Kegiatan penyelaman di Pulau Birah-birahan, Setebak dan Miang. Titik-titik zona selam yang sangat amboi di Kutim. Foto: Askhar/Shandy/Irfan For Pro Kutim
SANDARAN – Beberapa waktu lalu, di awal Juli 2023, DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kutai Timur (Kutim) kembali melanjutkan misi “Ekspedisi 99 Hari A Magic Land of East Kutai” di 18 kecamatan. Setelah sebelumnya mengeksplorasi keindahan alam pegunungan, sungai hingga hutan di daratan, kini fokusnya laut. DPC HPI Kutim memilih perairan Kecamatan Sandaran yakni Pulau Birah-birahan dan Teluk Setebak. Selanjutnya bergeser ke Kecamatan Sangkulirang yakni Pulau Miang. Untuk diketahui, Sandaran dan Sangkulirang menjadi titik ke 10 dan 11 kecamatan yang siap dieksplor dengan foto dan video dokumentasi ala petualangan.
Tim ekspedisi yang dengan komandoi Ketua DPC HPI Kutim Akshar Muzakkar membawa sekitar 7 orang awak anggota dimana salah satunya ada Ketua POSSI Kutim Shandy Ananda, satu orang blogger asal Samarinda Norma, satu orang dari pegiat Speargun asal Bontang Ardi dan satu kapten kapal dan asisten. Totalnya ada 11 orang berangkat dari Pelabuhan Kenyamukan Sangatta Utara dengan kapal kayu bermesin motor 4 Pk. Sejumlah perlengkapan menyelam sudah disiapkan dengan matang mulai dari asesoris snorkeling hingga diving contohnya ada masker, wetsuit, tabung oksigen, fin (kaki katak) hingga rompi ampung (BCD) beserta regulatornya.

Setelah melakukan perjalanan cukup lelah nan panjang dengan hantaman ombak cukup ganas di perairan Sandaran, tim tiba di Pulau Birah-birahan dengan waktu tempuh dari Pelabuhan Kenyamukan sekitar 5 jam. Di Pulau Birah-bihan kini kondisinya memprihatinkan pasalnya dermaga pulau tampak tidak terawat dan sebagian sudah rusak. Ukuran panjang dermaganya pun berkurang yang sebelumnya panjangnya sekitar 100 meter kini menjadi 50 meter. Kapal pun harus menunggu laut pasang agar bisa bersandar dekat dermaga, pasalnya jika nekad bisa saja baling-baling motor kapal tersandung karang. Hal ini yang diwaspadai oleh kapten.
Keesokan harinya, tim langsung melakukan penyelaman menuju Teluk Setebak. Jaraknya sekitar 70 mil laut dari Pulau Birah-birahan dengan menempuh etape perairan sekitar 1 jam 20 menit. Di Setebak ini kondisi lingkungannya masih terjaga dengan kontur pegunungan hutan berbatasan dengan Tanjung Mangkalihat dan Biduk-biduk di Kabupaten Berau. Di lokasi Setebak ini tak berpenghuni, terdapat tebing batu dengan hamparan pasir putih membentuk cekungan jika dari jauh mirip sebuah teluk. Salah satu hidden gem (surga tersembunyi) yang layak diinformasikan.

Tim melakukan snorkeling dengan merekam foto dan video apa-apa saja yang ada di Setebak. Saat menyelam, ditemukan koloni ubur ubur transparan menyengat. Untuk itu perlu hati-hati jangan sampai tersentuh. Salah satu anggota DPC HPI Kutim Gusnur Iman mengatakan kondisi terumbu karang di Setebak ada yang masih bagus dan tidak karena ada yang ditemukan terkena bom ikan.
“Setebak menjanjikan untuk didatangi untuk wisatawan yang senang berwisata laut. Airnya bening nan hijau. Belum lagi suasananya yang syahdu jauh dari hiruk pikuk keramaian. namun memang lokasinya blank spot tidak ada sinyal untuk mengupdate story status,” ceritanya kepada Pro Kutim.

