Beranda Infrastruktur Pelajari Kunci Ketahanan Pangan Dari Bendungan Benteng di Pinrang

Pelajari Kunci Ketahanan Pangan Dari Bendungan Benteng di Pinrang

815 views
0

Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim), Mahyunadi kunjungan kerja ke Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap). Foto: Vian Pro Kutim

PINRANG – Dalam balutan sejarah yang kokoh dan air yang mengalir dari masa kolonial, Bendungan Benteng di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, menjadi saksi bisu perjalanan penting Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim), Mahyunadi. Usai kunjungan kerja ke Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Mahyunadi, didampingi istri Masriati, serta Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kutim Joni Abdi Setia, menyempatkan diri menapak tilas peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1939 tersebut.

Kunjungan itu tak sekadar nostalgia sejarah. Di balik gerbang cagar budaya dengan nomor inventarisasi 874 dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, berlangsung diskusi serius tentang masa depan pangan. Mahyunadi berdialog langsung dengan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi (DPSDA-BK) Kabupaten Pinrang Muhammad Jenal. Keduanya membahas irigasi, kunci utama ketahanan pangan.

“Di Kutim, pertambangan dan kelapa sawit masih menjadi tulang punggung ekonomi. Pertanian belum jadi primadona, padahal itu seharusnya jadi kekuatan strategis,” ungkap Mahyunadi usai mengelilingi bendungan bersejarah tersebut.

Menurut Mahyunadi, tantangan utama di Kutim adalah penyebaran lahan sawah yang terpencar-pencar di beberapa kecamatan. Berbeda dari Pinrang yang memiliki hamparan sawah luas hingga puluhan ribu hektare dalam satu kawasan, Kutim belum memiliki sistem irigasi yang menyatu dan terintegrasi.

“Di Pinrang, manajemen air berjalan dari hulu ke hilir secara terencana. Kalau satu titik macet, bisa berdampak luas ke hasil panen. Di situ kita belajar,” tambahnya.

Ia menyebut, Pemkab Kutim kini mulai menata ulang strategi pertaniannya. Salah satunya dengan merevitalisasi jaringan irigasi yang sudah ada, agar produksi beras lokal dapat meningkat signifikan. Bahkan, rencana perluasan lahan sawah hingga 200 hektare mulai disiapkan, asalkan sistem pendukungnya siap.

“Di sini (Pinrang), pemeliharaan saluran irigasi bahkan menggunakan dana insidensial. Kita akan mulai dengan inventarisasi, baik dari sisi program maupun anggaran. Jika sistemnya baik, potensi perluasan sawah di Kutim sangat besar,” ujar Mahyunadi.

Pemkab Kutim saat ini memang tengah membangun dan merehabilitasi jaringan irigasi di empat kecamatan penghasil beras utama. Yaitu di Sangatta Selatan, Long Mesangat, Kongbeng, dan Kaubun. Proyek ini ditujukan untuk memperkuat ketahanan pangan di tengah dominasi sektor ekstraktif.

Sementara itu, Kepala DPSDA-BK Kabupaten Pinrang Muhammad Jenal mengungkapkan, Bendungan Benteng memiliki peran vital sebagai pengatur irigasi di wilayah Pinrang dan sekitarnya, termasuk Sidrap. Air bendungan ini berasal dari lima sungai utama. Sungai Mamasa, Saddang, Baruppu, Matallo, dan Masuku. Dari sana, air dialirkan melalui tiga saluran induk Sawitto untuk wilayah Pinrang, Rappang untuk Sidrap, dan Pekkabata untuk Polewali Mandar.

“Saluran Rappang saja bisa mengairi sekitar 17.000 hektar lahan pertanian. Ini bukan sekadar infrastruktur air, tapi penentu nasib ribuan petani,” terang Jenal.

Bagi masyarakat Pinrang dan sekitarnya, keberadaan Bendungan Benteng lebih dari sekadar warisan kolonial. Ia telah menjelma menjadi jantung ketahanan pangan. Karena itu, keberlanjutan dan pemeliharaannya menjadi prioritas utama pemerintah daerah dan warga setempat.

Dari kunjungan ini, Mahyunadi menyimpulkan bahwa Kutim belajar bukan hanya dari sistem teknis, tapi juga semangat kolektif mengelola sumber daya demi kesejahteraan petani. Ia berharap pengalaman ini menjadi cermin dalam membangun pertanian berbasis irigasi di Kutim.

“Kita tidak mungkin meniru Pinrang secara utuh, karena kondisi geografis berbeda. Tapi kita bisa mengadaptasi sistem manajemennya. Dan yang paling penting, kita menempatkan pertanian sebagai sektor masa depan, bukan pelengkap belaka,” pungkas Mahyunadi. (kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini