Beranda Kutai Timur Pendampingan Operasi dan Mini Simposium Bedah Saraf di RSUD Kudungga

Pendampingan Operasi dan Mini Simposium Bedah Saraf di RSUD Kudungga

203 views
0

Pendampingan operasi oleh tim ahli di ruang bedah RSUD Kudungga (25 Juli 2025). Foto: Istimewa

SANGATTA – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudungga, di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), tak lagi sekadar menjadi fasilitas kesehatan di wilayah perbatasan. Dalam tiga hari pelaksanaan program pendampingan operasi dan mini simposium bedah saraf, 25-27 Juli 2025, rumah sakit kebanggaan Kutim ini mencatatkan lompatan monumental. Untuk pertama kalinya, tindakan bedah saraf lanjutan yang kompleks dan selama ini hanya tersedia di pusat layanan nasional, dilakukan di ruang operasi mereka.

“RSUD Kudungga kembali mencatatkan sejarah penting dalam dunia kesehatan Kalimantan Timur,” ujar Direktur RSUD Kudungga dr Muhammad Yusuf, dalam pernyataannya, Jumat (25/7/2025).

“Tindakan-tindakan yang kami lakukan selama tiga hari ini merupakan capaian signifikan yang menunjukkan kesiapan sumber daya dan sarana bedah saraf kami,” jelasnya.

Program pendampingan (proctoring) ini menghadirkan dua dokter bedah saraf berpengalaman nasional. Yaitu dr. Assadullah, M.Ked.Klin., Sp.BS dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya, serta dr. Guna Hutomo Putra, M.Ked.Klin., Sp.BS dari Rumah Sakit Universitas Airlangga. Mereka menjadi pendamping dan pelaksana berbagai tindakan medis kritikal di RSUD Kudungga, dari kasus cedera pleksus brakhialis (kerusakan saraf yang menghubungkan sumsum tulang belakang dengan bahu dan lengan), HNP (herniasi nukleus pulposus alias saraf terjepit), hingga kista tarlov (kista di akar saraf tulang belakang).

Mini Simposium Bedah Saraf di aula lantai 3 RSUD Kudungga. Foto: Istimewa

Rangkaian tindakan operasi yang dilakukan antara lain meliputi teknik nerve transfer, microscopic laminectomy decompression, dan injeksi manajemen nyeri. Untuk kasus HNP, metode operasi menggunakan pendekatan minimal invasif tanpa pen atau sekrup, luka operasi hanya 1,5 cm, dengan waktu rawat pasien hanya 2–3 hari.

“Sudah dijadwalkan enam pasien untuk operasi selama dua hari, 25 dan 26 Juli,” jelas Yusuf. “Pelaksanaannya dilakukan di ruang kamar operasi utama kami, didampingi oleh tenaga ahli dari Surabaya,” tambahnya.

Selain dua dokter pendamping dari luar, RSUD Kudungga juga memiliki dua spesialis bedah saraf internal. Masing-masing, dr. Heru Kustono, M.Ked.Klin., Sp.BS dan dr. Mirza Aditya, Sp.BS. Kehadiran mereka menjadi fondasi kemandirian rumah sakit dalam melayani pasien bedah saraf ke depan.

Lebih dari sekadar tindakan medis, program ini menjadi momentum pembelajaran bagi para dokter dan tenaga medis di RSUD Kudungga. Melalui pendekatan proctoring, rumah sakit memperkuat profesionalisme tenaga medisnya untuk mampu melayani tindakan kompleks secara mandiri.

Direktur RSUD Kudungga bersama tim spesialis dari Surabaya dan ketua komite medik. Foto: Istimewa

“Program ini diinisiasi oleh Komite Medik kami, dengan semangat peningkatan mutu profesi tenaga medis, khususnya dokter bedah saraf,” ujar Yusuf. “Harapan kami, ke depan tindakan-tindakan seperti ini dapat dilaksanakan secara mandiri di RSUD Kudungga,” tambahnya.

RSUD Kudungga saat ini terus membangun identitas sebagai rumah sakit rujukan terpercaya di Kalimantan Timur (Kaltim). Indikasi tersebut mulai terlihat dengan adanya rujukan dari kabupaten/kota lain untuk layanan bedah saraf, urologi, bedah tulang, hingga forensik.

“Jumlah rujukan pasien keluar Kutim harus semakin dibatasi. Justru sebaliknya, kami berharap rumah sakit lain yang merujuk ke sini,” tambahnya.

Untuk melengkapi transfer pengetahuan teknis di ruang operasi, RSUD Kudungga juga menyelenggarakan Mini Simposium Hybrid, bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kutim. Acara ilmiah ini bertajuk “Saraf yang Terputus: Strategi Klinis dalam Menghadapi Cedera Plexus Brachialis dan Spinal” dan digelar pada Minggu, 27 Juli 2025, di Aula Lantai 3 RSUD Kudungga.

Selain dua dokter pendamping operasi, turut hadir dr. Fatimatus Zahroh, Sp.KFR, AIFO-K sebagai pembicara dalam diskusi yang membahas pendekatan klinis terkini terhadap kasus cedera saraf berat. Forum ini menjadi ajang penting untuk memperluas wawasan, berbagi pengalaman, dan memperdalam pengetahuan para tenaga medis dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.

Selama dua hari, ruang operasi RSUD Kudungga menjadi saksi perubahan paradigma layanan kesehatan Kutim. Tidak lagi bergantung penuh pada rumah sakit di kota besar, kini rumah sakit kabupaten bisa menjadi pusat rujukan layanan spesialis unggulan.

Ke depan, program serupa akan dilanjutkan untuk bidang medis lain, seperti tindakan kateterisasi jantung (cathlab), dengan menggandeng tenaga ahli dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Dengan komitmen berkelanjutan dalam peningkatan kualitas layanan dan pengembangan ilmu, RSUD Kudungga tengah membuktikan bahwa pusat layanan unggulan tidak hanya lahir di pusat kota, tapi juga bisa tumbuh kuat dari ujung timur Kalimantan.

“Kami ingin menjadi rumah sakit rujukan terkemuka dan terpercaya di Kalimantan Timur. Dan hari ini, kami membuktikan bahwa itu bukan sekadar visi,” tegas Muhammad Yusuf. (*/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini