Beranda Kutai Timur Bupati Kutim Ingatkan Fitrah Manusia, Hadir Menggenapi, Pulang Mengurangi

Bupati Kutim Ingatkan Fitrah Manusia, Hadir Menggenapi, Pulang Mengurangi

1 views
0

SAMARINDA – Jumat pagi, (26/9/2025), Auditorium Kampus Pusjar SKPP Samarinda dipenuhi semangat para aparatur sipil negara yang sedang menempuh Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan III Tahun 2025. Ruang yang biasanya dipakai untuk agenda akademis itu berubah menjadi arena pembelajaran kepemimpinan, ketika Bupati Kutai Timur (Kutim) H Ardiansyah Sulaiman, hadir sebagai narasumber utama dalam sesi Leadership Experience Sharing Session III.

Ardiansyah tidak datang dengan tumpukan teori kepemimpinan yang kerap terdengar normatif. Ia justru menyajikan pengalaman konkret sebagai kepala daerah di wilayah dengan luas lebih dari 35 ribu kilometer persegi dan heterogenitas masyarakat yang tinggi. Dengan gaya komunikasinya yang lugas, ia mengajak peserta memahami bahwa pelayanan publik bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan cermin dari wajah pemerintah.

“Pelayanan publik adalah wajah pemerintah. Meski tantangan anggaran semakin ketat akibat kebijakan pusat, kita harus tetap memastikan masyarakat mendapatkan layanan terbaik,” ujar Ardiansyah, disambut anggukan peserta yang memenuhi ruangan.

Bupati dua periode itu tak menutupi kenyataan bahwa kondisi keuangan daerah semakin berat. Kebijakan pengurangan transfer dana dari pemerintah pusat memberi dampak signifikan terhadap kemampuan fiskal Kutim. Namun, keterbatasan anggaran tidak boleh dijadikan alasan stagnasi. Justru dari situ, kata Ardiansyah, lahir inovasi program yang langsung menjawab kebutuhan masyarakat.

Ia menyebutkan beberapa program unggulan, bantuan RT untuk memperkuat pemerintahan terkecil, program bedah rumah bagi warga kurang mampu, hingga penguatan layanan kesehatan yang diperluas ke pelosok desa. Bagi Ardiansyah, program sederhana yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat jauh lebih bermakna ketimbang proyek besar yang tak terasa manfaatnya.

Di hadapan peserta pelatihan, Ardiansyah merumuskan tiga hal utama yang harus dimiliki pemimpin pada era yang penuh dinamika ini. Apa saja itu? Yakni integritas, kemampuan beradaptasi, dan kerja keras.

“Seorang pemimpin bukan hanya memberi arahan, tapi juga memberi teladan dan solusi. Itulah tantangan sekaligus tanggung jawab kita,” ujarnya.

Pesan itu seolah menegaskan bahwa kepemimpinan bukanlah jabatan formal, melainkan proses menghadirkan manfaat nyata. Integritas menjadi landasan moral, adaptasi sebagai strategi menghadapi perubahan, dan kerja keras sebagai energi untuk menuntaskan tanggung jawab.

Di tempat yang sama, sesi diskusi berlangsung hidup. Peserta PKA yang berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara mengajukan pertanyaan kritis, mulai dari isu keterbukaan informasi publik, pengelolaan wilayah pascatambang, hingga pengawasan kinerja ASN.

Ardiansyah menanggapi dengan tenang namun tegas. Ia menekankan pentingnya birokrasi yang bersih, transparan, dan akuntabel sebagai kunci kepercayaan publik.

“Masyarakat akan percaya jika pemerintah hadir dengan pelayanan yang jelas, terbuka, dan konsisten,” katanya.

Interaksi itu membuat forum tak sekadar menjadi sesi mendengar, tetapi juga ruang dialektika yang mempertemukan pengalaman praktis dengan tantangan konseptual di lapangan.

Menutup paparannya, Ardiansyah menitipkan pesan sederhana namun sarat makna. Ia mengajak para peserta untuk bekerja dengan kesungguhan, memberi manfaat bagi sesama, dan menjaga arti kehadiran seorang pemimpin di tengah masyarakat.

“Bekerja, bekerja, bekerja lah. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Kata kuncinya ‘Hadir Menggenapi, Keluar Mengurangi’,” ucapnya dan membuat ruangan hening sesaat sebelum akhirnya bergemuruh oleh tepuk tangan.

Kalimat itu, bagi sebagian peserta, bukan sekadar penutup pidato, melainkan pesan reflektif tentang makna kepemimpinan. Hadir menggenapi berarti melengkapi kebutuhan masyarakat, sementara keluar mengurangi adalah meninggalkan jejak kebermanfaatan yang terus diingat bahkan setelah jabatan usai.

Kehadiran Ardiansyah di forum tersebut menegaskan bahwa pengalaman kepemimpinan daerah memiliki nilai strategis bagi pembentukan birokrat masa depan. Dari ruang pelatihan di Samarinda, para peserta PKA Angkatan III Tahun 2025 diharapkan membawa pulang pelajaran berharga untuk diterapkan di instansi masing-masing.

Sesi foto bersama menutup acara, tetapi pesan-pesan yang disampaikan Bupati Kutim diyakini tetap terpatri dalam benak para peserta. Di tengah tantangan birokrasi yang semakin kompleks, pengalaman nyata seorang pemimpin daerah yang mampu menjaga komitmen pelayanan publik menjadi inspirasi tersendiri.

Dari forum itu, lahirlah optimisme baru bahwa birokrasi di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Indonesia pada umumnya, dapat terus bergerak menuju pelayanan yang berkualitas, bersih, serta responsif terhadap kebutuhan masyarakat. (kopi15/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini