Jalannya Rapat Kesiapsiagaan Banjir 2025. Foto: Bagus/Pro Kutim
SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melaksanakan sosialisasi dan simulasi penanggulangan bencana banjir sebagai bagian dari penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi Banjir 2025. Kegiatan yang digelar pada Selasa (26/8/2025) di Ruang Damar Gedung Serba Guna (GSG) Bukit Pelangi ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruh pihak dalam menghadapi potensi banjir yang tinggi di wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kutim Sulastin, dalam sambutannya menegaskan bahwa banjir merupakan salah satu bencana dengan potensi dampak besar bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Kutim.

“Potensi banjir yang tinggi di Kutim mendasari pentingnya kegiatan ini. Tujuannya adalah untuk menyusun skenario penanggulangan banjir yang terstruktur dan terkoordinasi,” ujar Sulastin.
Kegiatan ini dibagi menjadi tiga agenda utama yakni sosialisasi dokumen, gladi ruang (table top exercise/TTX), dan gladi posko (command post exercise/TCX). Gladi ruang dan posko menjadi wadah untuk menguji kesiapan operasional dan koordinasi antarinstansi dalam menghadapi situasi darurat.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kaltim yang diwakili oleh Ivan Ramdhany, menekankan pentingnya tanggap dan sigap dalam menghadapi bencana.
“Sosialisasi ini sangat penting agar penanganan bencana dapat dilakukan secara jelas dan sistematis,” tambahnya.

Sambutan itu, Bupati Kutim yang diwakili oleh Plt Asisten Pemerintahan Umum dan Kesra Trisno menyoroti fakta geografis Kutim yang memiliki 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni DAS Manubar, Bengalon, Sangatta dan Telen yang menjadikannya daerah dengan risiko banjir yang sangat tinggi.
Trisno juga mengingatkan kembali tantangan yang dihadapi saat penanganan banjir di Sangatta pada tahun 2022, dimana penanganan sempat terhambat.
“Persiapan adalah kunci dalam penanganan bencana,” tegas Trisno.
Ia menambahkan bahwa banjir dapat diprediksi 24-48 jam sebelumnya jika didukung oleh alat deteksi yang memadai, seperti alat pengukur ketinggian air. Ia mencontohkan pengalamannya menggunakan aplikasi ArcGIS untuk mitigasi banjir, yang memungkinkan penanganan secara optimal.


“Semoga dengan adanya Dokumen Kontingensi Banjir ini, mitigasi banjir di Kutim dapat dilakukan secara maksimal,” harapnya.
Pelaksanaan sosialisasi dan gladi ini diharapkan dapat menghasilkan skenario penanggulangan yang matang, memastikan koordinasi yang efektif, dan mempersiapkan seluruh elemen masyarakat serta pemerintah daerah untuk menghadapi potensi banjir di masa depan.(kopi5/kopi13)