Beranda Kutai Timur Bupati Kutim Dorong Ketahanan Pangan Lewat Tradisi dan Padi Mayas di Sekurau...

Bupati Kutim Dorong Ketahanan Pangan Lewat Tradisi dan Padi Mayas di Sekurau Atas

177 views
0

Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman syukuran pascapanen padi gunung varietas mayas. Foto: Vian Pro Kutim

BENGALON – Di kaki perbukitan Kecamatan Bengalon, Desa Persiapan Sekurau Atas kembali hidup oleh suara syukur. Pada Selasa, (3/6/2025), masyarakat Dayak Basap di desa tersebut menggelar syukuran pascapanen padi gunung varietas Mayas. Sebuah tradisi yang bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari cara hidup, serta bentuk nyata perlawanan terhadap krisis pangan dari tapak budaya.

Padi Mayas ditanam hanya sekali dalam setahun. Tanpa pupuk kimia, tanpa alat berat. Tapi dari kerja gotong royong dan petuah leluhur. 30 hektare ladang berhasil menghasilkan gabah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus menjaga kesuburan tanah.

Pelaksana Tugas Kepala Desa Persiapan Sekurau Atas Jamhari menyampaikan bahwa keberhasilan panen merupakan hasil kerja sama seluruh warga serta penerapan kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur suku Dayak Basap.

“Kalau terus dipaksa, dia akan marah. Kami diajarkan menanam hanya sekali dalam setahun. Untuk menjaga keseimbangan,” ujar Jamhari. “Tanah juga butuh istirahat, tetap subur,” tambahnya.

Tak hanya pemerintah, dunia usaha juga didorong ikut serta dalam mendukung keberlangsungan hidup petani lokal. Salah satu perusahaan yang mendapat sorotan positif dalam acara tersebut adalah PT Perkasa Inaka Kerta (PIK) yang dianggap aktif membantu masyarakat.

Jamhari berharap, perusahaan dapat berperan dalam pemasaran hasil panen warga. “Kami tidak ingin hasil panen kami hanya menjadi simbol syukur tanpa nilai jual. Kami harap perusahaan mau membeli atau membantu menjual kepada karyawan,” katanya.

Syukuran ini digelar secara adat. Dimulai dengan doa, dilanjutkan dengan makan bersama, dan dihadiri oleh para tokoh desa, tokoh adat, serta tamu kehormatan. Bupati Kutai Timur (Kutim) H Ardiansyah Sulaiman duduk sejajar dengan warga, mendengar langsung cerita dari ladang dan harapan dari para petani.

Bersama Letkol Laut (P) Fajar Yuswantoro, Komandan Lanal Kutim, serta unsur pemerintah kecamatan, Bupati Ardiansyah menyampaikan bahwa ketahanan pangan tidak bisa dibangun dari atas meja perencanaan saja. Ia harus hidup di tengah masyarakat, di ladang-ladang seperti di Sekurau Atas, yang menyatu dengan alam dan adat. Dia mengapresiasi semangat masyarakat dalam mempertahankan tradisi syukuran sebagai bentuk kearifan lokal yang harmonis dengan alam. Ia menegaskan bahwa pelestarian budaya lokal sejalan dengan upaya memperkuat ketahanan pangan dan kemandirian petani.

“Syukuran ini bukan sekadar seremoni, tetapi mencerminkan keberhasilan kita mengelola sumber daya alam secara bijaksana. Pemerintah daerah terus mendukung petani dengan pelatihan dan fasilitas pertanian yang berkelanjutan,” kata Ardiansyah.

Menurut Ardiansyah, program pertanian yang dijalankan Pemkab Kutim saat ini sejalan dengan visi Presiden RI Prabowo Subianto dalam mewujudkan kemandirian pangan. Pemkab Kutim sedang menyiapkan 100 ribu hektare lahan pertanian baru. Yaitu 20 persen difokuskan untuk padi sawah dan 80 persen untuk hortikultura seperti cabai, bawang merah, pisang, nanas, dan kakao.

Namun, bagi Ardiansyah, perluasan lahan tak cukup. Kemandirian pangan juga perlu tumbuh dari kedaulatan lokal, seperti yang diwariskan masyarakat Dayak Basap melalui pertanian ladang yang adaptif terhadap medan dan iklim.

“Kita jangan meninggalkan cara-cara lokal yang sudah terbukti selaras dengan alam. Pemerintah hadir untuk memperkuatnya dengan teknologi tepat guna, bukan menggantikannya,” katanya.

Dalam forum syukuran tersebut, Plt Kepala Desa Persiapan Sekurau Atas Jamhari juga menyampaikan harapan agar status Desa Persiapan Sekurau Atas segera menjadi desa definitif. Status itu dinilai penting untuk mempercepat pembangunan dan memperluas akses terhadap program pemerintah.

Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman lantas menegaskan bahwa 11 desa persiapan di Kutim, termasuk Sekurau Atas, sedang dalam proses percepatan legalisasi dan ditargetkan definitif pada tahun 2025.

“Kelengkapan administrasi dan konsideran hukum sudah kami siapkan,” ucapnya.

Acara syukuran ditutup dengan penyerahan simbolis hasil panen dan doa bersama. Tapi bagi warga Sekurau Atas, panen tahun ini bukan akhir, melainkan bagian dari siklus hidup yang terus berputar.

Padi Mayas tetap akan tumbuh setahun sekali. Tapi dari ladang yang sederhana itu, lahir pesan yang besar bahwa pangan bisa tumbuh dari akar budaya, bahwa pembangunan tak harus meninggalkan tradisi, dan bahwa desa bisa berdiri kuat tanpa kehilangan jati dirinya. Di tengah arus modernisasi dan perubahan iklim, Desa Sekurau Atas memilih bertahan bukan dengan menolak perubahan, tapi dengan menanamnya di ladang sendiri. (kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini