Podcast Bangga Kencana, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, dan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kutim Siti Robiah. Foto: ist
SANGATTA- Sebuah rekaman podcast di sudut ruang multimedia Kantor Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur (Kutim), Kamis (5/6/2025), menjadi panggung pengakuan dan komitmen baru. Dalam episode khusus Podcast Bangga Kencana, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, dan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kutim Siti Robiah, tampil bukan sekadar sebagai pasangan kepala daerah, tetapi sebagai Duta Tamasya Nasional. Sebuah peran simbolik yang kini mengusung tanggung jawab nyata. Yaitu menekan angka stunting dan menata layanan pengasuhan anak usia dini.
Podcast yang dipandu langsung oleh Kepala DPPKB Kutim Achmad Junaidi B, ini tak sekadar berisi obrolan ringan. Ia menjadi ruang refleksi atas capaian yang telah dirintis, sekaligus menyusun langkah konkret ke depan.



“Predikat ini bukan seremoni. Ini amanah dengan tanggung jawab besar,” tegas Ardiansyah usai sesi rekaman, mengenakan batik hitam.
Ia memaparkan bahwa program percepatan penurunan stunting di daerahnya telah membuahkan hasil. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia, angka stunting di Kutim berhasil diturunkan dari 29 persen pada tahun 2023 menjadi 20,6 persen pada 2024. Penurunan sebesar 8,4 persen dalam waktu setahun.
Menurutnya, capaian itu lahir dari kerja kolaboratif lintas lini. Hasil kerja bersama DPPKB, para kepala desa, RT, dan perangkat daerah lain. Bahkan para kades sudah menjadi orang tua asuh bagi anak-anak berisiko stunting di wilayahnya.



Menurut Ardiansyah, yang lahir di Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat, komitmen itu tak berhenti pada ucapan. Ardiansyah berencana menerbitkan surat edaran resmi yang mewajibkan perusahaan dan stakeholder untuk terlibat aktif dalam percepatan penurunan stunting. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan kualitas Tempat Penitipan Anak (TPA). Lembaga yang dinilainya memiliki peran strategis dalam mendukung tumbuh kembang anak sejak dini.
“Masih banyak TPA yang pengasuhnya belum mendapat pelatihan. SOP-nya juga harus ditata ulang. Ini penting karena menyangkut masa depan anak-anak kita,” ucapnya serius.
Sementara itu, Ketua TP-PKK Siti Robiah sekaligus istri bupati, menegaskan bahwa peran pengasuhan anak sudah lama menjadi perhatian PKK. Di beberapa kecamatan, bahkan TPA telah beroperasi di lingkungan kantor PKK dan TK Pembina.


“Memang ada yang belum terdaftar di Dinas Pendidikan, tapi ini justru menunjukkan komitmen kami. Ini bukan proyek, ini gerakan sosial,” ujar Siti Robiah yang kini aktif membina kader PKK se-Kutim.
Namun, ia juga mengungkap satu fakta lain yang layak dicatat. Program Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang sebelumnya menjadi bagian dari kurikulum PKK kini sudah dihapuskan.
“Jadi kami tak lagi melaksanakannya. Tapi fokus kami tetap di pengasuhan dan pemenuhan gizi anak,” imbuhnya.
Kepala DPPKB Kutim Achmad Junaidi B, yang memoderasi diskusi ini, menyambut baik pengukuhan Bupati dan Ketua TP PKK sebagai Duta Tamasya. Namun ia menekankan bahwa predikat nasional ini harus dibarengi sinergi antarperangkat daerah, bukan sekadar menjadi ajang peluncuran program.



“Kami tidak ingin Tamasya ini sekadar seremoni. Yang kita butuhkan adalah implementasi menyeluruh dan koordinasi lintas perangkat daerah,” ujar Junaidi.
Ia mengungkapkan, berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik), hanya terdapat tujuh TPA resmi di Kutim. TPA lain yang berada di bawah koordinasi Dinas Sosial atau Dinas Tenaga Kerja jumlahnya terbatas dan penanganannya kini menjadi tanggung jawab tingkat provinsi. Ke depan, DPPKB akan memfokuskan pada standarisasi operasional semua TPA serta monitoring dan evaluasi lapangan.
“Apalagi di perusahaan besar seperti PT DSN, yang memiliki cukup banyak TPA di kawasan operasionalnya,” jelasnya.
Tak hanya itu, DPPKB Kutim berencana menggulirkan Program Makanan Tambahan (PMT) gratis untuk anak-anak di TPA yang berasal dari keluarga berisiko stunting. Seluruh data tumbuh kembang anak itu akan langsung diintegrasikan dengan SIGA ELSIMIL dan aplikasi pemantauan stunting nasional.
“Ini penting agar kita bisa melakukan pemantauan tumbuh kembang anak secara real time dan terukur. Kami ingin anak-anak Kutim tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia sejak dini,” pungkas Junaidi.
Perjalanan Ardiansyah dan Siti Robiah sebagai Duta Tamasya Nasional mungkin baru dimulai. Namun langkah pertama yang mereka tapaki tidak lagi diwarnai seremonial belaka. Di balik mikrofon podcast dan naskah visi misi, ada komitmen yang sedang dibuktikan. Yakni menyusun masa depan anak-anak Kutim dari ruang bermain TPA hingga dapur keluarga paling terpencil. (*/kopi3)