Beranda Kutai Timur Disperindag Kutim Temukan Kios Terbengkalai dan Pedagang Liar Masih Marak di Pasar...

Disperindag Kutim Temukan Kios Terbengkalai dan Pedagang Liar Masih Marak di Pasar Sangsel

97 views
0

Momen sidak di Pasar Sangsel, Disperindag Kutim temukan pedagang berjualan di bahu jalan dan kios dalam keadaan tidak dimanfaatkan. Foto: Miftah/Pro Kutim

SANGATTA SELATAN – Di tengah semarak persiapan menjelang Iduladha 1446 Hijriah, geliat ekonomi rakyat kembali menjadi perhatian utama pemerintah daerah. Namun bukan hanya soal stok dan harga bahan pokok yang jadi sorotan. Di Pasar Sangatta Selatan (Sangsel), wajah ketimpangan antara pembangunan fasilitas dan realitas pemanfaatannya kembali mengemuka.

Inspeksi mendadak yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutai Timur (Kutim) pada Rabu (4/6/2025), mengungkap sebuah paradoks. Kios-kios permanen yang dibangun rapi dan bertingkat nyaris kosong, sementara para pedagang justru memilih berjualan di sepanjang bahu jalan.

Padahal, infrastruktur sudah disediakan. Pemerintah telah membangun sekitar 160 kios di lantai 1 dan 2 pasar. Namun, data sementara menunjukkan hanya sekitar 40 kios yang aktif digunakan. Sisanya dibiarkan kosong dan terbengkalai, ditinggalkan dalam debu dan sunyi.

“Kita sudah punya kios yang dibangun dan sayang jika dibiarkan terbengkalai. Harus ada pemanfaatan yang optimal,” tegas Camat Sangatta Selatan Abbas, yang turut mendampingi sidak.

Ia menilai keberadaan pedagang liar tak hanya menyalahi aturan, tetapi juga mengacaukan wajah kota dan menghambat ketertiban. Abbas mendesak agar Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan penertiban rutin terhadap pedagang yang masih nekat menggelar lapak di pinggir jalan. Ia juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang memilih berbelanja cepat dari kendaraan ketimbang masuk ke dalam pasar.

“Ini soal pola pikir. Tapi aturan harus ditegakkan. Pedagang harus masuk ke dalam kios agar pasar tertata rapi,” katanya.

Fenomena ini bukan hanya persoalan disiplin, tetapi juga cerminan kegagalan dalam mengelola ruang publik secara berkelanjutan. Ketika fasilitas tak digunakan sebagaimana mestinya, ruang kota pun kehilangan fungsinya sebagai tempat transaksi yang tertib, aman, dan sehat.

Kepala Disperindag Kutim Nora Ramadhani, menyebutkan perlunya langkah serius dan sistematis untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Salah satunya adalah melakukan pendataan ulang seluruh kios yang tersedia di pasar.

“Kami akan mendata ulang semua kios. Kalau ada yang kosong dan tidak dipakai, akan kita alokasikan ke pedagang yang mau masuk. Kita juga akan hitung pedagang pinggir jalan dan sesuaikan dengan jumlah kios yang tersedia,” ujar Nora.

Nora menyadari bahwa sekadar membangun fisik pasar tidak cukup. Butuh strategi agar ruang-ruang tersebut hidup, terisi, dan dimanfaatkan sesuai fungsinya. Salah satu harapan datang dari lantai dua pasar, yang kini sudah dilengkapi dengan fasilitas Kantor Kas Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kutim. Kehadiran layanan perbankan ini diharapkan mampu menarik lebih banyak aktivitas ke dalam bangunan pasar.

“Kami akan rangkum semua masukan, lalu tetapkan langkah lanjutan agar pasar bisa difungsikan optimal dan zonasi pedagang tertata,” tambahnya.

Penataan pasar Sangsel juga terkendala oleh minimnya fasilitas penunjang, termasuk ketersediaan lahan parkir. Kondisi ini makin memperparah kemacetan yang ditimbulkan dari aktivitas jual beli di luar zona resmi.

Pemerintah daerah kini dihadapkan pada keharusan untuk merancang solusi menyeluruh. Mulai dari penataan pedagang, optimalisasi kios, hingga pembangunan fasilitas pendukung seperti tempat parkir dan sistem pengawasan pasar yang berkelanjutan.

Pasar adalah denyut nadi ekonomi rakyat. Tapi ketika kios kosong dan pinggir jalan menjadi pilihan utama, maka yang tersisa hanyalah gambaran ketimpangan antara kebijakan dan kenyataan. Disperindag Kutim kini berpacu dengan waktu untuk mengembalikan fungsi pasar sebagai pusat aktivitas ekonomi yang tertata, bersih, dan layak.

Iduladha tinggal menghitung hari. Namun lebih dari sekadar kesiapan stok daging dan kebutuhan pokok, ada pekerjaan rumah yang jauh lebih besar. Yakni merapikan ruang-ruang niaga rakyat agar tidak lagi dikuasai ketidakteraturan. Karena pasar yang semrawut adalah cermin dari tata kelola yang belum tuntas. (kopi8/kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini