Beranda Kutai Timur Handi Wijaya dari Kutim Melangkah ke Panggung Asia sebagai Delegasi AYGS 2025...

Handi Wijaya dari Kutim Melangkah ke Panggung Asia sebagai Delegasi AYGS 2025 – Bawa Semangat Perubahan Lingkungan dari Kampung untuk Dunia

223 views
0

JAKARTA — Di tengah riuhnya tantangan perubahan iklim dan krisis lingkungan global, seorang pemuda dari Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tampil menjadi harapan. Namanya Handi Wijaya. Lahir dan besar di Kutim, ia kini menjadi sorotan nasional setelah terpilih sebagai delegasi Indonesia untuk mengikuti Asia Youth Green Summit (AYGS) 2025 yang digelar di Jakarta, tepatnya di Pantai Indah Kapuk, pada 3-4 Mei mendatang.

Bukan sekadar peserta biasa, Handi dinobatkan sebagai bagian dari Top 50 Representatives dari negara-negara Asia Pasifik dan turut masuk dalam kandidat peraih SDGs Green Initiator Award 2025. Prestasi ini menempatkannya sejajar dengan para aktivis muda lingkungan dari negara-negara seperti Myanmar, Kamboja, Brunei Darussalam, Vietnam, Timor Leste, Uzbekistan, dan Malaysia.

Kiprah Handi berakar dari tanah kelahirannya di Sangatta, Kutim. Sejak remaja, ia dikenal aktif dalam berbagai inisiatif hijau. Dari menginisiasi Gerakan 1000 Tumbler yang menyasar pengurangan sampah plastik di lingkungan sekolah dan kampung, hingga mengorganisasi aksi bersih-bersih Sungai Sangatta yang melibatkan ratusan warga pada 2023.

Namun, kiprah Handi tidak berhenti di sana. Di Kampung Terapung Malahing, Kota Bontang, ia menggagas proyek edukasi hidroponik untuk membantu warga yang kesulitan mengakses sayuran segar. Melalui pendekatan sederhana namun tepat guna, warga kini mampu menanam sendiri kebutuhan pangan hijau mereka dengan sistem tanam tanpa tanah yang hemat ruang dan air.

“Proyek hidroponik itu membuka mata saya bahwa solusi lingkungan harus kontekstual dan berpihak pada kebutuhan lokal,” ujar Handi saat ditemui di sela-sela persiapan keberangkatannya ke AYGS.

Tidak hanya daratan, lautan pun pernah disentuh Handi. Ia terlibat dalam kegiatan transplantasi terumbu karang di Pantai Teluk Lingga, Sangatta Utara. Kegiatan ini bertujuan untuk memulihkan kerusakan ekosistem bawah laut, yang juga menjadi sumber penghidupan utama nelayan setempat. Ia memadukan antara konservasi dan pemberdayaan, menjadikan pendekatannya tidak sekadar idealis tapi juga realistis.

“Keberlanjutan bukan hanya soal menjaga alam, tetapi juga soal keberlangsungan hidup masyarakat yang bergantung pada alam itu sendiri,” tutur Handi.

Pencapaian terbarunya, yaitu sebagai Best Speaker dalam International Youth Innovation Summit (IYIS) 2025, mengukuhkan posisinya sebagai figur muda yang bukan hanya aktif di lapangan, tapi juga mampu menyuarakan gagasan dengan tajam di forum-forum internasional.

AYGS 2025 bukan sekadar forum diskusi. Dengan kehadiran tokoh-tokoh muda perubahan seperti Rashmita Rasindra, Melati Tedja, dan Nami Afrah Insani, forum ini menjadi ladang gagasan, jaringan, dan kolaborasi konkret lintas negara. Bagi Handi, kesempatan ini adalah momentum untuk menyampaikan suara pemuda Indonesia di panggung Asia.

“Saya ingin membawa praktik baik dari kampung ke forum global. Biar dunia tahu, perubahan itu bisa dimulai dari tempat yang seringkali dianggap pinggiran,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan harapannya agar pemerintah lebih aktif mendukung gerakan lingkungan yang dimotori pemuda. Menurutnya, ruang aktualisasi dan pendanaan sering kali menjadi kendala.

“Kita tidak kekurangan semangat, yang kita butuh adalah ekosistem dukungan yang nyata,” tegasnya.

Dalam konteks pencapaian Handi, ada pelajaran penting tentang bagaimana potensi lokal bisa menjadi solusi global. Kutim mungkin jauh dari Jakarta atau pusat kekuasaan lain, namun dari sanalah muncul figur muda dengan visi hijau yang luas.

AYGS 2025 bisa menjadi panggung awal bagi Handi menuju peran yang lebih besar di dunia aktivisme lingkungan Asia. Tetapi yang lebih penting, kehadirannya mengirimkan pesan kuat: bahwa perubahan bisa dimulai dari siapa saja, di mana saja, selama ada niat dan aksi.

“Keberhasilan ini bukan milik saya seorang. Ini milik seluruh pemuda Indonesia yang tidak diam melihat kerusakan lingkungan. Mari kita terus bergerak, bersama,” tutup Handi. (*/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini