KOMBENG – Upaya membangun ketangguhan masyarakat terhadap ancaman bencana terus digiatkan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) hingga ke Kecamatan Kombeng. Selasa (23/9/2025), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim menggelar sosialisasi pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) di kantor kecamatan setempat. Kegiatan ini dihadiri langsung Kepala BPBD Kutim Hj Sulastin, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Abd Aziz H Tappa, Kapolsek Kombeng, serta Kasi Trantib Kecamatan Kombeng Mathius Kamisi yang mewakili camat. Peserta terdiri dari perwakilan tujuh desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan tamu undangan lain.
Dalam sambutannya, Kepala BPBD Kutim Sulastin menegaskan pentingnya membangun kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan bencana.
“Wilayah Kabupaten kita memiliki berbagai potensi ancaman bencana, baik banjir, tanah longsor, angin kencang, kebakaran hutan dan lahan, maupun bencana non-alam seperti kebakaran pemukiman, pandemi, dan kecelakaan industri. Setiap bencana selalu menimbulkan kerugian, baik jiwa, harta benda, maupun kerusakan lingkungan,” ucapnya.
Menurut Sulastin, pembentukan Destana menjadi langkah strategis agar masyarakat tidak hanya bergantung pada pemerintah ketika bencana datang. Program ini diarahkan untuk memperkuat pemahaman masyarakat. Membangun kelembagaan desa yang tangguh, mendorong upaya pencegahan, serta menumbuhkan gotong royong dan kepedulian sosial.
“Pembentukan Destana ini bukan sekadar seremonial, tetapi wujud komitmen bersama membangun desa yang lebih siap, tangguh, dan berdaya saing dalam menghadapi bencana,” kata Sulastin.
Ia berharap masyarakat desa nantinya mampu mengambil langkah awal penyelamatan, membantu sesama, hingga menjaga kelestarian lingkungan untuk mengurangi risiko bencana. Apresiasi pun ia sampaikan kepada seluruh pihak yang mendukung program tersebut.
Sementara itu, Kasi Trantib Mathius Kamisi yang mewakili Camat Kombeng menyampaikan terima kasih atas inisiatif Pemkab Kutim melalui BPBD. Menurutnya, sosialisasi ini membuka wawasan masyarakat bahwa Desa Tangguh Bencana merupakan kebutuhan mendesak.
“Destana membantu desa beralih dari pola reaktif menjadi proaktif. Masyarakat tidak hanya menunggu bantuan datang, tetapi juga mampu berdiri di atas kaki sendiri, melindungi warganya, dan memulihkan diri lebih cepat setelah bencana,” ujarnya.
Mathius berharap ke depan masyarakat semakin memahami potensi bencana di wilayahnya dan mampu berperan aktif dalam mitigasi. Dengan demikian, sinergi pemerintah dan warga dapat menghadirkan desa yang lebih tangguh, mandiri, serta berdaya menjaga keselamatan bersama.(kopi4/kopi3)
