Momen Syukuran Pelantikan ARMY. Foto: Nasruddin
SANGATTA – Matahari belum terlalu terik saat ratusan orang mulai memadati halaman Rumah Jabatan Bupati Kutai Timur (Kutim) di kawasan Pusat Perkantoran Pemkab di Bukit Pelangi, Minggu (20/4/2025) pagi. Mulai pukul 10.00 WITA, suasana penuh kehangatan menyelimuti perhelatan syukuran pelantikan pasangan Ardiansyah Sulaiman dan Mahyunadi, yang dikenal dengan singkatan khas mereka, ARMY—sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kutim periode 2025–2030.
Bukan seremoni mewah, bukan pula pesta kemenangan. Acara ini adalah bentuk syukur dan pernyataan komitmen. Tim pemenangan, partai pengusung dan pendukung, serta para relawan dari berbagai latar belakang menyatu dalam suasana khidmat dan kekeluargaan. ARMY, yang pada Pilkada 2024 lalu memenangkan kepercayaan mayoritas masyarakat Kutim, kini menyongsong amanah besar lima tahun ke depan.

“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Kutai Timur. Kemenangan ini bukan kemenangan kami pribadi, tapi kemenangan masyarakat. Kami sadar, tantangan ke depan tak ringan. Maka, mari kita bersinergi membangun daerah ini bersama-sama,” ujar Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman di hadapan hadirin.
Pernyataan Ardiansyah bukan sekadar basa-basi politik. Dalam nada bicara yang tenang namun tegas, ia mengajak para relawan untuk tetap berada di garis perjuangan, bukan lagi untuk kampanye, melainkan untuk mengawal pemerintahan yang efektif dan akuntabel. Ia menegaskan bahwa pemerintahannya akan terbuka terhadap masukan, bahkan kritik, dari masyarakat.

“Kalau ada hal yang belum dikerjakan, sampaikan. Jangan hanya diam. Kami butuh masukan dari bawah untuk memastikan pembangunan menjangkau seluruh wilayah Kutim,” lanjutnya.
Wakil Bupati Kutim Mahyunadi, yang mendampingi Ardiansyah di panggung, menyampaikan nada yang senada. Baginya, pelantikan bukan akhir, melainkan awal dari kerja panjang yang harus dijalani dengan tanggung jawab tinggi.

“Kita sudah satu perahu, dan perahu ini harus kita kayuh bersama. Saya dan Pak Ardiansyah siap bekerja keras mewujudkan janji kampanye. Tak ada waktu santai, karena Kutim menanti hasil nyata,” kata Mahyunadi, menandaskan semangat kolaboratif yang diusung keduanya.
Kehadiran para tokoh masyarakat, tokoh adat, dan perwakilan lintas organisasi politik memberi kesan bahwa pemerintahan ini tak berdiri di atas satu warna. Koalisi besar yang terbentuk saat Pilkada kini berubah menjadi energi sosial-politik untuk pembangunan.

Ketua Tim Pemenangan ARMY yang juga Anggota DPRD Kaltim Agusriansyah Ridwan, menyebut acara syukuran ini sebagai momen penting konsolidasi.
“Relawan jangan bubar. Justru sekarang kita kawal program-program yang sudah kita janjikan. Ini era baru dan kita semua bertanggung jawab,” ujarnya.
Agusriansyah menambahkan bahwa keterlibatan masyarakat harus terus dibuka ruangnya. Tidak hanya dalam bentuk pujian, tapi juga kritik yang membangun.

Sementara itu, Ketua Panitia syukuran, Kastina memastikan bahwa seluruh rangkaian acara syukuran dilaksanakan secara swadaya, tanpa menyentuh dana pemerintah.
“Ini hasil gotong royong. Kami ingin tunjukkan bahwa semangat relawan tetap menyala bahkan setelah pemilihan usai,” katanya.

Tak ada yang mencolok dari susunan acara, mulai dari doa bersama, ramah tamah, hiburan sederhana. Namun yang mencolok justru adalah atmosfer kebersamaan yang kuat. Para hadirin bersalaman hangat, saling menyemangati, dan menyatukan visi untuk Kutim lima tahun ke depan.
ARMY, sebagai singkatan dari Ardiansyah-Mahyunadi, kini menjadi simbol kekuatan rakyat yang menyatu. Kemenangan politik mereka bukan hasil dari mesin partai semata, tapi hasil dari keterlibatan ribuan tangan yang bekerja senyap. Mengetuk pintu rumah warga, menyusun strategi akar rumput, hingga menjaga suara di TPS.
Syukuran pagi itu menjadi penegas bahwa demokrasi lokal bisa berwajah hangat dan inklusif. Bahwa pelantikan bukan sekadar seremoni administratif, tetapi awal dari kontrak sosial yang harus dijaga bersama. Dengan dilantiknya ARMY dan digelarnya syukuran rakyat ini, harapan pun terpatri, agar lima tahun ke depan menjadi masa pengabdian yang adil, merata, dan berdampak luas bagi seluruh wilayah Kutim. Dari Sangatta hingga kecamatan paling terpencil. Dan pagi itu, dengan langit yang cerah di atas Bukit Pelangi, Kutim seperti menyusun babak baru dalam lembar sejarahnya, dengan rakyat sebagai penulis utamanya. (kopi14/kopi3)