SANGATTA — Di balik semarak ekspos Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-45 Provinsi Kalimantan Timur yang digelar di Sangatta, Kutai Timur, ada satu momen yang meredupkan, ketika kabar duka datang dari penginapan kontingen Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Purwadi, staf pendamping kafilah PPU, ditemukan tak bernyawa di kamar hotel tempat ia menginap, hanya beberapa jam sebelum ia dijadwalkan hadir dalam ekspose MTQ. Ia wafat dalam diam, di tanah yang sedang merayakan syiar suci, meninggalkan duka bagi para sahabat, panitia, dan seluruh keluarga besar PPU.
Kabar itu menggetarkan Ruang Meranti, lokasi ekspose utama MTQ. Sekretaris Provinsi Kaltim Sri Wahyuni yang tengah menyampaikan sambutan, langsung mengakhiri pidatonya dan menuju RSUD Kudungga. Di sana, ia memimpin doa dan menyampaikan belasungkawa secara langsung. “Semoga amal ibadah Almarhum diterima, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,” ucapnya dengan mata berkaca.
Di rumah sakit itu pula, haru tak dapat dibendung. Hadir pula Asisten Pemkesra Seskab Kutim Poniso Suryo Renggono, Kepala Kemenag Kutim, dan pejabat-pejabat lainnya yang datang untuk memastikan segala hal terkait jenazah Almarhum ditangani dengan baik. Dalam suasana penuh duka itu, satu hal menjadi terang, solidaritas dan empati birokrasi masih nyata.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra), mengambil tanggung jawab penuh atas pemulangan jenazah ke kampung halaman di PPU. Tidak ada biaya sepeser pun yang dibebankan kepada pihak keluarga. Seluruh proses administrasi, transportasi, hingga pengawalan dipastikan ditangani dengan tuntas. Atas perhatian dan bantuan tersebut, ucapan tulus mengalir dari pemerintah daerah asal Almarhum.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Heti dan Pemerintah Daerah Kutai Timur atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan dalam proses pemulangan jenazah Almarhum Purwadi,” tutur Rahmanu, perwakilan dari Bagian Kesra Kabupaten Penajam Paser Utara, dengan suara bergetar saat dikonfirmasi awak media.
Ia menambahkan bahwa pembiayaan penuh yang diberikan tanpa syarat merupakan wujud nyata kepedulian antar daerah dan sesama aparatur.
“Bantuan pembiayaan yang sepenuhnya ditanggung tanpa biaya merupakan bentuk kepedulian dan kemanusiaan yang sangat kami hargai. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa,” ucapnya.
Tak hanya sekadar rasa terima kasih administratif, ucapan Rahmanu menggambarkan betapa hangatnya solidaritas antardaerah dalam suasana berduka. Di tengah duka mendalam itu, Pemkab Kutim tak sekadar hadir sebagai tuan rumah MTQ, melainkan juga sebagai tuan rumah kemanusiaan.
Perjalanan jenazah Almarhum menuju PPU pun dikawal dengan penuh penghormatan. Seolah semua orang sadar, bahwa meski ia berpulang dalam diam, pengabdiannya saat menunaikan tugas tidak boleh berlalu begitu saja. Ia adalah salah satu dari wajah-wajah tak dikenal yang menopang acara besar dari balik layar, mereka yang tak naik panggung, tapi memastikan segalanya berjalan.
Kisah kepergian Purwadi menjadi potret bahwa di balik panggung acara pemerintah, ada sisi kemanusiaan yang tak boleh dilupakan. Ketika kata-kata tak lagi mampu menyampaikan perasaan, doa dan tindakan konkret menjadi bahasa paling tulus untuk saling menguatkan.
Sangatta, yang menjadi saksi kepergian Almarhum, juga menjadi saksi atas hadirnya empati di tengah birokrasi. Dan di ruang-ruang itulah, nama Purwadi akan terus dikenang, bukan hanya sebagai staf kafilah, tapi sebagai teladan pengabdian yang berpulang dalam tugas. (kopi3)