Kemeriahan Festival Kedang Pahu yang dihadiri langsung oleh Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman bersama Bupati Kubar Frederick Edwin dan Wakil Bupati Kubar Nanang Adriani. Foto: Dewi/Pro Kutim
MUARA PAHU – Halaman Kantor Camat Muara Pahu, Senin (25/8/2025) pagi berbeda dari biasanya. Suasana berubah menjadi lautan sukacita. Ribuan warga tumpah ruah, menyambut pembukaan Festival Kedang Pahu yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-175 Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat (Kubar). Tema besar yang diusung “Semangat Sempekat, Bersama Kita Pasti Bisa” menjadi penegas bahwa masyarakat setempat hendak menjaga warisan leluhur sekaligus merawat kebersamaan.
Bupati Kubar Frederick Edwin memimpin jalannya seremoni, didampingi Wakil Bupati Nanang Adriani. Di antara tamu kehormatan, hadir sosok yang menyita perhatian, Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman. Baginya, Muara Pahu bukan sekadar nama di peta, melainkan tanah kelahiran yang membesarkan. Kehadirannya menambah makna perayaan, sekaligus menjadi jejak pulang seorang putra daerah.


“Inilah yang menjadi kekuatan kita, bahwa pembangunan daerah tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berlandaskan kearifan lokal dan kelestarian alam,” ujar Ardiansyah, matanya tak bisa menyembunyikan rasa haru disela-sela Festival Kedang Pahu.
Ia menambahkan, momentum festival harus dimaknai sebagai ajakan untuk semakin mencintai budaya sendiri. “Dengan mempererat silaturahmi, serta membangun rasa bangga sebagai bagian dari masyarakat Muara Pahu tercinta,” katanya.
Festival Kedang Pahu tahun ini memunculkan satu hal yang lebih dari sekadar pesta rakyat, sebuah narasi pulang. Di tanah lahirnya, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman menemukan kembali denyut budaya yang membentuk jati dirinya. Ia disambut bukan hanya sebagai pejabat, melainkan sebagai anak kampung yang kembali meneguhkan ikatan dengan akar budaya dan leluhur.
Muara Pahu memiliki posisi istimewa dalam lanskap sejarah Kubar. Daerah ini dikenal sebagai Benua Tuha Bumi Raden Baroh, wilayah yang dipercaya sebagai tempat tertua dalam narasi perjalanan raja-raja Kutai. Raden Baroh, tokoh leluhur yang disegani, disebut sebagai figur awal yang mewariskan nilai kepemimpinan, keberanian, dan penghormatan pada alam. Dari tepi Sungai Mahakam inilah, sejarah panjang permukiman berkembang, membentuk wajah kebudayaan yang masih terasa hingga kini.

Warisan itulah yang hidup dalam berbagai tradisi masyarakat Muara Pahu. Dari tari jepen yang berakar pada percampuran budaya, hingga permainan rakyat seperti begasing, belogo, dan lomba menjala yang merefleksikan kedekatan warga dengan sungai. Tak heran, festival budaya ini selalu dipandang lebih dari sekadar pesta, melainkan pengikat memori kolektif yang meneguhkan identitas mereka.
Festival yang akan berlangsung sepekan penuh menampilkan beragam kegiatan. Dari lomba perahu naga, perahu ketinting, maraton, gowes, hingga pentas seni yang menampilkan tari jepen, puisi, tarsul bahasa Kutai, menyumpit, begasing, belogo, menjala, hingga jajak bahari. Tradisi kuliner pun tak tertinggal, nasi bekepor disajikan sebagai simbol kebersamaan.
Puncak kegembiraan tersaji dalam kampanye makan ikan. Para pejabat, Bupati Kubar Frederick Edwin, Wakil Bupati Nanang Adriani, dan Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman turut menyuapi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui secara simbolis. Usai prosesi itu, ribuan warga serentak menyantap ikan bersama. Sebuah pesan sederhana namun kuat, membangun kesehatan dan kecerdasan generasi penerus dimulai dari meja makan.


Bupati Kubar Frederick Edwin sebelum membuka festival, dalam sambutannya menekankan makna perayaan bukan sekadar hiburan.
“Perayaan hari jadi Kecamatan Muara Pahu ini menjadi momentum penting untuk meneguhkan identitas budaya, mempererat persatuan, sekaligus mengingatkan generasi muda agar tidak melupakan warisan leluhur,” ucapnya.
Nada serupa diungkapkan Camat Muara Pahu, Mauliddin Said. Ia berterima kasih atas dukungan semua pihak, seraya berharap festival menjadi agenda dua tahunan dan magnet pariwisata bagi Kutai Barat.

Bagi masyarakat Muara Pahu, kehadiran Ardiansyah adalah simbol keterhubungan antara masa lalu dan masa kini. Di tanah Benua Tuha yang dihormati, perayaan ulang tahun ke-175 kecamatan bukan hanya mengenang usia, melainkan merayakan warisan yang tak lekang oleh zaman. (kopi15/kopi13/kopi3)