Beranda Infrastruktur Di Bekas Sawit yang Terlupakan, Wakil Bupati Menyulut Asa Baru Pertanian Kaliorang

Di Bekas Sawit yang Terlupakan, Wakil Bupati Menyulut Asa Baru Pertanian Kaliorang

5,198 views
0

Peninjauan lahan dan alsintan di Desa Selangkau. Foto: Miftah/Pro Kutim

KALIORANG- Di balik rerimbun semak belukar bekas perkebunan sawit yang lama terbengkalai, sebuah geliat baru muncul di Desa Selangkau, Kecamatan Kaliorang. Kamis (15/5/2025), Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim) H Mahyunadi menapaki lahan yang perlahan berubah wajah. Ia tidak hanya meninjau, tetapi membawa pesan perubahan, bahwa pertanian bukan sekadar tradisi, tapi masa depan.

Didampingi Kepala Desa Selangkau dan para tokoh masyarakat, Mahyunadi menyusuri area yang kini mulai kembali digarap. Di sana, petani tak lagi mengandalkan cangkul atau sabit usang. Mereka kini dibekali alat panen otomatis, pompa air bertenaga mesin, hingga drone penyemprot pupuk.

“Petani sekarang adalah pekerjaan menyenangkan,” ujarnya di hadapan kelompok tani. “Tak perlu lagi mencangkul seperti dulu. Kita bisa pakai alat modern untuk semua proses,” tambahnya.

Kehadiran Mahyunadi bukan sekadar kunjungan kerja atau seremonial. Ia membawa misi konkret, membangkitkan kembali ratusan hektare lahan tidur untuk pertanian aktif. Menurutnya, ini sejalan dengan kebijakan Presiden RI Prabowo Subianto yang menempatkan ketahanan pangan sebagai prioritas nasional.

“Kalau memang kurang, kita akan tambah. Target kita, lahan bekas sawit ini bisa segera dialihkan jadi lahan pertanian produktif,” tegasnya.

Lahan-lahan itu tak bisa menunggu lebih lama. Pemkab Kutim telah menyalurkan berbagai alat berat, seperti ekskavator, yang mampu membuka 400 hektare lahan dalam waktu relatif singkat. Namun Mahyunadi tahu betul, pembukaan lahan saja belum cukup. Pembangunan sistem irigasi adalah pekerjaan rumah berikutnya yang harus segera diselesaikan.

“Dengan sumber daya air yang melimpah dan teknologi memadai, pertanian di Selangkau bisa panen lebih dari dua kali dalam setahun,” ujar Mahyunadi optimistis. “Ini peluang besar untuk menjadikan desa ini sebagai lumbung pangan Kutai Timur,” ujarnya lagi.

Optimisme Mahyunadi disambut antusias oleh warga. Kepala Desa Selangkau melaporkan bahwa masyarakat telah bersiap membuka kembali sekitar 300 hektare lahan tidur. Namun ada satu persoalan krusial, distribusi air. Meski air tersedia dalam jumlah besar, tidak semua lahan dapat dijangkau.

“Airnya ada, tapi distribusinya belum menjangkau lahan-lahan yang jauh dari mata air,” jelas Kepala Desa Selangkau Arifudin.

Infrastruktur irigasi menjadi tumpuan harapan banyak petani di wilayah ini. Tanpa itu, produktivitas tetap akan terbatas. Modernisasi pertanian yang digaungkan pemerintah daerah kini mulai menampakkan bentuk. Di Selangkau, transisi dari pertanian konvensional ke teknologi modern tak lagi sekadar wacana. Ini adalah bagian dari transformasi yang lebih besar. Menjadikan pertanian sebagai poros utama ekonomi lokal di tengah ancaman krisis pangan global.

Kunjungan Mahyunadi bukan hanya simbol, melainkan dorongan nyata untuk memindahkan Kutim dari ketergantungan pada sektor ekstraktif menuju ekonomi berbasis tanah dan pangan. Di Kaliorang, di tanah bekas sawit yang pernah ditinggalkan, benih harapan mulai ditanam kembali. Dan bisa jadi, dari sana lahir petani-petani baru yang bukan hanya bercocok tanam, tapi juga mengelola teknologi, pasar, dan masa depan. (kopi8/kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini