Plt Asisten Pemerintahan Umum dan Kesejahteraan Rakyat Kutim Trisno bersama Ketua TP PKK Kabupaten Kutim Ny Hj Siti Robiah, Sekretaris dan jajaran DPPKB serta perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Foto: Wahyu Pro Kutim
SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) terus menggeber percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Kutim. Untuk itulah sebelumnya dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutim periode 2022-2024, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Nomor 264/K.268/2022 yang telah ditetapkan pada 25 Maret 2022 lalu.
Selanjutnya pada Rabu (6/7/2022), di Ruang Rapat Diskominfo dan Perstik Kutim, digelar pula Rapat Koordinasi yang dibuka Plt Asisten Pemerintahan Umum dan Kesejahteraan Rakyat Kutim Trisno. Pertemuan itu dihadiri Sekretaris dan jajaran DPPKB Kutim. Ketua TP PKK Kabupaten Kutim Ny Hj Siti Robiah, serta perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait lainnya secara hybrid (luring dan daring). Kegiatan ini juga dihadiri oleh tim Satgas stunting dari Pemprov Kaltim.
Plt Asisten Pemerintahan Umum dan Kesra Kutim Trisno berharap, penurunan angka stunting di Kutim ditarget menyamai nasional, yaitu 14,4 persen. Dijelaskan olehnya, pencegahan stunting sudah harus diedukasikan kepada masyarakat. Pendampingan dilakukan kepada para remaja, usia subur, calon pengantin, ibu hamil dan melahirkan serta bayi dan anak balita.
“Penurunan stunting bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak bisa dilaksanakan oleh satu OPD (Organisasi Perangkat Daerah) saja. Tapi lintas sektor dan bahu membahu,” tegasnya.
Kualitas bangsa ini, 20 tahun ke depan, sambung Trisno, berada dipundak anak-anak penerus bangsa. Oleh karna itu kualitas sumber daya menussia anak-anak tersebut harus dipersiapkan dengan baik.
Sementara itu, Sekretaris DPPKB Indra Arie Iranday, membeberkan tujuan rapat adalah untuk menajamkan kembali uraian tugas masing masing OPD sebagai anggota TPPS.
Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, Yuliana Kala Lembang menambahkan, di Kutim telah dibentuk 177 tim pendamping keluarga (TPK). Satu timnya terdiri dari tiga orang yaitu bidan, PKK dan Kader KB. Sehingga total anggota tim berjumlah 531 orang. Semuanya telah mendapatkan orientasi dan pelatihan. TPK inilah yang nantinya akan mendampingi sasaran atau keluarga beresiko stunting. Untuk mendapatkan pelayanan, sehingga potensi lahirnya anak stunting dapat dicegah.
“Ayo cegah stunting, agar keluarga bebas stunting,” ajaknya. (kopi7/kopi3)