Beranda Kutai Timur Jejak Budaya Kutai Timur di Panggung Seni Rupa Internasional Aceh

Jejak Budaya Kutai Timur di Panggung Seni Rupa Internasional Aceh

117 views
0

“Akar Budaya” – Acrylic di atas Kanvas (Karya: Agung Suroso)

BANDA ACEH – Cahaya lampu sorot memantul di dinding lengkung Museum Tsunami Aceh. Di antara alunan musik tradisional dan langkah kaki pengunjung yang terhenti di depan kanvas-kanvas berwarna, suasana ruang pamer itu terasa hening sekaligus penuh getar. Bukan hanya karya seni yang terpajang, tetapi juga ingatan kolektif akan luka besar bangsa: tsunami yang mengguncang Aceh pada 2004 lalu.

Dalam ruang itu, pada 24-30 Desember 2024, terselenggara pameran seni rupa internasional bertajuk Culture Heritage. Sebelas negara hadir, membawa karya pilihan yang sudah melalui seleksi kuratorial ketat. Indonesia, Malaysia, Nepal, India, Jepang, Korea, Prancis, Filipina, Singapura, Brunei, dan Thailand, seolah menyatukan pesan bahwa budaya adalah warisan yang mampu melampaui batas negara, sekaligus menjadi jembatan memori antarbangsa.

“Akar Budaya” – Acrylic di atas Kanvas (Karya: Agung Suroso)

Di antara deretan lukisan yang menghiasi dinding, dua karya asal Kutai Timur (Kutim) turut menyita perhatian. Agung Suroso dari Kutim, menghadirkan “Akar Budaya”, akrilik di atas kanvas, yang berbicara tentang nilai-nilai sakral budaya Indonesia. Dalam deskripsi karyanya, Agung menegaskan ajakan bagi generasi muda untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa, sembari mengutip pidato Bung Karno.

“Bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawanya serta yang menjunjung tinggi budayanya,” jelasnya.

Bagi Agung, tampil di ajang internasional bukan hal baru. Ini adalah pengalaman kelimanya, namun selalu menjadi kebanggaan tersendiri.

“Kuda Lumping” – Acrylic di atas Kanvas (Karya: Agustin Panca Wardany)

Tak jauh dari sana, karya Agustin Panca Wardany juga dari Kutim ikut terpajang. Perupa muda yang kini berstatus mahasiswa ISBI sekaligus anggota Forum Muda Berbudaya (FMB) Kutim itu menampilkan lukisan “Kuda Lumping”. Dengan goresan akrilik, ia menuturkan pengalaman masa kecil saat bermain kuda lumping. Dalam deskripsi karyanya, Agustin menuliskan bagaimana semangat seorang anak kecil yang menunggang kuda mainan terasa seperti benar-benar berpacu gagah perkasa membela kebenaran. Karya itu menarik perhatian kurator hingga akhirnya lolos ke panggung pameran internasional ini.

“Kuda Lumping” – Acrylic di atas Kanvas (Karya: Agustin Panca Wardany)

Bagi Agung dan Agustin, keikutsertaan mereka lebih dari sekadar pencapaian pribadi. Itu adalah bentuk kontribusi kecil membawa nama Kutim ke ruang seni dunia. Sekaligus mempertegas bahwa budaya daerah mampu berbicara dalam bahasa universal, bahasa seni. (*/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini