SANGATTA- Di balik riuh panggung Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-45 tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang tengah berlangsung di Kutai Timur (Kutim), ada satu cabang perlombaan yang menyisakan ketenangan yang mendalam, Khattil Quran. Di ruang tertutup tanpa penonton, para peserta menekuni goresan demi goresan ayat suci Al-Qur’an dalam delapan jam yang hening dan penuh konsentrasi.
Sejak pagi buta, Selasa (15/7/2025), sebanyak 69 peserta dari 10 kabupaten dan kota di Kaltim (kecuali Mahakam Ulu) telah hadir di Komplek GOR Stadion Utama Kudungga, Sangatta. Mereka bukan untuk menyanyi atau berceramah, tetapi untuk menuliskan kaligrafi Al-Qur’an dalam keindahan visual yang sarat makna spiritual dan teknik tinggi.

Panitera Dewan Hakim cabang Khattil Quran Hj Ruhainah, menyampaikan bahwa perlombaan ini dilaksanakan dalam waktu yang cukup panjang dan menuntut stamina serta fokus luar biasa dari peserta.
“Waktu pengerjaan Khattil Quran selama delapan jam, mulai pukul delapan pagi hingga empat sore. Para peserta berpacu dengan waktu untuk menghasilkan karya terbaik mereka,” ujar Hj Ruhainah.

Tak ada gemuruh penonton, tak ada sorak-sorai. Yang ada hanya denting jam yang terasa semakin cepat berdetak dan suara lirih kuas yang menari di atas kertas. Untuk menjaga keseriusan proses, panitia bahkan menyita sementara alat komunikasi milik peserta.
Babak penyisihan berlangsung selama dua hari, Senin dan Selasa, sementara para finalis akan kembali berlaga pada Rabu (16/7/2025). Setiap karya akan dinilai setelah peserta menyelesaikan tugasnya dan meninggalkan ruangan, tanpa ada intervensi atau diskusi.

Lima golongan dilombakan dalam cabang ini, yakni Naskah, Dekorasi, Hiasan Mushaf, Kontemporer, dan Digital, yang masing-masing dibagi ke dalam kategori putra dan putri. Lintas usia dan jenjang pendidikan berkompetisi. Dari MTs/SMP hingga umum. Inilah lomba yang mempertemukan tradisi, estetika, dan ketekunan dalam satu wadah.
“Cabang ini diawasi dan dipantau oleh sembilan orang Dewan Hakim, dua panitera, serta satu tim verifikasi. Penilaian dilakukan secara teliti dan profesional, melibatkan unsur nasional dan provinsi,” terang Hj Ruhainah.
Yang membuat cabang ini istimewa adalah larangan bagi penonton untuk menyaksikan langsung proses pengerjaan kaligrafi. Fokus dan ketenangan menjadi kunci utama. Namun demikian, hasil karya para peserta akan dipamerkan di Lobi Utama GOR Kudungga, tempat masyarakat dapat menikmati keindahan kaligrafi hasil kontemplasi panjang para peserta. Pameran ini bukan hanya ajang apresiasi seni Islam, melainkan juga ruang edukasi bagi pelajar dan masyarakat luas untuk lebih memahami nilai keindahan dan spiritualitas dalam menulis ayat-ayat Al-Qur’an.

Dalam ruang sunyi itu, peserta tidak hanya menulis, mereka menyulam cahaya dari huruf demi huruf ayat suci, menyandingkan seni dengan iman, mengubah kertas kosong menjadi lembaran keindahan yang menyentuh langit. Inilah wajah lain dari MTQ, bukan hanya suara merdu yang membacakan ayat, tetapi juga tangan-tangan terampil yang memvisualisasikannya dalam keindahan yang tak lekang oleh waktu. (kopi14/kopi3)
































