Peresmian GKII Lung Melah Telen. Foto: Vian Prokutim
TELEN – Di tengah hamparan hijau Kecamatan Telen, gemuruh sukacita memenuhi udara pada Selasa, (10/12/2025). Warga Desa Lung Melah, dari beragam latar kepercayaan, berkumpul menyongsong momen bersejarah, peresmian Gereja GKII Jemaat Lung Melah. Rumah ibadah megah berukuran 24 x 59 meter yang dibangun melalui proses panjang dan gotong royong, dengan total biaya sekitar Rp 5 miliar.
Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim) Mahyunadi, hadir langsung memimpin peresmian yang berlangsung hangat dan sarat makna. Dalam sambutannya mewakili Bupati, ia meneguhkan kembali nilai toleransi yang telah lama tumbuh di Telen, sebuah wilayah yang dikenal damai dalam keberagaman.
“Di Telen, perbedaan bukan pemisah. Justru ini menjadi kekayaan yang menyatukan kita. Kita ingin semua umat dapat beribadah dengan damai dan penuh kenyamanan,” ucap Mahyunadi, menegaskan filosofi kebinekaan yang menjadi fondasi sosial masyarakat pedalaman Kutim.


Rangkaian acara dimulai dengan pembukaan selubung papan nama, dilanjutkan penandatanganan prasasti, serta pengguntingan pita sebagai simbol resmi berdirinya gereja baru. Sejumlah tokoh masyarakat, pemuka agama, jemaat GKII, serta perwakilan perusahaan perkebunan sawit di sekitar wilayah tersebut turut hadir. Tak sedikit warga non-Nasrani yang datang, menandai kuatnya budaya saling menghargai yang telah berurat akar di Lung Melah.
Ketua Pembangunan GKII Lung Melah Irma, menyampaikan penghargaan tulus kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang turut menopang perjalanan panjang pembangunan gereja tersebut.


“Gereja ini menggantikan gereja lama yang telah berdiri sejak 1995 lalu. Pada 2022 sudah mulai dirintis pembangunannya, hingga tahun 2025 ini. Ukuran gereja ini 24 x 59 meter dengan anggaran Rp 5 miliar dapat menampung jemaat hingga 600 orang dalam sekali ibadah,” jelas Irma, menggambarkan transformasi signifikan dari rumah ibadah berbahan kayu menjadi bangunan permanen yang kokoh dan representatif.
Di antara jemaat yang hadir, Yohanes Laman tampak tak kuasa menyembunyikan rasa harunya. Ia mengisahkan kembali masa-masa ketika jemaat harus bertahan dengan kondisi gereja lama yang telah menua.


“Kalau hujan, kami sering memindahkan bangku supaya tidak kena tetesan air. Tapi kami tetap beribadah dengan semangat,” kenangnya.
“Sekarang kami punya rumah ibadah yang layak. Ini bukan hanya bangunan, tetapi wujud kasih Tuhan dan kepedulian banyak orang. Kami sangat bersyukur, karena gedung baru ini jauh lebih nyaman dan membuat kami semakin semangat beribadah,” sambungnya, penuh syukur.


Rangkaian peresmian kemudian diakhiri dengan doa syukur dan ramah tamah sederhana. Momen itu menjadi ruang perjumpaan, tempat warga saling menyapa dalam suasana kekeluargaan yang khas Lung Melah.
Dengan berdirinya Gereja GKII Jemaat Lung Melah, masyarakat Telen kembali menegaskan diri sebagai wilayah yang mengedepankan harmoni, menjunjung toleransi, serta merawat persaudaraan lintas keyakinan. Sebuah identitas yang terus mengakar dalam denyut kehidupan mereka. (kopi4/kopi3)



































