Momen Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman memimpin jalannya Apel Gelar Pasukan gelaran BPBD. Foto: Irfan/Pro Kutim
SANGATTA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) lewat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggelar kegiatan Apel Gelar Pasukan, Peralatan, dan Simulasi Pencegahan serta Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang dipusatkan di area Lapangan Alun-alun Bukit Pelangi, Rabu (13/8/2025) pagi. Meski hujan rintik-rintik turun tak menyurutkan seluruh peserta apel bersemangat mengikuti jalannya kegiatan. Apel dipimpin langsung oleh Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman didampingi Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kutim Muhammad Idris Syam, Kapolres Kutim AKBP Fauzan Arianto, Dandim 0909/KTM Letkol Arh Ragil Setyo Yulianto dan seluruh undangan yang hadir.
Dalam arahannya, Bupati Kutim Ardiansyah menegaskan bahwa kegiatan apel ini merupakan wujud nyata komitmen kita dalam meningkatkan kesiapsiagaan seluruh sektor, khususnya dalam upaya menanggulangi bencana Karhutla di Kutim.

“Saya minta setiap instansi dan stakeholder yang tergabung dalam satuan tugas Karhutla diharapkan dapat mempersiapkan segala sesuatunya sejak dini, baik yang terkait dengan sumber daya manusia, personel, sarana dan prasarana, maupun dukungan sumber daya lainnya,” pinta Bupati.
Bupati menambahkan jika Kutim telah mengalami berbagai jenis bencana, baik bencana alam maupun non-alam. Bencana alam meliputi banjir, cuaca ekstrem, gempabumi, gelombang ekstrem dan abrasi, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, hingga potensi tsunami. Sementara bencana non-alam meliputi epidemi dan wabah penyakit. Kejadian-kejadian tersebut menunjukkan bahwa wilayah kita memiliki kerentanan yang cukup tinggi terhadap berbagai ancaman bencana.

Kemudian, berdasarkan data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2024, Kutim termasuk kategori risiko tinggi dengan nilai indeks 173,36. Sementara Indeks Ketahanan Daerah (IKD) tahun 2024 kita berada pada angka 0,42. Kategori risiko tinggi ini merupakan hasil penilaian terhadap potensi bencana yang dipengaruhi oleh faktor aktivitas manusia maupun kondisi alam.
Selanjutnya, berdasarkan Kajian Risiko Bencana Kutim Periode 2024–2028, Karhutla menempati peringkat pertama sebagai bencana yang paling sering terjadi.
“Sebanyak 15 kecamatan berada pada kategori bahaya sedang, dan 3 kecamatan masuk kategori bahaya tinggi, yaitu Kecamatan Kaliorang, Bengalon, dan Muara Bengkal,” paparnya.

Saat ini kita juga telah memasuki musim kemarau, sehingga potensi terjadinya Karhutla meningkat signifikan.
“Oleh karena itu, sebagai bentuk kesiapsiagaan terpadu dalam menghadapi ancaman ini pada tahun 2025, kita harus memastikan seluruh penanganan dilakukan secara cepat, tepat, dan sesuai prosedur yang berlaku,” tegas Bupati.

Untuk diketahui, Karhutla tidak mengenal batas wilayah baik hutan lindung, cagar biosfer, hutan tanaman industri, perkebunan perusahaan (milik swasta maupun negara), maupun kebun masyarakat. Semua berpotensi terdampak. Kondisi ini menegaskan bahwa penanggulangan Karhutla tidak dapat dilakukan secara parsial oleh masing-masing pihak, melainkan memerlukan kerja sama dan sinergi yang kuat antar seluruh stakeholder.
“Oleh sebab itu, kita harus terus melakukan penanggulangan bencana Karhutla dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, peneliti, dunia usaha, masyarakat, serta dukungan media massa untuk menyampaikan informasi dan edukasi kepada publik,” tutup Bupati.(kopi13/kopi3)