Beranda Kutai Timur Gendang Guro-guro Aron, Nada Persatuan di Tanah “Tuah Bumi Untung Benua”

Gendang Guro-guro Aron, Nada Persatuan di Tanah “Tuah Bumi Untung Benua”

84 views
0

Gendang Guro-guro Aron, ritual budaya yang sarat makna kebersamaan, sekaligus penanda kuatnya persatuan dalam keberagaman. Foto: Vian Pro Kutim

SANGATTA – Lantunan musik tradisional dan riuh tepuk tangan bergema dari GOR Bela Diri, kawasan Stadion Kudungga, Sangatta Utata, Minggu (17/8/2025). Di tengah peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, warga Karo di Kutai Timur (Kutim) menggelar Gendang Guro-guro Aron, ritual budaya yang sarat makna kebersamaan, sekaligus penanda kuatnya persatuan dalam keberagaman.

Perayaan ini tidak sekadar hajatan etnis Karo, melainkan juga menjadi ruang silaturahmi masyarakat lintas suku di Kutim. Hadir pula jajaran pejabat daerah, antara lain Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman bersama Ketua TP PKK Siti Robiah, Wakil Bupati Mahyunadi, Ketua DPRD Jimmi, Komandan Kodim 0909/KTM Letkol (Arh) Raghil Setyo Yulianto, Komandan Pangkalan Laut Sangatta Letkol Laut (P) Fajar Yuswantoro, serta perwakilan Kejaksaan Negeri Kutim. Dukungan pemerintah daerah dan unsur Forkopimda itu menjadi cerminan bahwa budaya tradisional tetap mendapat tempat terhormat dalam denyut kehidupan daerah.

Dalam sambutannya, Bupati Kutim Ardiansyah menegaskan pentingnya persatuan sebagai modal utama pembangunan.

“Kerukunan dan kedamaian di Kutai Timur terus terpelihara dengan baik, meskipun kita berasal dari beragam suku bangsa di Nusantara. Inilah kekuatan kita. Persatuan dalam keberagaman menjadi modal penting untuk membangun daerah ini,” ujarnya.

Ia juga mengaitkan momentum tersebut dengan makna kemerdekaan. Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI tahun ini semakin bermakna dengan adanya kegiatan seperti Gendang Guro-guro Aron.

“Ini bukti bahwa kemerdekaan kita isi dengan kerja nyata, menjaga persatuan, dan menghormati identitas budaya bangsa,” tegasnya.

Ketua Panitia Alex Tarigan menyebut, tradisi ini rutin digelar setiap tahun sebagai ungkapan syukur sekaligus perekat solidaritas.

“Setiap tahun kami melaksanakan Gendang Guro-guro Aron sebagai bentuk kegembiraan dan ucapan syukur, simbol kebersamaan dan identitas budaya Karo. Melalui acara ini, kami ingin terus menjaga kebersamaan, persaudaraan, serta melestarikan budaya Karo di mana pun kami berada,” tuturnya.

Kemeriahan bertambah dengan tarian Landek, gerakan khas Karo yang dimainkan berpasangan dan melibatkan warga secara bergantian. Di tengah arus budaya populer, tradisi ini tetap berdiri kokoh, menandai bahwa warisan leluhur tidak hanya hidup di Tanah Karo, tetapi juga berakar di “Tuah Bumi, Untung Benua” Kutim.

“Gendang Guro-guro Aron pun menjadi bukti bahwa kebudayaan tradisional selalu punya tempat dalam membangun persatuan dan sukacita bersama,” ujar Alex menutup. (kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini