Kegiatan Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PWGT) Jemaat Rama, Klasis Kutai Timur (Kutim), menggelar kegiatan ibadah gabungan sekaligus pembinaan parenting. Foto: istimewa
SANGATTA – Dalam suasana hangat dan kekeluargaan, Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PWGT) Jemaat Rama, Klasis Kutai Timur (Kutim), menggelar kegiatan ibadah gabungan sekaligus pembinaan parenting pada Sabtu (7/6/2025). Sebanyak 45 peserta hadir di Sekretariat Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) Kabupaten Kutim, tempat kegiatan berlangsung. Panitia mengangkat dua materi utama, yakni komunikasi efektif dalam keluarga dan zero sampah.
Acara ini menjadi ruang perjumpaan rohani dan edukatif yang dirancang untuk memperkuat ketahanan keluarga Kristen Toraja di Sangatta. Sekaligus menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya pola komunikasi yang sehat dalam keluarga modern.

Pembinaan dipandu oleh Bindan Yuliana Kala’ Lembang, seorang fasilitator yang juga pengurus PWGT Klasis Kutim. Dalam paparannya, Yuliana yang merupakan ASN lingkup Pemkab Kutim menjelaskan, komunikasi yang sehat merupakan fondasi dari keluarga yang harmonis. Ia menekankan bahwa Alkitab menjadi dasar utama dalam membangun cara berkomunikasi yang benar, penuh kasih, dan berbuah Roh.
“Komunikasi dalam keluarga bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga tentang sikap hati dan kasih sayang yang diwujudkan dalam tindakan,” terang Yuliana dalam sesi utama yang dimoderatori oleh Maya Pakambanan, Ketua PWGT Jemaat Rama.
Ia memaparkan bahwa komunikasi dalam keluarga mencakup hubungan antara suami dan istri, orang tua dan anak, serta relasi antaranggota keluarga lainnya. Dalam pemaparannya yang sistematis, Yuliana menguraikan pengertian keluarga, sarana komunikasi, jenis dan hambatan komunikasi, hingga cara-cara mengatasi konflik internal dengan pendekatan spiritual dan praktis.
Yuliana menekankan pentingnya komunikasi non-verbal yang hangat dan penuh kasih sayang. Mulai dari tatapan mata tujuh detik kepada pasangan, suara lembut, hingga luangnya waktu untuk mendengar anak-anak berbicara.
“Kehangatan tidak bisa dibeli, tapi bisa dibangun pelan-pelan lewat kesediaan untuk hadir dan mendengar,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa hambatan komunikasi di dalam rumah tangga sering kali muncul bukan dari masalah besar, melainkan dari hal-hal sepele yang berulang. Antara lain kelelahan, stres, ketidakpekaan, hingga gaya hidup yang bertabrakan.
Poin menarik lainnya adalah soal gaya berkomunikasi yang dibedakan antara keluarga harmonis dan keluarga berkonflik. Menurut Yuliana, komunikasi yang benar akan menghasilkan keluarga yang saling merindukan, saling menguatkan, dan menjadi teladan bagi lingkungan sekitar.
Selain komunikasi, materi kedua yang diangkat adalah Zero Sampah, yang menurut panitia merupakan bagian dari tanggung jawab iman dalam menjaga bumi. Pesan ekologis ini menjadi penekanan penting di tengah meningkatnya produksi sampah rumah tangga.
“Kesalehan dalam keluarga harus tampak pula dalam gaya hidup hemat, ugahari, dan cinta lingkungan,” ujar Yuliana.
Ia mengajak seluruh peserta untuk mempraktikkan pola hidup bersih dan ramah lingkungan sebagai bagian dari kesaksian iman.
Di akhir sesi, para peserta diajak untuk merenungkan kembali peran mereka dalam membangun komunikasi yang sehat dan berdampak. Melalui doa bersama, peserta diajak menghadirkan buah-buah Roh dalam interaksi sehari-hari di rumah tangga masing-masing.
“Mari kita ciptakan keluarga yang bukan hanya religius, tapi juga komunikatif, sehat secara mental, dan peduli lingkungan,” pungkas Yuliana.
Kegiatan ini tidak hanya memperkaya peserta secara spiritual, tetapi juga mempererat solidaritas perempuan Toraja di perantauan. Dengan membawakan tema yang relevan dan menyentuh, kegiatan ini menjadi salah satu langkah konkret PWGT Klasis Kutim dalam membangun keluarga Kristen yang kuat di tengah perubahan zaman. Sekaligua menjadi satu strategi mengampanyekan zero sampah atau budaya hidup minim sampah demi kesehatan bumi sebagai rumah bersama mahluk hidup. (kopi3)