Beranda Kutai Timur Mahyunadi Pacu Aksi Konkret Turunkan Stunting dan Cegah Kematian Ibu Hamil di...

Mahyunadi Pacu Aksi Konkret Turunkan Stunting dan Cegah Kematian Ibu Hamil di Kutim

105 views
0

Momen Wabup Kutim Mahyunadi usai menghadiri Pengukuhan Pengurus dan Raker KNPI Kutim di Ruang Meranti, Kantor Bupati. Foto: Alvian Pro Kutim

SANGATTA – Sebuah lonceng peringatan kembali berdentang di Kutai Timur (Kutim). Kabupaten yang kaya akan sumber daya alam ini, justru menempati posisi kedua tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim) dalam kasus stunting dan kematian ibu hamil pada 2024. Angka itu tak hanya mencemaskan, namun juga menjadi cermin tantangan besar bagi pembangunan sumber daya manusia (SDM) di wilayah timur Borneo tersebut.

Merespons situasi genting itu, Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim) Mahyunadi, menyatakan komitmen penuh dan sikap tegas. Tak sekadar retorika, Mahyunadi mulai menyusun dan menjalankan strategi konkret sebagai bagian dari langkah percepatan penurunan stunting dan angka kematian ibu hamil. Ia menyebut, keterlibatannya sebagai ex officio dalam tim percepatan penurunan stunting menjadi titik tolak langkah lintas sektor yang lebih terintegrasi.

“Terkait informasi ini, saya mohon maaf karena baru menjabat beberapa bulan. Tapi saya jamin, ke depan Kutim masuk tiga besar terendah angka stunting dan kematian ibu hamil se-Kaltim. Permasalahan ini harus menjadi perhatian bersama,” tegas Mahyunadi usai menghadiri Pengukuhan Pengurus dan Raker KNPI Kutim di Ruang Meranti, Kantor Bupati, Kamis (22/5/2025).

Menurut Mahyunadi, pemerintah daerah telah mengantongi data valid dan program yang terukur. Kini saatnya beralih dari perencanaan ke pelaksanaan. Dalam waktu dekat, Pemkab Kutim akan menggulirkan program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil, menyusui, dan balita. Tak hanya itu, suplemen penting seperti zat besi, asam folat, dan vitamin akan didistribusikan ke seluruh Puskesmas dan Posyandu di desa dan kelurahan.

Penanganan stunting bukan sekadar soal makan. Mahyunadi menekankan perlunya intervensi gizi spesifik dan sensitif, serta penyediaan layanan dasar yang memadai. Oleh karena itu, program strategis lainnya adalah pembangunan dan rehabilitasi sarana MCK (mandi, cuci, kakus), termasuk penyediaan air bersih di wilayah dengan sanitasi buruk.

Tak berhenti di situ, Pemkab Kutim juga memperkuat pendekatan edukatif dan partisipatif. Edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta kewajiban pemeriksaan kehamilan minimal enam kali selama masa kehamilan menjadi bagian dari standar layanan yang kini diperketat. Posyandu dan kader kesehatan pun dilibatkan secara aktif dalam mendampingi keluarga berisiko stunting melalui kunjungan rumah rutin.

“1000 hari pertama kehidupan itu sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak. Karena itu pemuda yang sehat secara fisik dan mental akan menjadi fondasi SDM produktif menuju Indonesia Emas 2045,” kata Mahyunadi.

Kutim bukan tak berdaya. Meski tantangannya besar, Mahyunadi meyakini bahwa langkah kolektif dan kolaboratif lintas sektor akan menjadi kunci perubahan. Ia mengajak seluruh elemen, mulai dari organisasi kepemudaan hingga perangkat desa, untuk ikut ambil bagian dalam gerakan ini.

Angka memang bisa berbicara. Namun lebih dari sekadar statistik, stunting dan kematian ibu hamil adalah soal nyawa dan masa depan generasi. Karena itu, langkah serius dan berani Pemkab Kutim di bawah komando Mahyunadi patut ditunggu realisasinya. Dengan fondasi data yang akurat, strategi yang terstruktur, dan semangat gotong royong, Kutim bersiap bangkit. Bukan sekadar mengejar target peringkat provinsi, tetapi demi menyelamatkan masa depan anak-anak negeri. (kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini