Beranda Entertainment Sulap Lahan Pascatambang Jadi Multi Manfaat – Upaya KPC Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sulap Lahan Pascatambang Jadi Multi Manfaat – Upaya KPC Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

362 views
0

Sejak awal, konsep pembangunan yang diusung oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) adalah program yang berkelanjutan (sustainable development). Maka dari itu, sedari awal kebijakan pembangunan kepala daerah di Kutim tak lagi mengutamakan eksploitasi sumber daya alam (SDA) berupa energi fosil, melainkan SDA terbarukan. Kebijakan Pemkab Kutim tersebut ternyata disinergikan oleh perusahaan tambang batubara terbesar di dunia yang ada di Kutim yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC).

Perusahaan tambang ini dalam perjalanannya konsen menelurkan program yang memiliki manfaat timbal balik bagi masyakat Kutim. Salah satunya melalui komitmen pengelolaan lahan pascatambang yang ada di wilayah ring 1 operasionalnya. Tak hanya menjadi area reklamasi belaka, namun disulap menjadi sebuah waduk untuk penelitian dan diberi nama Telaga Batu Arang (TBA). Bahkan diarea tersebut juga didirikan Peternakan Sapi Terpadu (Pesat) dan Jupiter Farm.

Superintendent Conservation and Agribusiness PT KPC Sugeng Wiyatno, coba menjelaskan garis besar dan program apa saja yang dilakukan perusahaan dan bersinergi dengan Pemkab Kutim. Melalui sebuah presentasi tentang program lahan pascatambang PT KPC, Sugeng mulai memaparkan program-program Corporate Social Responsibility (CSR) mendukung kebijakan pemerintah.
Di lahan pascatambang PT KPC terdapat lima zona pengelolaan. Yaitu zona keragaman hayati, zona pemanfaatan, zona wisata, zona penyangga dan zona lindung.

Sesuai slogannya sejak awal-awal berdiri, “KPC Tidak Hanya Menambang”, perusahaan ini terus berupaya memaksimalkan lahan-lahan pascatambang agar tak terbengkalai. Dengan cara, satu, mengembangkan zona pemanfaatan dan wisata. Tujuan utamanya adalah memberikan manfaat dan kemandirian bagi masyarakat. Diintegrasikan melalui lahan pasca tambang zona 1, 2, 3 dan seterusnya.

“Harapannya, memberikan kontribusi bagi visi dan misi Pemkab Kutim hingga Pemerintah Pusat. Landasannya, turut berkontribusi dalam menjawab isu nasional, pemenuhan kebutuhan pangan, swasembada daging dan mewujudkan sustainable development,” jelas Sugeng yang sehari-harinya mengenakan kacamata tersebut.

Tiga area yang menjadi lokasi konservasi adalah Telaga Batu Arang (TBA). Dengan luas lahan sekitar 270 hektare (ha). Di lokasi tersebut terdapat danau seluas 12,5 ha sebagai area budidaya ikan air tawar. Ada beragam jenis ikan air tawar, yang dibudidayakan dengan metode keramba jaring apung. Tak hanya sebatas itu, pihak perusahaan juga melakukan uji layak konsumsi. Bekerjasama dengan ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Universitas Mulawarman (Unmul). Hasilnya cukup positif, ternyata berdasarkan hasil uji, ikan-ikan yang dibiarkan hidup di tempat tersebut layak konsumsi. Lokasi dimaksud juga sangat cocok dijadikan wahana penelitian karena memiliki plasma nutfah. Tak hanya Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutim saja yang melakukan penelitian, namun juga universitas lainnya. Kendati sudah menggapi beberapa progress dan rekomendasi positif, namun TBA masih belum bisa dibuka untuk umum. Dengan pertimbangan keselamatan para pengunjung. Sekaligus menghindari fenomena kejadian-kejadian dan musibah warga di lahan bekas tambang, seperti yang terjadi di daerah lain.

“Sebenarnya, Pemkab Kutim juga telah meminta agar TBA bisa dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata di Kutim. Namun, dengan pertimbangan keselamatan tadi, untuk sementara belum bisa dibuka untuk umum,” tambah lelaki paruh baya tersebut.

Pihak perusahaan juga membangun kincir angin yang dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Di area itu, nampak tumbuh subur tanaman-tanaman endemik yang sudah mulai langka. Sengaja ditanam untuk mempetahankan populasi tanaman langka agar tetap terjaga di tanah “Tuah Bumi Untung Benua” (slogan Kabupaten Kutim) ini.

Program lain yang menarik perhatian yaitu Pesat. Apa itu Pesat? Pesat adalah singkatan dari Peternakan Sapi Terpadu. Secara garis besar, sejak didirikan beberapa tahun silam, Pesat telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Tak melulu dari sisi sosial, namun juga ekonomi dan lingkungan. Dari segi ekonomi saja, terjadi transaksi ekonomi antara Rp 20 juta hingga Rp 30 juta perbulan. Transaksi didapat dari penjualan susu segar ke café-café yang ada di Sangatta. Bahkan pembelinya hingga Samarinda dan Balikpapan.

Setelah susu sapinya dijual, kotorannya pun disulap agar bernilai ekonomis. Kotoran sapi diproduksi menjadi pupuk kompos dan dijual kepada masyarakat dengan harga yang lebih tejangkau. Sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar, Pesat mengutamakan pembelian bahan konsentrat untuk bahan kebutuhkan makanan sapi dari warga setempat. Kemudian Pesat sanggup memberi manfaat edukasi dan wisata bagi masyarakat umum.

“Khususnya yang ingin mempelajari sapi perah dan manfaat lainnya dari tempat itu,” tambahnya.

Berikutnya Juiter Farm, area yang dikembangkan untuk pengembangan peternakan ayam. Saat ini memiliki polulasi ayam petelur sebanyak 3000 ekor. Telah menghasilkan 3.750 Kg telur perbulan. Kehadiran peternakan ayam di Jupiter Farm yang terus berkembang, akhirnya memicu masyarakat Kutim mengikuti usaha serupa. Khusus di Jupiter Farm sendiri, pihak pengelola pun melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya. Sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar.

“Jika sebelumnya (peternak ayam petelur) hanya sekitar 10 persen, sekarang sudah mencapai 70 persen. Ini sudah bisa dikatakan mampu memenuhi kebutuhan protein, di Sangatta khususnya,” tutur Sugeng.

Kemudian terbentuklah Aliansi Peternakan Ayam Petelur Sangatta. Dari kelompok itu, pendistribusian telur semakin mudan. Ke pasar atau warung-warung yang ada di Kota Sangatta. Masyarakat juga bisa langsung datang ke Jupiter Farm. Untuk membeli telur ayam dengan harga terjangkau. Per “piring” atau 40 butir hanya dihargai Rp 40.000. Disisi lain, lahan yang ada telah pula dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat sekitar untuk ditanami sayur-sayuran hijau. Seperti sawi, bayam, kangkung cabut dan lainnya. Ditempat ini tak hanya ada peternakan ayam petelur, namun juga ada 93 sapi bali yang dikembangkan. Untuk proyek percontohan peternakan sapi, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Kutim. Serta lagi-lagi untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Menjadi potensi pengembangan usaha masyarakat agar mandiri dalam meningkatkan kesejahteraannya. (hms15/hms3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini