Beranda Kutai Timur Kreasi Gizi Lokal Kutim Menantang Tradisi, Tekan Stunting, dan Tumbuhkan Kemandirian Pangan

Kreasi Gizi Lokal Kutim Menantang Tradisi, Tekan Stunting, dan Tumbuhkan Kemandirian Pangan

89 views
0

SANGATTA – Di balik aroma kukusan singkong dan semangkuk sarapan penuh warna yang tersaji di atas meja panjang Ruang Akasia, Kamis (24/7/2025) pagi, tersimpan sebuah narasi besar, upaya Kutai Timur (Kutim) membangun kesadaran gizi dari akar rumput. Bukan sekadar lomba, ajang “Cipta Menu B2SA” 2025 menjadi panggung strategis bagi daerah untuk memadukan kearifan lokal dan ilmu gizi dalam satu sajian berdaya ubah.

Lomba yang digelar Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui Dinas Ketahanan Pangan bersama Tim Penggerak PKK ini bukan hanya soal mencari menu terbaik. Ia adalah representasi nyata dari tekad bersama menekan stunting, menggugah kemandirian pangan, sekaligus menanamkan pola konsumsi sehat sejak dini, berbasis bahan pangan lokal.

Disaksikan langsung oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Kabupaten Poniso Suryo Renggono, Ketua TP PKK Ny Hj Siti Robiah, dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Ery Mulyadi, acara ini menjadi saksi bagaimana 18 kecamatan berlomba menunjukkan daya cipta, sembari memuliakan singkong, talas, sukun, keladi, dan berbagai pangan lokal lain yang kerap terpinggirkan oleh nasi dan tepung terigu.

Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Poniso, Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah fondasi pembangunan berkelanjutan.

“Pemanfaatan bahan pangan lokal adalah simbol kemandirian dan strategi pemberdayaan masyarakat,” tulisnya.

Ketua TP PKK Siti Robiah juga menekankan bahwa transformasi gizi tak cukup berhenti di meja lomba.

“Alhamdulillah, hari ini kita menyaksikan kreasi yang luar biasa. Tapi pekerjaan kita belum selesai. Menu-menu ini harus sampai ke meja makan keluarga. Bukan berhenti di ajang lomba,” tegasnya.

Ia pun menggarisbawahi bahwa B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) adalah penyempurna dari konsep gizi lama, “empat sehat lima sempurna”, yang dinilai tidak lagi relevan dengan tantangan kekinian. Dengan kekayaan alam yang dimiliki Kutim, pendekatan ini dipercaya bisa menjadi solusi konkret atas persoalan gizi buruk dan stunting.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kutim Ery Mulyadi menyebut, lomba tahun ini dibagi dalam dua kategori. Menu kudapan non beras dan non terigu serta menu sarapan B2SA khusus remaja putri usia 12 tahun.

“Kami ingin mengedukasi masyarakat agar melihat potensi pangan lokal sebagai solusi gizi. Menu-menu ini dirancang agar bisa langsung diterapkan dalam keseharian, bukan hanya sebatas dekorasi lomba,” jelas Ery.

Yang menarik, panitia melibatkan pelajar sebagai juri tamu. Langkah ini bukan sekadar simbolik. Ia membawa pesan kuat: bahwa edukasi gizi harus menyasar generasi muda, bukan hanya para ibu rumah tangga.

Pada akhir acara, dua kategori diumumkan pemenangnya:

Kategori Menu Kudapan Non Beras dan Non Terigu

Juara 1: Kecamatan Sangatta Selatan
Juara 2: Kecamatan Batu Ampar
Juara 3: Kecamatan Sangkulirang
Harapan 1: Kecamatan Teluk Pandan
Harapan 2: Kecamatan Kaliorang
Harapan 3: Kecamatan Kaubun

Kategori Menu Sarapan B2SA untuk Remaja Putri
Juara 1: Kecamatan Telen
Juara 2: Kecamatan Karangan
Juara 3: Kecamatan Muara Wahau
Harapan 1: Kecamatan Kongbeng
Harapan 2: Kecamatan Muara Ancalong
Harapan 3: Kecamatan Bengalon

Para pemenang akan mewakili Kutim di tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Namun lebih dari sekadar trofi, lomba ini menyisakan warisan yang lebih abadi, cara pandang baru terhadap pangan. Bahwa dapur bukan sekadar ruang domestik, melainkan panggung perubahan yang menentukan arah masa depan gizi generasi muda. Dengan program seperti ini, Kutim tidak hanya menghidangkan menu sehat, ia menghidangkan harapan. (kopi12/kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini