Suasana apel pagi di Kantor Dinas P2KB Kutim. Foto: Wahyu Efendy For Pro Kutim
SANGATTA – Setelah dilantik oleh Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman Rabu (8/5/2024) lalu, Achmad Junaidi B yang menjabat Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim langsung tancap gas masuk kantor di hari pertama kerja, sebagai pejabat Pimpinan Tinggi Pratama. Kepala DPPKB tersebut memimpin apel pagi sekaligus memberikan motivasi bagi seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) serta Tenaga Kontrak Kerja Daerah (TK2D).
Pada kesempatan tersebut, Achmad Junaidi berpesan kepada seluruh ASN dan TK2D agar menjadi seseorang yang menghargai waktu agar bisa mendisiplinkan diri.

“Ini hari pertama berkantor, mohon izin mari sama-sama beradaptasi. Mulai Senin dan Kamis kita apel. Dari absen kita menciptakan teladan bagi sesama pegawai dan TK2D. Terus bekerja sama jalin silaturahmi,” ujarnya, Senin (13/5/2024).)
Ia menegaskan bahwa materi seperti uang bisa dicari namun silaturahmi tak bisa dibeli. Maka dari itu tidak ada jurang pemisahan status. Bekerja bersama-sama menunjukkan inovasi yang bermanfaat bagi sesama. Junaidi menyampaikan apabila kantor tak memiliki kemajuan, sudah pasti karena tidak ada yang memiliki inovasi. Hal paling pertama yakni berinovasi pada diri sendiri.
“Saya mengajar menjadi guru mulai 1992 di Kecamatan Muara Ancalong, kemudian 2002 ke Sekretariat Kabupaten (Setkab) Kutim mengurusi tapal batas. Sempat juga bekerja di BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Kemudian balik lagi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) menjadi Kepala UPT SKB (Unit Pelaksana Teknis Sanggar Kegiatan Belajar). Selang beberapa pekan saya sulap SKB itu menjadi percontohan tingkat nasional dan menjadi tempat studi tiru daerah lain,” urai Junaidi.

Setelah itu, lanjut ia, barulah dirinya menjabat menjadi Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Non Formal (SNF) Disdikbud dan melahirkan inovasi cap jempol yang sudah diakui serta bersertifikat hak atas kekayaan intelektual (HAKI).
“Jika bekerja, ‘jangan ada udang di balik batu’. Allhamdulillah setelah saya tinggalkan Disdikbud telah mendapatkan pengakuan sertifikat hak kekayaan intelektual. Saya juga mengarang buku berjudul cap jempol, sudah ber-ISBN (International Standard Book Number) bahkan sudah mendapatkan HAKI,” ucap pria berkacamata tersebut.
Terakhir, ia menegaskan di setiap tempat yang diamanahkan untuk bekerja ia selalu memberikan cenderamata yang bermanfaat dan berguna bagi sesama.(*/kopi13/kopi3)