Abdul Asiz saat berikan sambutan Wisudawan Terbaik Rapat Terbuka Senat Wisuda XIII STIENUS Tahun 2025. Foto : Nasruddin/Pro Kutim.
SANGATTA – Pagi itu, Kamis (30/10/2025), langit Bukit Pelangi tampak cerah. Dari kejauhan, arus kendaraan mengalir menuju Gedung Serba Guna (GSG) Bukit Pelangi. Di dalam Ruang Akasia, ratusan wajah berbalut toga tampak tegang namun bahagia. Rapat Terbuka Senat Wisuda XIII Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusantara (STIENUS) Sangatta berlangsung khidmat. Sebuah puncak perjalanan panjang bagi para mahasiswa yang menamatkan studinya.
Di antara mereka, Abdul Asiz berdiri dengan senyum menahan haru. Namanya dipanggil sebagai wisudawan terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95. Tepuk tangan panjang bergema, seolah menjadi penanda bahwa perjuangan yang dilalui tak pernah sia-sia.

“Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di momen bersejarah ini. Hari ini bukan sekadar seremoni kelulusan, tetapi penanda perjalanan panjang penuh usaha, doa, dan waktu,” ucapnya dalam pidato yang menggugah.
Asiz mengaku, capaian itu bukanlah hasil kerja kerasnya semata, melainkan buah dari doa dan dukungan banyak pihak.
“Ini bukan milik saya saja. Ini milik orang tua yang doanya mungkin tak terdengar lantang, tetapi selalu mengetuk pintu langit. Milik para dosen yang dengan sabar membimbing dan menuntun kami menuju pemahaman yang lebih dalam,” katanya penuh rasa syukur.
Ia mengenang masa-masa perjuangan bersama rekan-rekannya di kampus. Malam-malam panjang dengan tugas menumpuk, lelah yang ditutup senyum, dan tekad yang tak pernah padam menjadi bagian dari kisah yang menemaninya hingga hari kelulusan.
“Kami tahu rasanya berjuang melawan deadline sambil tersenyum pura-pura bahagia, meski badan penat dan pikiran lelah. Tapi dari semua itu, kami belajar bahwa hidup bukan tentang seberapa sering kita jatuh, melainkan seberapa berani kita bangkit,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah.
Dalam kesempatan itu, Asiz tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ketua STIENUS Amran, dosen pembimbing Ausiriana dan Agung Prasetyo yang kini menempuh studi doktoral di Hongaria, serta para penguji Nurida Martin dan Simunawir Sitoro yang disebutnya sebagai penguji cerdas dan inspiratif.
“Pertanyaan-pertanyaan mereka selalu tajam dan menantang, memaksa saya berpikir tiga langkah ke depan. Tapi justru karena itu, kami ditempa menjadi pribadi yang lebih siap menghadapi dunia kerja,” tuturnya.
Tak hanya itu, Asiz juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh sivitas akademika STIENUS, penyedia beasiswa seperti KIP, Kaltim Cemerlang, Kutim Cemerlang, dan PT Kaltim Prima Coal (KPC), serta rekan-rekan seperjuangan yang selama ini menjadi bagian dari perjalanannya. Namun momen paling mengharukan muncul ketika ia menyebut peran keluarga.
“Terima kasih kepada ibu dan istri saya, perempuan-perempuan tangguh yang mencinta dengan hebat tanpa syarat. Doa dan kesabaran mereka menjadi kekuatan terbesar dalam perjalanan ini,” ujarnya, dengan suara yang nyaris pecah.
Menutup sambutannya, Asiz mengajak seluruh wisudawan untuk menjaga nama baik almamater dan menjadikan ilmu sebagai bekal berbuat kebaikan.
“Mari kita jadikan keberhasilan hari ini sebagai awal untuk menorehkan jejak kebaikan. Percayalah, waktu akan membawa kita pada puncak terbaiknya. Teruslah menjadi baik dan bermanfaat di mana pun kita berada,” katanya menutup pidato.
Tepuk tangan kembali menggema di ruangan itu. Di tengah rasa haru dan bangga, nama Abdul Asiz menjadi simbol bahwa kerja keras, ketulusan, dan doa yang konsisten akan selalu menemukan jalannya menuju keberhasilan. (kopi14/kopi3)

































