Beranda Kutai Timur Hari Pertama Bertugas Sebagai Wabup Kutim, Mahyunadi Tegaskan Kepemimpinan Tanpa Dualisme

Hari Pertama Bertugas Sebagai Wabup Kutim, Mahyunadi Tegaskan Kepemimpinan Tanpa Dualisme

652 views
0

Wabup Kutim Mahyunadi memberikan arahan pada apel pagi Senin (24/2/2024). Foto: Nasruddin/Fuji Pro Kutim

SANGATTA – Hari pertama bertugas sebagai Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim) H Mahyunadi langsung menunjukkan gaya kepemimpinannya dengan memimpin apel pagi di halaman Kantor Bupati, Kawasan Pusat Perkantoran Pemkab Kutim, Bukit Pelangi, Sangatta Utara, Senin (24/2/2024). Dengan mengenakan seragam khaki lengkap dengan peci, Mahyunadi yang akrab disapa Unad memberikan arahan tegas kepada ratusan pegawai yang hadir. Wabup hadir mewakili Bupati H Ardiansyah Sulaiman yang sedang absen karena mengikuti retreat kepala daerah se-Indonesia di Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah.

Dalam apel yang dihadiri Sekretaris Kabupaten Rizali Hadi beserta sejumlah pejabat lainnya, Mahyunadi menegaskan komitmennya untuk menjalankan pemerintahan yang solid, profesional, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Mahyunadi menyampaikan bahwa kepemimpinan yang baik harus mampu menjaga kesinambungan program-program terdahulu yang bermanfaat, sekaligus melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang kurang optimal.

“Sesuatu yang baik di kepemimpinan terdahulu kita lanjutkan, yang kurang kita perbaiki. Program yang bagus kita pertahankan, yang jelek kita tinggalkan, selanjutnya kita ganti dengan yang baru dan lebih baik,” ujarnya tegas.

Dia juga menepis kekhawatiran mengenai potensi dualisme kepemimpinan antara dirinya dan Bupati Kutai Timur.

“Tidak ada matahari kembar atau dualisme kepemimpinan. Saya sudah mempelajari tugas pokok dan fungsi sebagai Wakil Bupati. Saya akan bekerja sebagai bagian dari tim, bukan untuk bersaing, bukan untuk saling sikut. Kita harus bekerja profesional, senang melihat orang senang, bukan sebaliknya,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Mahyunadi juga menyinggung soal mutasi jabatan yang kerap menjadi isu sensitif di lingkungan birokrasi, utamannya pasca-pilkada. Ia menekankan bahwa mutasi adalah hal yang wajar dalam pemerintahan, tetapi harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang, bukan karena kepentingan tertentu.

“Mutasi jabatan merupakan sesuatu yang wajar, namun bukan dipaksakan. Sebagai perumpamaan, pejabat dari Muara Bengkal yang biasa makan jukut pija (ikan asin) dipindah ke daerah pesisir yang biasa makan ikan laut, tentu kesannya dipaksakan, begitu pun sebaliknya,” katanya dengan perumpamaan yang menggugah tawa hadirin.

Ia memastikan bahwa setiap mutasi yang dilakukan harus mempertimbangkan kapasitas dan kapabilitas pegawai, sehingga roda pemerintahan bisa berjalan efektif dan efisien.

“Jika memang dilakukan, tentunya dengan mempertimbangkan kapasitas dan kapabilitas. Semua ini demi menjadikan Kutai Timur lebih hebat, dengan masyarakat yang lebih sejahtera,” pungkasnya.

Hari pertama Mahyunadi bertugas sebagai Wakil Bupati menjadi sinyal awal bagi pemerintahan Kutim yang lebih harmonis dan profesional. Gaya komunikatifnya yang lugas, disertai visi yang jelas, memberikan harapan baru bagi birokrasi dan masyarakat Kutim. Dengan menegaskan kerja tim, kesinambungan program, serta kebijakan yang berbasis pada kapabilitas, ia menunjukkan bahwa dirinya siap mengawal roda pemerintahan menuju perubahan yang lebih baik mendampingi Bupati. (kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini