Beranda Infrastruktur Sedimen dan Solusi, Respons Cepat Wabup Kutim di Tengah Krisis Irigasi Kaubun

Sedimen dan Solusi, Respons Cepat Wabup Kutim di Tengah Krisis Irigasi Kaubun

480 views
0

Wabup Kutim Mahyunadi menyusuri saluran irigasi. Foto: Miftah Pro Kutim

KAUBUN – Langkah kaki Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim) H Mahyunadi, menyusuri saluran irigasi yang nyaris kering di Desa Bumi Rapak bukanlah seremoni belaka. Pada Kamis (15/5/2025) siang, usai mengikuti forum diskusi peningkatan infrastruktur desa, Mahyunadi memilih turun ke lapangan. Di balik pakaian dinas yang basah oleh keringat dan sepatu yang penuh lumpur, ia menatap tumpukan sedimen yang menghambat aliran air, simbol krisis yang membelit petani Kaubun.

“Masalah seperti ini tidak boleh terjadi setiap tahun,” tegas Mahyunadi kepada warga dan perangkat desa yang turut mendampinginya.

Ucapannya bukan sekadar retorika. Ia menatap langsung aliran air yang nyaris mati di saluran primer. Beberapa titik bahkan benar-benar stagnan. Air tertahan, lahan pun mengering. Padahal saat itu, musim tanam sudah tiba. Air tidak mengalir, akibatnya masa tanam tertunda dan bisa berdampak pada hasil panen.

Bagi warga Bumi Rapak, irigasi bukan hanya soal infrastruktur, melainkan urat nadi pertanian dan perkebunan. Saluran air ini menopang ratusan hektare sawah dan kebun sawit milik warga. Sekali tersumbat, imbasnya langsung terasa, produktivitas terganggu, pendapatan turun, dan ketahanan pangan lokal terancam.

Keluhan para petani yang telah lama terpendam akhirnya menemukan titik terang. Respons cepat Pemkab Kutim, melalui Mahyunadi, menjadi harapan baru di tengah kegelisahan panjang.

Dalam tinjauannya, Mahyunadi juga mengecek kondisi bendungan utama, titik awal distribusi air. Ia tak hanya melihat, tapi langsung menyusun langkah strategis. Ia menyampaikan bahwa pada tahun depan, Pemkab Kutim akan mengalokasikan satu unit ekskavator mini ke desa. Alat berat itu akan difungsikan untuk pengerukan berkala saluran irigasi, dikelola langsung di tingkat desa, dan diawasi oleh pemerintah desa serta kecamatan.

“Sumber daya ini harus dikelola bersama. Pemerintah desa, camat, dan warga harus terlibat aktif. Jangan tunggu parah dulu baru bertindak,” tegasnya.

Program ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang Pemkab Kutim untuk menjawab persoalan infrastruktur pertanian di desa-desa. Dengan alat berat yang siaga di lokasi, perawatan irigasi bisa dilakukan secara berkala dan cepat, tanpa harus menunggu bantuan dari luar wilayah.

Tak hanya menyelesaikan masalah, Mahyunadi juga menanam harapan baru. Ia menargetkan agar ke depan, petani di Bumi Rapak dan wilayah Kaubun bisa menikmati tiga kali panen dalam setahun.

“Target kami adalah tiga kali panen dalam setahun. Ini demi meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal,” ucapnya, disambut anggukan warga yang hadir.

Target ini bukan mimpi kosong. Dengan perbaikan sistem irigasi dan dukungan infrastruktur desa, intensifikasi pertanian bisa tercapai. Lebih banyak panen berarti lebih banyak hasil. Dan itu berarti perputaran ekonomi yang lebih hidup di desa.

Langkah Mahyunadi mungkin baru awal, tetapi keberanian turun langsung ke lapangan dan menyusun solusi konkret adalah pertanda perubahan. Ia tak hanya bicara di forum, tetapi menyambangi akar persoalan dengan mata dan telinga sendiri.

Di tengah kebisingan birokrasi dan lambannya respons di banyak daerah lain, pendekatan seperti ini menjadi oase. Bahwa pemimpin bisa hadir bukan hanya saat panen raya atau peresmian proyek, tetapi juga saat sedimen menutup harapan petani. Karena di balik lumpur dan sedimen yang mengendap di saluran irigasi itu, tersimpan harapan akan musim tanam yang lancar, panen yang melimpah, dan kehidupan desa yang sejahtera. (kopi8/kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini