SANGATTA – Pukul 09.00 WITA, langkah Bupati Kutai Timur (Kutim) H Ardiansyah Sulaiman, sudah terarah menuju sebuah rumah di Jalan KH Ahmad Dahlan Nomor 39, Sangatta Utara. Bukan untuk kunjungan kerja atau menghadiri acara seremonial, melainkan untuk sebuah tugas kemanusiaan. Yakni enyampaikan duka cita atas wafatnya Hj Mardiana Binti Nanno, istri dari H Ilham, pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim sekaligus Ketua KKMSB Kutim.
Rasa empati yang mendalam begitu terasa. Di tengah padatnya agenda pemerintahan, Ardiansyah bersama istri Hj Siti Robiah, Wakil Bupati Mahyunadi, unsur Forkopimda, serta jajaran legislatif dan kepala perangkat daerah, menyempatkan diri hadir secara langsung di rumah duka. Mereka tidak hanya membawa doa, tetapi juga keteladanan. Bahwa seorang pemimpin harus peka terhadap luka yang dirasakan rakyatnya, termasuk para ASN di lingkungan pemerintahannya.

Hj Mardiana Binti Nanno berpulang pada Jumat malam, 11 April 2025 pukul 20.26 WITA di RS AW Syahranie, Samarinda. Kabar duka itu cepat menyebar, terutama di kalangan ASN dan komunitas warga Sulawesi Selatan di Kutim, mengingat almarhumah adalah istri dari tokoh sentral dalam organisasi kedaerahan dan birokrasi pendidikan daerah.
Sosok H Ilham sendiri dikenal luas sebagai Kepala Bidang Pendidikan Menengah di Disdikbud Kutim yang telah mengabdi puluhan tahun. Kepergian istrinya yang mendadak tentu menjadi pukulan berat bagi dirinya dan keluarga. Namun, kehadiran Bupati bersama jajaran di rumah duka menjadi penyejuk di tengah kesedihan.
Dalam kunjungan singkat namun sarat makna itu, Bupati secara langsung menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Ilham dan keluarga, serta mendoakan agar almarhumah mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.

“Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya. Semoga almarhumah husnul khotimah, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kekuatan menghadapi ujian ini,” ucap Ardiansyah dengan suara lirih namun penuh simpati.
Takziah tersebut dilakukan sebelum Ardiansyah bertolak ke Kecamatan Teluk Pandan untuk menghadiri kegiatan halal bihalal sekaligus meresmikan Puskesmas. Keputusan menyisipkan agenda pribadi dalam padatnya jadwal resmi menunjukkan bagaimana empati dan kepekaan sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kepemimpinannya.
Dalam suasana berkabung, kehadiran pemimpin daerah tidak sekadar seremoni. Ia menjadi bentuk nyata bahwa pemerintahan bukan hanya soal pengambilan kebijakan, melainkan juga keterlibatan hati. Bagi masyarakat Kutim, sikap seperti ini adalah simbol dari kepemimpinan yang hadir, bukan hanya dalam suka cita, tetapi juga dalam duka.



“Semoga kepergian Hj Mardiana menjadi pengingat bagi semua bahwa kehidupan adalah perjalanan singkat, dan dalam setiap langkahnya menjadi amal pahalan, aamiinnn,” tutup Ardiansyah sebelum bertolak ke Teluk Pandan. (kopi3)