Pembukaan festival Sekerat Nusantara IV. Foto: Fuji/ Pro Kutim
BENGALON- Dari ritual Belian hingga tarian tradisional, Festival Sekerat Nusantara IV menguatkan identitas budaya dan memantik harapan pariwisata baru di pesisir Kutai Timur (Kutim). Riuh angin pantai menyatu dengan denting gendang dan syair tingkilan, mengiringi langkah-langkah tari tradisional yang membuka Festival Sekerat Nusantara IV di Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon, Rabu (23/7/2025) malam. Gelaran tahunan ini kembali membuktikan bahwa denyut budaya di pesisir Kutim tidak pernah padam, bahkan terus menguat sebagai pengikat identitas dan daya tarik pariwisata daerah.
Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman hadir langsung membuka acara, didampingi sang istri Ny Hj Siti Robiah. Tampak pula Danlanal Sangatta Letkol Laut (P) Fajar Tuswantoro, sejumlah kepala perangkat daerah, Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) H Arfan, Legislator Kutim Ardiansyah, Dirut Perumdam TTB Kutim Suparjan, para tokoh adat, tokoh agama, mahasiswa KKN Universitas Mulawarman, hingga ratusan warga yang memadati bibir pantai di RT 1 dan RT 2 Desa Sekerat.

Sebelum acara dimulai, Bupati dan rombongan disambut secara adat, lengkap dengan pengalungan kain kuning dan prosesi tepung tawar. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Kutim pun berkumandang membangkitkan semangat persatuan.
Festival yang berlangsung sejak 18 hingga 25 Juli 2024 ini menampilkan kekayaan budaya masyarakat pesisir Kutai. Tidak hanya tari-tarian dan lagu-lagu daerah berirama tingkilan, festival juga menggelar ritual adat Belian dan nantinya prosesi Mengulur Naga, simbolisasi naga dalam bentuk perahu, yang dipercaya sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan penjaga alam.

Kepala Desa Sekerat Sunandika, dalam laporannya menyampaikan bahwa festival ini bukan hanya sekadar perayaan budaya, melainkan upaya nyata merajut persatuan dan melestarikan tradisi.
“Kami ingin mengangkat potensi lokal, dari pantai, sawah, hingga lokasi paralayang, agar menjadi daya tarik wisata. Saat ini listrik sudah 24 jam dan lima kilometer jalan telah disemenisasi dari total 23 kilometer,” ujarnya, berharap perhatian dan dukungan pemerintah daerah terus mengalir agar festival bisa dikemas lebih menarik di tahun-tahun mendatang.

Mewakili Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutim, Kabid Kebudayaan Fadliansyah menegaskan bahwa Festival Sekerat Nusantara merupakan wujud pelestarian sekaligus bentuk cinta terhadap budaya lokal. Ia menyebut ritual Belian yang digelar akan didaftarkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb), dengan dukungan dokumentasi buku dan kolaborasi lintas sektor antara Disdikbud, Dispora, Pemerintah Desa, dan Lembaga Adat.
Festival juga menjadi momentum penyerahan bantuan kendaraan operasional roda dua oleh Bupati Kutim kepada perwakilan RT di Desa Sekerat. Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan berbasis komunitas.
Dalam sambutannya, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman mengangkat pentingnya menjadikan budaya sebagai kekuatan perekat bangsa. Ia mencontohkan tradisi Pacu Jalur dari Sumatera yang kini menjadi sorotan nasional berkat promosi budaya yang konsisten dan kreatif.

“Budaya tak mengenal batas. Selama mengandung semangat pemersatu, ia akan terus hidup. Kutim punya kekayaan luar biasa, dari peninggalan kerajaan Kutai, jejak arkeologi ribuan tahun, hingga ritual Belian yang sarat makna. Semua ini harus kita rawat dan angkat menjadi kekuatan kita,” tegas Ardiansyah.
Ia juga menyinggung potensi wisata yang dimiliki Desa Sekerat, dari panorama pantai yang menghadap langsung ke kawasan Jepu-Jepu hingga perbukitan yang cocok untuk olahraga ekstrem seperti paralayang. Bupati menaruh harapan agar promosi destinasi wisata, termasuk melalui video dokumenter, bisa ditayangkan di bandara sebagai langkah awal memperkenalkan Kutim ke khalayak luas.
“Bila dikelola serius dan melibatkan partisipasi warga, saya yakin Festival Sekerat Nusantara bisa menjadi magnet baru wisata budaya di pesisir Kutai Timur. Kita sudah punya contoh sukses seperti Pulau Miang yang kini warganya semakin sibuk melayani kunjungan wisatawan. Tidak ada yang tidak mungkin,” ucapnya optimistis.

Pembukaan festival ditandai dengan pemukulan gendang oleh Bupati Kutim bersama sejumlah tokoh penting. Malam itu ditutup dengan ritual Belian (dulu ritual pengobatan, kini jadi ritual budaya) oleh para pemangku adat setempat. Sebuah penanda bahwa budaya bukan sekadar tontonan, tapi warisan spiritual yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Festival Sekerat Nusantara IV tidak hanya menyulut semangat warga, tapi juga membuka ruang refleksi akan pentingnya merawat akar budaya. Di tengah geliat pembangunan dan arus modernisasi, Sekerat memilih untuk berdiri tegak sebagai benteng tradisi yang hidup dan berdaya. (kopi3)