Kepala Dinas Pendidikan Kutim, DR Roma Malau, SE,MM saat ditemui usai diruang kerjanya (Wak Hedir Pro Kutim)

SANGATTA – Hingga kini, pandemi virus Corona nampaknya belum juga reda. Tentunya situasi ini juga berdampak pada program belajar mengajar di sekolah yang sudah beberapa waktu mesti dilakukan dari rumah. Menyikapi hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun akhirnya merancang skenario program belajar dari rumah yang bakal dilanjutkan lagi hingga akhir tahun 2020.

Meski belum menerima surat edaran resmi dari Kemendikbud perihal terebut, namun pada prinsipnya Kepala Dinas Pendidikan Kutim DR Roma Malau setuju dengan keputusan Pemerintah Pusat. Artinya siswa tetap belajar dari rumah hingga akhir 2020. Tentunya dengan alasan pencegahan penularan COVID-19. Khusus untuk sektor pendidikan, Roma menegaskan bahwa Kutim belum siap mengimplementasikan “New Normal Life”.

“Saat Video Conference antar Kepala Dinas Se-Kaltim dan Kaltara belum lama ini, saya sampaikan bahwa sekolah-sekolah di Kutai Timur (Kutim) belum siap ‘New Normal’ atau belum siap untuk belajar kembali di sekolah,” kata Roma saat ditemui Pro Kutim diruang kerjanya, Kamis (11/6/2020).

Lantas kapan siswa bisa belajar di sekolah lagi? Roma berpendapat, paling tidak pada Januari 2021, baru bisa dilakukan pembelajaran secara normal. Karena banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan, terutama mencegah anak-anak biasanya akan berkerumun dan bermain bersama.

“Di Kutim saya belum berani (berlakukan program belajar di sekolah). Resikonya sangat tinggi untuk anak dan daya tahan tubuh juga berbeda. Kita tidak bisa samakan dengan daerah lain,” tegasnya.

Sebagai contoh, Mahakam Ulu yang zona hijau namun tetap melaksanakan belajar dari rumah saja. Untuk itu Roma menyimpulkan saat ini seluruh siswa sekolah di Kutim masih lebih aman belajar dari rumah dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selanjutnya guru-guru di imbau untuk terus berinovasi, agar murid-murid tidak bosan belajar dari rumah. Tentunya bersama dengan Dinas Pendidikan Kutim, akan melakukan inovasi-inovasu belajar yang menyenangkan, meskipun dilakukan dari rumah saja.

Roma menambahkan bahwa Kemendikbud juga telah menyerahkan kepada Kepala Dinas Pendidikan di seluruh daerah, terkait metode pembelajaran yang digunakan. Menyesuaikan kondisi dan geografis di daerah masing-masing. Jika tak terjangkau teknologi informasi, maka guru tetap diimbau untuk melakukan belajar tatap muka.

“Tapi maksimal (belajar mengajar) dengan lima siswa saja,” tutup Roma. (hms15/hms3)

1 KOMENTAR

  1. kenapa bu di sekolahan memang buku yg tdk sama dengan kurikulum buku yg di jual wali murid dari sekolahan tapi tdk di paksakan untuk membeli soalnya jarganya mahal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini