selain itu, sosialisasi ini diharapkan dapat membentuk kesadaran bagi pemuda akan pentingnya menjaga persatuan dan nilai-nilai Pancasila.
Narasumber lain Khoirul Arifin, menyoroti pentingnya peran aktif pemuda dalam pencegahan dini terhadap ancaman disintegrasi bangsa. Menurutnya, pemuda yang melek teknologi harus mampu memanfaatkan media sosial secara positif dan menggunakannya sebagai alat untuk memperkuat solidaritas nasional.
“Media sosial tidak selamanya buruk, namun kita harus bijak dalam menggunakannya. Pemuda harus mampu menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan dan menjaga persatuan,” tegas Khoirul.
Sementara itu, akademisi Romdani Mubarok menekankan perlunya pemahaman kritis terhadap informasi yang beredar di internet. Ia menjelaskan bahwa era digital yang terus berkembang membuat informasi lebih mudah diakses, namun juga rentan terhadap penyalahgunaan. Pemuda, lanjutnya, harus bijak dalam memilah mana informasi yang dapat memperkuat rasa kebangsaan dan mana yang justru dapat merusaknya.
Psikolog Sadiyah Turrohmah melengkapi pandangan tersebut dengan menekankan bahwa kesehatan mental generasi muda harus dijaga agar tidak mudah terpengaruh oleh konten negatif di media sosial. Menurutnya, rasa percaya diri dan identitas diri yang kuat menjadi modal utama untuk menghadapi tantangan zaman.
Acara yang berlangsung dari pagi hingga sore ini diakhiri dengan seruan dari Kepala Badan Kesbangpol, Tejo Yuwono. Ia mengajak para peserta untuk memanfaatkan masa muda dengan hal-hal positif dan menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing.

“Pemuda adalah masa depan bangsa. Manfaatkan usia muda dengan kegiatan positif yang membawa kebaikan. Jadilah agen perubahan yang mampu menjaga persatuan dan kesatuan NKRI,” tutup Tejo dengan tegas.
Sosialisasi ini merupakan salah satu langkah nyata dari Pemkab Kutim untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah tantangan era digital. Dengan pemuda yang kritis, cerdas, dan berwawasan luas, diharapkan Indonesia dapat melangkah mantap menuju cita-cita Indonesia Emas 2045. (kopi8/kopi3)