Musyawarah Cabang VII Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kutai Timur (Kutim). Foto: Alvian Pro Kutim
SANGATTA – Musyawarah Cabang VII Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kutai Timur (Kutim) menjadi ajang penting untuk memperkuat sinergi antaranggota dalam mewujudkan pelayanan kesehatan berkualitas dan berkelanjutan. Digelar di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, Sabtu (30/11/2024), acara ini dihadiri oleh Ketua DPRD Kutim Jimmy, unsur Forkopimda, Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Bahrani, anggota IDI Kutim, serta tamu undangan. Selain merumuskan program kerja dan memilih kepengurusan baru periode 2024-2027, forum ini juga menjadi sarana mempererat solidaritas anggota IDI.
Ketua IDI Kutim dr Didit, menjelaskan bahwa Musyawarah IDI kali ini sekaligus dirangkai dengan Seminar Multidisciplinary Management Update in Stroke. Seminar ini menghadirkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, termasuk spesialis neurologi, rehabilitasi medis, gizi, dan keperawatan, untuk memberikan wawasan terkini tentang penanganan penyakit stroke secara holistik.

“Seminar ini dirancang untuk memberikan pendekatan komprehensif, mulai dari diagnosis hingga rehabilitasi pasien stroke. Diskusi interaktif dan studi kasus juga menjadi bagian menarik, memberi kesempatan kepada peserta untuk berbagi pengalaman serta memperdalam pengetahuan praktis,” ujar dr Didit.
Dia menambahkan, IDI Kutim berkomitmen menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks dengan semangat kebersamaan dan dedikasi.

Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Bahrani, yang hadir mewakili Bupati Kutim, menyoroti pentingnya transformasi layanan kesehatan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023. Ia menyebutkan enam pilar transformasi, yakni transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.
“Pasca-pandemi Covid-19, perhatian masyarakat cenderung bergeser dari penyakit menular seperti malaria dan demam berdarah ke penyakit tidak menular seperti kolesterol, diabetes, kanker, ginjal, jantung, dan stroke. Penyakit-penyakit ini dapat dicegah dengan deteksi dini menggunakan teknologi yang semakin maju,” kata dr Bahrani, yang juga dikenal hobi bermain catur.

Ia juga memaparkan konsep Integrasi Layanan Primer (ILP) yang fokus pada pelayanan kesehatan berbasis siklus hidup, mencakup Puskesmas, Posyandu, dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). ILP dirancang untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan mulai dari ibu hamil, anak-anak, remaja, hingga lansia.
“Tujuannya, memberikan akses pelayanan yang sesuai kebutuhan tiap tahapan kehidupan,” jelasnya.
Ketua Panitia dr Murni, mengungkapkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 155 anggota IDI Kutim, yang terdiri atas 40 dokter spesialis dan 115 dokter umum dari berbagai rumah sakit, klinik, dan Puskesmas di Kutim. Turut hadir pula peninjau dari IDI Kalimantan Timur (Kaltim).

Sebagai pembicara utama, Dr dr Rahmat Bachtiar menyampaikan materi tentang hubungan dokter-pasien dan etika kedokteran, sementara dr Zulmiyati membahas respons cepat terhadap kegawatan stroke akut.
“Selain memperbarui wawasan anggota, kami berharap kegiatan ini dapat memotivasi para dokter untuk terus berinovasi dalam memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat,” ujar dr Murni.
Melalui Musyawarah Cabang VII ini, IDI Kutim berharap mampu menjawab tantangan pelayanan kesehatan yang terus berkembang, memperkuat kolaborasi lintas sektor, dan memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesehatan masyarakat Kutim. (kopi4/kopi3)