SANGATTA — Di tengah tren gaya hidup sehat dan meningkatnya minat terhadap produk herbal, 75 perempuan dari kelompok dasa wisma di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), menemukan peluang usaha baru dari kebun sendiri, teh celup empon-empon. Jahe, kunyit, sereh, dan lengkuas yang biasa tumbuh di pekarangan rumah kini bertransformasi menjadi produk ekonomis dengan nilai jual yang menjanjikan.
Selama dua hari, 25–26 Juli 2025, Ruang Rapat Kantor Camat Sangatta Utara menjadi pusat pelatihan pembuatan teh celup herbal. Kegiatan ini diinisiasi oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kecamatan Sangatta Utara dan dibuka langsung oleh Camat Hasdiah. Menggandeng sejumlah narasumber dari Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta TP PKK Kutim, pelatihan ini tidak hanya menyentuh aspek produksi, tetapi juga strategi pemasaran.

“Tujuan kami bukan hanya melatih, tapi mendorong masyarakat agar bisa mandiri secara ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar rumah,” ujar Hasdiah, yang juga Ketua TP PKK Kecamatan Sangatta Utara.
Pelatihan ini menyasar kelompok kerja (pokja) di lingkungan PKK, terutama Pokja 2 yang menangani pelatihan dan pengemasan, serta Pokja 3 yang bergerak di bidang pangan dan perumahan. Para peserta tidak hanya diajarkan teknik meracik dan mengemas teh bubuk siap saji, tapi juga cara memasarkan produk agar menarik bagi konsumen modern.
Hasdiah menyebut bahwa pelatihan lanjutan akan dikembangkan dalam bentuk peningkatan kualitas produk, pelatihan kewirausahaan, hingga pemahaman lebih lanjut soal pemasaran.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya bergantung pada bantuan, tapi tumbuh sebagai pelaku usaha yang mandiri,” ujarnya.
Dengan mengangkat bahan-bahan tradisional yang mudah diperoleh dan menyentuh pasar gaya hidup sehat, teh celup empon-empon ini membuka babak baru dalam usaha rumahan yang berakar kuat pada budaya lokal. Dari pekarangan rumah, para ibu rumah tangga di Sangatta Utara kini merintis jalan menuju kemandirian ekonomi, satu cangkir teh herbal dalam sekali seduh.
Ibu Nani, peserta dari Pokja 3 asal RT 04, mengaku baru pertama kali belajar membuat teh celup secara mandiri.
“Ternyata tidak sulit. Bahannya juga dari tanaman yang sudah tumbuh di kebun. Ini bisa jadi usaha tambahan di rumah,” ungkapnya dengan antusias.
Sementara itu, Rina, peserta muda dari dasa wisma, melihat potensi teh empon-empon sebagai peluang bisnis rumahan yang bisa menjangkau pasar daring.


“Kemasannya bisa dibuat menarik. Saya jadi semangat untuk coba produksi sendiri dan jual lewat online,” katanya.
Lebih dari sekadar pelatihan teknis, kegiatan ini sejalan dengan gerakan nasional Aku Hatinya PKK yang menekankan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai bagian dari ketahanan pangan keluarga. Namun, inisiatif ini melangkah lebih jauh, mendorong pekarangan rumah sebagai sumber pendapatan yang berkelanjutan. (kopi16/kopi4/kopi3)