Nency Uli Pakpahan bersama Bupati Kutai Timur H Ismunandar.(Dok Pro Kutim)
Rasa bahagia tak terkira terpancar dari raut wajah Nency Uli Pakpahan, Rabu (8/4/2020) lalu. Sangat wajar apabila Nency yang berusia 43 tahun merasa bahagia. Baru saja lolos dari maut, berjibaku dengan proses penyembuhan agar terbebas dari Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang menjangkitinya. Dia baru dinyatakan sembuh berdasarkan hasil surat keterangan pemeriksaan tim medis yang diinformasikan RSUD Taman Husada Bontang, Selasa (7/4/2020) sehari sebelumnya.
Untuk beberapa pekan terakhir, wanita yang merupakan Pendeta GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) Sangatta ini harus mengalami campur aduk rasa di dalam jiwanya. Mulai dari kecewa hingga berjuang menumbuhkan semangat agar bisa pulih seperti sedia kala. Memang tak mudah agar bisa terbebas dari virus yang lazim disebut Corona. Maka dari itu, Nency mencoba berbagi kisah perjuangannya, menghadapi setengah alur potensi kematian akibat penyakit berbahaya yang sudah mendunia.

Rabu (8/4/2020), didampingi Bupati Kutim H Ismunandar, Wakil Bupati H Kasmidi Bulang, Sekretaris Kabupaten H Irawansyah, Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Bahrani dan beberapa Kepala OPD dilingkup Pemkab, Nency menuturkan pengalamannya melawan virus Corona di RSUD Taman Husada Kota Bontang kepada puluhan awak media. Menggunakan microphone ia mengaku hampir empat pekan mesti bersahabat dengan semangat agar terhindar dari virus Corona yang sudah kadung menyengat.
Awal mulanya, Nency menjadi orang yang sempat kontak langsung dengan pasien positif asal Kutim, yang sekarang dirawat di RSUD Aji Muhammad Parikesit Kukar pada 20 Maret lalu. Karena satu rombongan saat melakukan perjalanan untuk menghadiri pertemuan sidang Sinode di Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar) pada 26-29 Februari 2020. Sempat pada 5 Maret, dia berobat ke RSIA Cahaya Sangatta, hingga sampai 13 Maret 2020. Karena keluhan batuk, lemas, dan nafsu makan berkurangnya tak kunjung reda, lantas ditetapkan menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) virus Corona pada 16 Maret. Kemudian dirujuk dan diisolasi di RSUD Taman Husada Bontang. Akhirnya pada 23 Maret 2020, ia juga dinyatakan positif terjangkit Corona.
Usai divonis positif COVID-19, dirinya mengaku sangat terpukul dibalut rasa kecewa. Apalagi penularan terjadi saat mengikuti kegiatan kerohanian. Ditambah lagi siaran media sosial (medsos), video saat dirinya hendak masuk ke dalam ambulance sebelum bertolak ke rumah sakit rujukan COVID-19 di “Kota Taman” dari RSIA Cahaya Sangatta. Jiwa yang terpuruk akibat aktivitas dunia maya, sedikit banyaknya menggerus imunitas di tubuhnya. Apalagi hypertensi memang sudah ada dalam riwayat penyakitnya.

“Pada awalnya semua peristiwa membuat saya down (jatuh) dan semakin terpuruk. Sejak di vonis menderita COVID-19, beredarnya video saat saya akan dirujuk ke Bontang, beredarnya daftar ODP (Orang Dalam Pemantauan) usai saya dinyatakan positif COVID-19. Serta masih banyak lagi yang saya lihat di medsos (media sosial),” jelasnya dengan bola mata sedikit berkaca-kaca.
Pikiran-pikiran negatif sempat membuat kondisinya tak menentu. Dalam situasi dan pikiran sempit, ia lantas menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dia yakin, untuk sembuh dari penyakit semangatnya harus bangkit. Selain berdoa, menghibur diri menjadi satu solusi. Sistem imunnya seolah semakin hebat, takkala orang-orang terdekat senantiasa memberi semangat. Begitu pula dengan tim medis yang selalu telaten memberikan vitamin dan obat.
“Yang saya rasakan, memang sangat sulit dan tertekan pada pekan pertama (perawatan). Tapi akhirnya saya bisa menyesuaikan diri dan mendapat motivasi terus dari para perawat di rumah sakit. Bahwa ternyata, selain vitamin kita juga harus menjaga semangat hidup dan iman,” ungkap Nency.
Berkat perjuangan yang gigih melawan virus Corona, dengan melakukan karantina selama 14 hari. Mengikuti semua fase perawatan. Begitu dilakukan swab sebanyak 2 kali, hasilnya negatif. Untuk itu ia dinyatakan sembuh dari COVID-19. Beryukur menjadi hal yang langsung dilakukan olehnya, kala mengetahui informasi tersebut dari pada tanaga medis yang merawatnya. Ternyata, kata dia, berfikir hal baik dan melakukan hal-hal positif sangat membantu meningkatkan imunitas tubuh dan proses penyembuhan.

“Saya sangat bahagia karena akhirnya bisa keluar dari ruang isolasi dan kembali berkumpul di tengah-tengah keluarga seperti sedia kala. Setelah dinyatakan sembuh total dari COVID-19. Tentunya syukur yang tidak terhingga kepada Tuhan yang telah menolong saya melalui tim medis RSUD Taman Husada Bontang,” katanya bersyukur.
Keluarga dan teman-teman yang selalu menjadi penyemangat diberi ucapan terima kasih olehnya. Termasuk RSIA Cahaya Sangatta yang telah merujuknya. Berikutnya Pemkab Kutim dan Dinas Kesehatan yang terus memperhatikan dan memantau kondisinya walaupun berada di Bontang. Kini, Nancy dianjurkan Pemkab Kutim untuk kembali ke rumah dengan melakukan karantina pasca kesembuhan, selama 14 hari.
Sebelum menutup ceritanya, Nency berpesan, kepada seluruh masyarakat untuk terus mendukung pemerintah dalam program pencegahan penularan COVID-19, khususnya di Kutai Timur. Caranya adalah dengan tertib dan patuh mengikuti anjuran pemerintah serta kesehatan. Mulai dari menerapkan physical dan social distancing atau berdiam diri di rumah saja. Rajin mencuci tangan dengan sabun setelah beraktifitas dan sebelum menyentuh bagian wajah, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta tetap menggunakan masker setiap keluar rumah.
“Cukup saya saja yang pernah dinyatakan positif COVID-19, jangan ada tambahan (pasien) yang lain,” harap mantan pasien RSUD Taman Husada Bontang dengan sebutan KTM2 tersebut. (hms7/hms3)