SANGATTA – Aula SMK Negeri 2 Sangatta Utara tampak lebih semarak dari biasanya, Selasa (14/5/2025). Ratusan wajah muda berseri-seri, sebagian di antaranya duduk berdampingan dengan orang tua mereka. Sebanyak 300 siswa dari tiga sekolah kejuruan, yakni SMK Negeri 2 Sangatta Utara, SMK Muhammadiyah dan SMK Nurul Hikmah, resmi menerima beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) Aspirasi tahap 1 dan 2 tahun 2024, bantuan yang diinisiasi oleh Dr Ir Hetifah Sjarifudin MPP, Ketua Komisi X DPR RI dari Daerah Pemilihan Kalimantan Timur (Kaltim).
Bukan sekadar seremoni formal, kegiatan ini sekaligus menjadi ruang sosialisasi arah kebijakan pendidikan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) tahun 2025. Wakil Bupati Kutim Mahyunadi mewakili Bupati hadir langsung memberikan sambutan penuh semangat sekaligus gambaran besar tentang program pendidikan daerah yang kini tengah dikembangkan.

“Beasiswa ini bukan hanya angka dalam buku anggaran. Ini adalah harapan yang menyala bagi keluarga-keluarga di Kutai Timur,” ujar Mahyunadi, yang dalam sambutannya berkali-kali mengajak orang tua untuk terlibat lebih dalam dalam pendidikan anak-anak mereka. Di hadapan para siswa dan orang tua, Mahyunadi menjelaskan arah kebijakan pendidikan daerah lewat program unggulan “Kutim Tuntas.” Program ini dirancang untuk memastikan keberlanjutan pendidikan dari tingkat paling dasar hingga jenjang perguruan tinggi.
“Kami tidak ingin ada yang berhenti sekolah karena biaya. Kami ingin semua anak-anak kita selesai, tuntas, dengan bekal pendidikan yang kuat,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Mahyunadi juga mengungkapkan rencana kerja sama Pemkab Kutim dengan Universitas Sampoerna, terutama dalam pengembangan kapasitas siswa dan peningkatan mutu pendidikan. Ia menyebut kunjungannya ke kampus tersebut sebagai langkah awal membangun jembatan antara daerah dan pusat keunggulan pendidikan nasional.
“Bayangkan jika anak-anak kita bisa belajar dari institusi yang telah terbukti menghasilkan lulusan berkualitas. Ini bisa mengubah mereka dari ‘zero to hero’, dari Sangatta ke panggung nasional bahkan global,” ucap Mahyunadi, disambut tepuk tangan.
Tak berhenti di situ, Mahyunadi juga menyuarakan aspirasinya untuk mentransformasi Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Kutim dan Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta (STAIS) menjadi universitas penuh. Baginya, peningkatan status dua kampus tersebut bukan hanya prestise, melainkan kebutuhan strategis untuk menyediakan pendidikan tinggi berkualitas di daerah sendiri.
“Kita punya potensi, kita punya sumber daya. Tinggal kita satukan niat dan strategi agar kampus lokal ini bisa menjelma menjadi universitas kebanggaan daerah,” tegasnya.

Namun, bagi Mahyunadi, secanggih apa pun program pemerintah, tak akan berhasil tanpa peran serta orang tua. Ia mengajak para hadirin untuk aktif mendampingi anak-anak mereka, tidak sekadar menyerahkan urusan pendidikan kepada sekolah.
“Anak-anak kita tidak butuh orang tua yang sempurna. Mereka hanya butuh orang tua yang hadir. Mari kita duduk di samping mereka, temani proses belajarnya, beri motivasi saat jatuh, rayakan saat mereka berhasil,” pungkasnya.
Program PIP Aspirasi dari Hetifah menjadi bentuk nyata dukungan legislatif terhadap pemerataan akses pendidikan. Beasiswa ini diperuntukkan bagi siswa dari keluarga kurang mampu agar tetap bisa melanjutkan pendidikan hingga tamat sekolah.
“Pendidikan adalah tangga mobilitas sosial. Dengan adanya beasiswa PIP, kami ingin memastikan tidak ada anak Kutai Timur yang tertinggal hanya karena hambatan biaya,” tutur Hetifah dalam pernyataan tertulisnya yang dibacakan panitia.
Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, alokasi PIP Aspirasi dari anggota DPR RI seperti Hetifah telah menjangkau ribuan siswa setiap tahunnya di seluruh Indonesia, dan Kutim menjadi salah satu penerima manfaat terbesar di Kaltim.
Acara kemudian ditutup dengan penyerahan simbolis buku tabungan dan sertifikat penerima PIP oleh perwakilan sekolah, orang tua, serta unsur pemerintah daerah. Beberapa orang tua tampak menahan haru, sementara siswa-siswa menyimpan raut semangat yang baru. Dari Sangatta, harapan tumbuh dalam senyap. Lewat beasiswa dan kerja bersama, mereka meniti tangga masa depan. Tak hanya pintar, tapi juga pantas bermimpi lebih tinggi. (kopi5/kopi3)