SANGATTA — Suasana pagi di Pusat Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) di Bukit Pelangi, Sangatta Utara, terasa berbeda pada Minggu (22/6/2025) itu. Udara segar menyelimuti kawasan alun-alun yang mulai dipadati ribuan orang berpakaian olahraga sejak pukul 05.30 WITA. Sebagian banyak peserta mengenakan kaus warna-warni bertuliskan Sangatta Festival Run (SFR) 2025, sebagian lagi hadir dengan kostum-kostum unik. Seperti dari Wiro Sableng, dinosaurus, Hanoman, Barongsai hingga tokoh fiksi seperti Ultraman dan Harry Potter.

Tepat pukul 06.15 WITA, Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman membuka gelaran akbar ini. Ia berdiri di garis start, mengibarkan bendera sambil mengucap, “Bismillahirrahmanirrahim,” dan letupan party popper, menandai dimulainya festival lari rakyat terbesar di daerah itu.
“Ini bukan sekadar lomba lari, tapi gerakan kolektif menuju hidup sehat,” kata Bupati dalam sambutannya sebelum start.
Ia mengapresiasi inisiatif panitia yang tak hanya menyuguhkan kompetisi, tetapi juga membangkitkan semangat sehat bersama masyarakat. Kali ini digelar dengan jarak 5 kilometer, ke depan bisa saja dengan jarak 10 kilometer dan seterusnya.

Rute sepanjang lima kilometer ini dimulai dari jalan depan Masjid Agung Sangatta, menyusuri simpang Kantor Bappeda, lalu berbelok ke kanan melewati monumen tambang di Bukit Pandang dan kompleks perkantoran Pemkab Kutim. Peserta terus bergerak ke tugu pesawat, sebelum kembali berbelok ke kanan dan menyelesaikan putaran di Alun-alun Bukit Pelangi atau di area Lapangan Heliped.
Sinar mentari pagi yang bersahabat menemani ribuan langkah peserta dari berbagai latar belakang usia dan daerah. Tak hanya warga Kutim, pelari dari luar kota seperti Berau, Samarinda, hingga Balikpapan turut memeriahkan. Salah satunya adalah Hendra, bocah 11 tahun asal Berau yang datang bersama komunitasnya.
“Seru sekali, saya bisa lari sampai garis akhir,” ucapnya penuh semangat.
Ketua panitia SFR 2025 Mayasari, yang juga Founder dari Muda Mudi Organizer, menyebutkan bahwa lebih dari 2.000 peserta mendaftar dalam kegiatan ini.
“Kami ingin membangun ekosistem gaya hidup sehat, terutama di kalangan muda,” ujarnya di acara yang menyediakan dua unit motor sebagai doorprize utama.



Penyelenggaraan SFR 2025 menggandeng banyak pihak. Dukungan datang dari Pemkab Kutim, Polres Kutim, komunitas lari, perusahaan lokal, hingga produsen minuman berenergi. Semua bersatu dalam semangat kolaborasi untuk menjadikan lari sebagai budaya dan sarana pertemuan warga lintas wilayah.
Di garis finish, setiap pelari disambut hangat oleh panitia dan langsung menerima medali sebagai tanda partisipasi, serta boneka singa, maskot khas SFR tahun ini yang menjadi simbol keberanian dan semangat.
Salah satu daya tarik utama dalam SFR 2025 adalah parade kostum peserta. Sejumlah pelari tampil nyentrik dan mengundang gelak tawa penonton. Ada yang tampil bak tentara lengkap dengan atribut, barongsai yang menari di tengah lintasan, hingga tokoh-tokoh budaya seperti Hanoman dan penari Dayak. Panggung hiburan pun disiapkan di tengah lapangan, lengkap dengan dua MC yang memandu sesi pembagian doorprize dan pertunjukan musik lokal.

Kadispora Kutim, Basuki Isnawan, dan Plt Kabag Prokompi, Iwan Adiputra serta perwakilan Forkopimda turut hadir mendampingi bupati. SFR adalah contoh konkret bagaimana kegiatan olahraga bisds
a dikemas dengan pendekatan budaya dan kreativitas.
SFR 2025 tak hanya meninggalkan jejak langkah, tetapi juga semangat yang terus hidup dalam benak peserta. Tidak sedikit yang berharap event ini bisa menjadi agenda rutin tahunan dengan cakupan yang lebih luas, bahkan bisa menjadi ikon olahraga tingkat provinsi.

“Bukan siapa yang tercepat, tapi siapa yang bisa bertahan dan bersenang-senang hingga akhir,” kata seorang peserta asal Samarinda, sambil tersenyum lelah di garis akhir.
Dengan matahari yang mulai meninggi dan gelak tawa yang masih bergema di sekitar alun-alun, Sangatta Festival Run 2025 membuktikan bahwa olahraga bisa menjadi ruang perjumpaan, selebrasi kebugaran, dan pesta kebersamaan yang menyatukan. (kopi3)