Beranda Kutai Timur Kutim Siap Gelar MTQ Kaltim ke-45 Bersama “Ella dan Guin”, Maskot Sawit...

Kutim Siap Gelar MTQ Kaltim ke-45 Bersama “Ella dan Guin”, Maskot Sawit Simbol Syiar Islam dan Ekonomi

115 views
0

Asisten Pemkesra Poniso Suryo Renggono dalam pemaparan maskot MTQ ke-45. Foto: Miftah/Pro Kutim

SANGATTA — Di tengah persiapan menuju Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-45 Tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang akan digelar pada 14–18 Juli 2025, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menampilkan langkah unik dan visioner. Lewat sebuah kegiatan ekspos resmi yang digelar Selasa, (6/5/2025) di Ruang Meranti Kantor Bupati, publik diperkenalkan pada maskot resmi MTQ. Sepasang tokoh kartun bernama Ella dan Guin. Bukan sekadar boneka lucu, keduanya menyimpan pesan filosofis yang dalam. Mewakili kelapa sawit sebagai simbol kekuatan ekonomi sekaligus spiritualitas Islam.

Kelapa sawit bukan tanaman endemik Kalimantan, namun di tangan masyarakat Kutim, ia tumbuh menjadi tulang punggung ekonomi yang kokoh. Diperkenalkan oleh Asisten Pemkesra Seskan Kutim Poniso Suryo Renggono mewakili Bupati, pasangan maskot itu diambil dari nama latin kelapa sawit Elaeis Guineensis Jacq. Sebuah pilihan yang sarat makna dan data.

“Kelapa sawit mendukung program pendidikan, kesehatan, membuka lapangan kerja, hingga mengurangi kemiskinan. Ia menjadi kekuatan nyata dalam membangun Kutai Timur menuju ekonomi hijau,” ujar Poniso saat memaparkan makna di balik maskot Ella dan Guin.

Faktanya, hingga akhir tahun 2024, luas perkebunan kelapa sawit di Kutim telah mencapai 528.914 hektare. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) tercatat sebesar 8.978.819 ton, dengan Crude Palm Oil (CPO) mencapai 2.057.335 ton. Angka-angka ini menjadikan Kutim sebagai salah satu kontributor penting dalam perekonomian hijau berbasis agribisnis di Indonesia Timur.

Namun, ekspresi dari Ella dan Guin bukan hanya ekonomi semata. Ia juga mencerminkan nilai-nilai spiritual yang melekat erat dalam pelaksanaan MTQ. Poniso mengaitkan simbol sawit ini dengan tiga Asmaul Husna. Yaitu Al Qawiyyu (Maha Kuat), As Salaam (Maha Memberi Kesejahteraan), dan Al Wahhaab (Maha Pemberi Karunia). Sawit, dalam pandangannya, menjadi representasi berkah Tuhan yang seharusnya disyukuri dan dijaga keberlanjutannya.

Tak hanya itu, dua ayat suci pun dikutip sebagai landasan spiritual penyelenggaraan MTQ ini. Surat Ibrahim ayat 7 yang mengingatkan agar umat senantiasa bersyukur atas nikmat, dan surat Al-Jumu’ah ayat 10 yang mendorong umat bekerja keras sembari tetap bertakwa.

“Kehadiran Ella dan Guin bukan sekadar mempercantik pelaksanaan MTQ. Mereka adalah representasi kekayaan alam, semangat kebersamaan, dan identitas khas Kutim,” tegas Poniso.

MTQ ke-45 ini diharapkan tak hanya menjadi ajang lomba membaca Al-Qur’an, tetapi juga momentum syiar Islam yang mengakar pada realitas lokal. Kutim, melalui simbol sawit dan semangat Ella dan Guin, ingin menunjukkan bahwa dakwah bisa bersanding dengan ekonomi, bahwa syiar bisa berjalan seiring dengan pembangunan.

Langkah Kutim ini juga dapat dibaca sebagai bagian dari upaya membangun narasi daerah yang inklusif dan membumi. Bahwa kearifan lokal tak selalu berupa tradisi lama, tetapi juga bisa hadir dalam bentuk inovasi, simbol visual, hingga strategi komunikasi yang kontekstual. Di tengah tantangan global seperti krisis iklim dan ketimpangan sosial, pilihan menjadikan kelapa sawit sebagai simbol MTQ bukan tanpa risiko, namun justru memperlihatkan keberanian dalam meramu dakwah dan data.

Dengan persiapan teknis dan dukungan penuh dari berbagai elemen, Kutim kini siap menjadi tuan rumah MTQ Kaltim ke-45 yang bukan hanya meriah, tetapi juga bermakna. MTQ kali ini bukan hanya tentang lantunan ayat-ayat suci, tapi juga tentang bagaimana membumikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

Dalam diri Ella dan Guin, Kutim menanam harapan bahwa kelapa sawit tidak hanya bisa menyejahterakan, tetapi juga menginspirasi dan menyatukan. (kopi5/kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini