Beranda Kutai Timur Jauhi CPO Mentah, Kutim Pacu Hilirisasi Sawit – Diversifikasi Perkebunan demi Ekonomi...

Jauhi CPO Mentah, Kutim Pacu Hilirisasi Sawit – Diversifikasi Perkebunan demi Ekonomi Tangguh

194 views
0

SANGATTA- Di tengah dinamika pasar global yang kian tidak menentu, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melangkah dengan strategi baru. Tak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah Crude Palm Oil (CPO) dan Tandan Buah Segar (TBS), Kutim menggerakkan mesin hilirisasi dan diversifikasi sektor perkebunan sebagai poros pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Langkah konkret itu terlihat pada Selasa (15/7/2025), di Hotel Royal Victoria, Sangatta. Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman hadir langsung menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi UMKM, 13 koperasi petani kelapa sawit, dan sejumlah perusahaan besar kelapa sawit.

Tak sekadar seremoni, acara ini juga menjadi momen penting bagi 614 petani sawit yang menerima Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Legalitas ini mencakup total lahan 1.434 hektare. Sekaligus membuka akses bagi para petani untuk terlibat dalam program kemitraan dan fasilitasi pemerintah.

“Kita tidak boleh terus-menerus mengekspor bahan mentah. Kita harus mengembangkan industri hilir seperti minyak goreng, sabun, kosmetik, bahkan biodiesel dan produk farmasi. Itulah yang akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah,” ujar Ardiansyah tegas.

Kutim memang berada di posisi strategis sebagai salah satu sentra produksi kelapa sawit di Kaltim. Namun, selama ini sebagian besar hasil panen langsung dijual dalam bentuk mentah. Dalam pandangan Bupati, pola ini harus diubah agar daerah mendapat nilai tambah maksimal.

Pemerintah daerah telah menyiapkan sejumlah kebijakan insentif untuk menarik investor masuk ke sektor hilir. Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy disiapkan sebagai pusat pengolahan industri turunan sawit.

“Lokasi dan infrastrukturnya strategis. Kita akan permudah regulasi, agar para pelaku usaha tertarik membangun pabrik pengolahan di sini,” ucap Ardiansyah.

Namun, Pemkab Kutim tak ingin semua bertumpu pada sawit. Diversifikasi menjadi kata kunci lain yang dikedepankan. Komoditas lain seperti pisang, karet, kakao, lada, vanila, dan nanas juga didorong untuk naik kelas, melalui pembinaan, pelatihan, dan pengembangan koperasi.

“Kita harus mulai membangun ekonomi yang tangguh. Kalau harga sawit jatuh, petani jangan ikut jatuh. Itulah pentingnya kita kembangkan komoditas lain,” tambahnya.

Komoditas seperti pisang, menurut Ardiansyah, bisa memiliki nilai tambah jika diolah menjadi keripik atau tepung. Karet bisa dikembangkan lewat pelatihan penyadapan dan koperasi petani. Kakao, nanas, lada, dan vanila juga berpotensi besar untuk industri olahan maupun ekspor, asalkan ada pendampingan dan pembukaan akses pasar.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Kepala Dinas Koperasi UMKM Kutim Teguh Budi Santoso, Plt Kepala Dinas Perkebunan Iip Sumirat, sejumlah camat dan kepala desa, pimpinan perusahaan sawit, serta perwakilan koperasi petani.

“Semoga penyerahan STDB dan penandatanganan MoU ini memperkuat posisi tawar petani sawit di tengah tantangan bisnis global,” kata Ardiansyah menutup sambutannya dengan harapan besar

Langkah Kutim menjauh dari ekspor mentah bukan sekadar strategi ekonomi. Ini adalah sinyal bahwa kabupaten ini sedang menata masa depan, dengan fondasi yang lebih kokoh dan inklusif. (kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini