KOMBENG — Deru mesin X-Ray pagi itu bersahutan dengan langkah warga yang satu per satu memasuki Balai Pertemuan Umum Desa Makmur Jaya, Kecamatan Kombeng, Senin (14/4/2025). Bukan hajatan atau kampanye politik, melainkan aksi kemanusiaan bertajuk Active Case Finding (ACF) yang digelar Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui Dinas Kesehatan. Fokus program ini adalah melacak dan menekan penyebaran Tuberkulosis (TBC) melalui pemeriksaan paru secara gratis dengan X-Ray.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas tahunan atau pelengkap program. Ia bagian dari strategi nasional yang dirancang Kementerian Kesehatan RI untuk mempercepat eliminasi TBC, penyakit menular yang masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat Indonesia, termasuk Kutim. Dibalut tema “Kontak dengan penderita TBC, tinggal serumah, batuk tidak kunjung sembuh? Ayo periksa X-Ray paru!”, acara ini menyasar warga yang punya riwayat kontak erat dengan pasien TBC atau mengalami gejala ringan namun berpotensi infeksi.

“Ini adalah upaya strategis untuk mendeteksi infeksi laten,” ujar Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kutim Ahsan Zainuddin, saat membacakan sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kutim. Ia menjelaskan, infeksi laten TBC adalah kondisi saat bakteri sudah masuk ke dalam tubuh, namun belum menunjukkan gejala apa pun. Jika tidak ditangani, kondisi tersebut bisa berubah menjadi TBC aktif yang mudah menular dan membahayakan.
“Penting untuk mendeteksi lebih awal agar pengobatan bisa dilakukan sedini mungkin. Dan tentu saja, kita ingin memutus mata rantai penularan sebelum penyakit ini berkembang,” tambah Ahsan.
Menurut data Dinas Kesehatan Kutim, wilayah seperti Muara Wahau dan Kombeng masuk dalam zona yang perlu perhatian serius terkait TBC. Faktor kepadatan hunian, mobilitas antarwilayah, dan keterbatasan akses layanan kesehatan menjadi tantangan tersendiri.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari aparat kecamatan. Sekretaris Kecamatan Kombeng Uleh Juk, menegaskan pentingnya partisipasi aktif warga. Ia mengapresiasi langkah Dinkes Kutim yang tidak hanya menghadirkan layanan, tetapi juga sebelumnya telah mengedukasi masyarakat melalui Puskesmas Muara Wahau dan Kombeng.

“Jangan malu, jangan takut. Pemeriksaan ini untuk kebaikan bersama. Justru yang malu memeriksa, bisa berisiko menularkan pada orang terdekat,” kata Uleh di hadapan ratusan warga yang hadir.
Uleh menambahkan, pihaknya bersama Forkopimcam dan para kepala desa telah menyebarkan informasi kegiatan ini secara massif. Dukungan logistik dan teknis pun disiapkan agar pemeriksaan bisa berjalan lancar, akurat, dan menjangkau sebanyak mungkin warga.
Hadir pula dalam kegiatan tersebut unsur Forkopimcam, perwakilan BLUD Kombeng, perangkat desa, dan tokoh masyarakat. Pemeriksaan massal berlangsung tertib dengan prosedur yang ketat. Setiap warga yang datang lebih dulu mengisi formulir skrining gejala, lalu diarahkan ke bilik X-Ray untuk pemeriksaan lanjutan.
Langkah ini sejalan dengan target eliminasi TBC nasional pada 2030, yang menargetkan penurunan angka kasus hingga 90 persen dibandingkan tahun dasar. Berdasarkan laporan Global TB Report 2023, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi kasus TBC di dunia setelah India, dengan estimasi 969.000 kasus baru setiap tahun. Angka kematian akibat TBC di Indonesia pun mencapai sekitar 144.000 jiwa per tahun.
“Kita tidak bisa menunggu. Penemuan kasus aktif harus agresif. Dan Kutim siap ambil bagian,” tegas Ahsan.


Dengan gerakan ACF ini, diharapkan masyarakat semakin sadar bahwa deteksi dini bukan sekadar pilihan, tapi kebutuhan. Terutama karena TBC bukan lagi penyakit orang miskin atau kumuh, melainkan bisa menjangkiti siapa pun, di mana pun.
Melalui kegiatan seperti ini, Dinas Kesehatan Kutim berharap masyarakat memahami bahwa TBC bisa dicegah, diobati, dan disembuhkan, asal ditemukan sejak awal. Pemeriksaan X-Ray gratis menjadi salah satu kunci memecah kebisuan yang selama ini menyelimuti penyakit ini.
Saat hari menjelang siang, warga masih terus berdatangan. Seorang ibu membawa anaknya, seorang buruh perkebunan datang dengan seragam kerjanya, bahkan beberapa lansia tampak digandeng anak-anak mereka. Semua datang dengan harapan yang sama: mencari kepastian akan kesehatannya.
Di tengah tantangan geografis dan keterbatasan fasilitas, kegiatan ini menjadi bukti bahwa layanan kesehatan yang berpihak pada rakyat tak harus mewah, tapi harus menjangkau. Dan di Desa Makmur Jaya pagi itu, TBC tak lagi bersembunyi. (kopi16/kopi3)