Wari sapaan akrab Gusnur Iman, menambahkan ini pertama kalinya dirinya ke Setebak. Sejumlah testimoni pun disampaikan. Menurutnya Setebak ini pantas dijadikan destinasi wisata unggulan di Kutim. Bisa saja ada investor tertarik mengembangkan industri kepariwisataan bahari di sini.
“Karena memang belum ada dermaga, resort ataupun sejumlah rumah penginapan yang ada di sini. Karena masih kosong tak berpenghuni, pemerintah dalam hal ini Pemkab Kutim melalui Dinas Pariwisata (Dispar) bisa memberikan konsep pengembangan infrastruktur di Setebak. Ini masukan saja dari kami dari pegiat wisata bahari,” bebernya.
Di hari kedua, tim langsung melakukan hal yang sama langsung mendokumentasikan di perairan di bawah laut Pulau Birah-birahan. Di sini ditemukan seekor penyu yang tengah tidur di bawah karang-karang laut. Belum lagi ikan-ikan seperti baronang dan kakap menarik perhatian. Ketua DPC HPI Kutim Askhar Muzakkar dan Ketua POSSI Kutim Shandy Ananda menjadi buddy (tandem) langsung melakukan pekerjaannya. Hal yang patut diwaspadai dalam penyelaman ini yakni cuaca dan arus yang sangat kencang. Hari ketiga, tim melanjutkan kegiatan penyelaman di Pulau Miang.

Sebelumnya, kapal terkena serangan badai angin selatan yang mau tidak mau tidak melanjutkan perjalanan dan memilih posisi aman di kawasan Perairan Manubar saat lepas jangkar dari Pulau Birah-birahan. Setelah reda, kapal melanjutkan ke Pulau Miang dengan waktu tempuh 4 jam. Di Miang, tim menginap di salah satu villa kayu yang dibangun oleh Mantan Kades Selangkau Hasbollah. Di Miang, tim mendokumentasikan beberapa titik spot seperti patung baca dan gusung sapalege.
Sementara itu, Ketua POSSI Kutim Shandy Ananda selepas melakukan penyelaman mengungkapkan laut Kutim sangat menjanjikan dan patut dikembangkan. Karena laut Kutim tidak kalah dengan perairan di Berau.
“Memang perlu komitmen penuh untuk lebih meningkatkan kualitas infrastruktur di Kutim. Apalagi terkait pelayanan wisata. Contohnya saja di Pulau Miang sangat layak ada sebuah Dive Center (penyewaan perlengkapan menyelam). Jadi ketika wisatawan ingin melakukan fun wisata selam sudah tersedia,” tegas pria yang memegang lisensi rescue selam bintang 3 itu.
Selanjutnya sebagai Anggota DPC HPI Kutim dan menakhodai POSSI Kutim sudah selayaknya bersinergi apalagi ini terkait pengembangan pelestarian laut.
“Kami pun dari POSSI sangat welcome dan siap bersinergi dengan DPC HPI Kutim apalagi itu misinya dalam kampanye perlindungan laut,” urainya.

Senada, Ketua DPC HPI Kutim Askar Muzakkar melaporkan selain melakukan eksplorasi selam di Pulau Birah-birahan, Setebak dan Miang ada kegiatan bakti sosial dengan memberikan buku dan alat tulis untuk anak-anak sekolah di Pulau Miang.
“Bantuan buku dan alat tulis ini dari teman kita yang mengumpulkan dengan dana swadaya yakni Blogger asal Samarinda Norma yang ikut dalam ekspedisi,” singkatnya.
Selanjutnya, setelah melakukan kegiatan eksplor Sandaran dan Sangkulirang, tim ekspedisi siap melanjutkan sisa zona yang belum diekspor yaitu Karangan, Kaubun, Rantau Pulung hingga Batu Ampar.
“Semoga tidak ada halangan dan ekspedisi ini bisa diterima khalayak pariwisata. Intinya tujuan kami mengenalkan Kutim secara sederhana namun kaya akan informasi menakjubkan nan bermanfaat sebagai pengembangan industri pariwisata di Kutim,” terangnya.(kopi13/kopi3)