Beranda Kutai Timur Dari Kandang Tertutup, Wabup Kutim Melihat Peluang Terbuka – Industri Telur Modern...

Dari Kandang Tertutup, Wabup Kutim Melihat Peluang Terbuka – Industri Telur Modern Berbasis Close House Menggiurkan

880 views
0

SIDENRENG RAPPANG — Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan protein hewani, khususnya telur ayam, kini menemukan jawabannya dalam sistem peternakan modern berbasis close house (kandang tertutup). Sistem ini, meski padat modal, menawarkan keuntungan jangka panjang yang lebih stabil dan risiko usaha yang lebih rendah dibandingkan metode konvensional.

Wakil Bupati Kutai Timur (Wabup Kutim) Mahyunadi, meyakini bahwa masa depan ketahanan pangan, terutama penyediaan telur, bertumpu pada sistem peternakan berteknologi ini. Hal itu ia sampaikan saat kunjungan kerjanya ke PT Cahaya Mario Grup di Desa Mario, Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (25/4/2025).

Dalam kunjungan itu, Mahyunadi didampingi sang istri, Masrati, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutim Dyah Ratnaningrum, serta Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Joni Abdi Setia. Rombongan ini ingin belajar langsung dari salah satu pelopor peternakan ayam petelur modern di Indonesia Timur.

Mahyunadi menjelaskan bahwa sistem close house memungkinkan kontrol suhu, kelembapan, pencahayaan, dan sirkulasi udara dilakukan secara otomatis dan terintegrasi. Hal ini menciptakan lingkungan ideal bagi ayam petelur untuk tumbuh sehat dan berproduksi optimal sepanjang tahun, tanpa banyak dipengaruhi perubahan musim.

“Sistem close house ini memang membutuhkan investasi besar. Tapi ini adalah investasi jangka panjang yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani (telur) di Kutim,” tegas Mahyunadi.

Tak hanya menargetkan pembangunan kandang modern, Kutim juga berencana menyiapkan sumber daya manusia sejak dini. Melalui kerja sama dengan PT Cahaya Mario Grup, pemerintah daerah akan mengirimkan peserta magang dari beberapa pondok pesantren di Kutim. Program ini akan berlangsung selama empat hingga enam bulan, membekali peserta dengan keterampilan teknis peternakan modern.

“Ke depan, kita akan mengirim anak-anak dari pondok pesantren di Kutim untuk magang di sini. Ini bukan hanya untuk meningkatkan kapasitas mereka, tapi juga untuk membangun kemandirian pangan daerah,” jelas Mahyunadi, yang dikenal memiliki hobi bernyanyi.

Sistem close house, lanjut Mahyunadi, tidak hanya mengutamakan produktivitas. Sistem ini juga meminimalkan paparan penyakit serta stres pada ayam, yang sering menjadi momok di peternakan konvensional. Dengan teknologi otomatis, ketergantungan pada tenaga kerja manual berkurang drastis, membuat biaya operasional lebih efisien dan prediktif.

Investasi pembangunan satu unit close house, mulai dari rancang bangun hingga operasional (belum termasuk pembelian bibit), diperkirakan mencapai Rp 7,5 hingga 10 miliar. Satu unit ini mampu menampung 32 ribu ekor ayam, dengan rata-rata produksi 12 ribu butir telur per hari. Lebih dari itu, limbah ternak berupa kotoran ayam juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Mahyunadi menggambarkan betapa menggiurkannya peluang tersebut.

“Kotorannya saja, yang dipanen dua tahun sekali, cukup untuk membeli satu unit mobil SUV seharga Rp 700-800 juta. Bayangkan saja,” ujarnya.

PT Cahaya Mario Grup, tempat Mahyunadi dan rombongan belajar, merupakan bukti hidup bagaimana tekad dan inovasi bisa mengubah skala bisnis secara drastis. Usman Appas, salah seorang putra dari pendiri perusahaan, Haji Appas Mala, menceritakan perjalanan panjang usaha keluarganya.

“Awalnya ayah saya, Almarhum H Appas Mala, memulai tahun 1993 hanya dengan 1.000 ekor ayam. Sekarang kami sudah memiliki 600 ribu ekor,” tutur Usman Appas.

Saat ini, PT Cahaya Mario Grup masih mengoperasikan kombinasi sistem open house dan close house, namun perlahan seluruh kandang akan dialihkan ke sistem modern. Dengan sistem close house, produktivitas telur meningkat signifikan, sementara tingkat kematian ayam bisa ditekan hingga di bawah 3 persen.

Tak puas hanya menjadi produsen telur, Cahaya Mario Grup juga mengembangkan usaha terintegrasi. Mereka mendirikan poultry shop yang menyediakan pakan dan obat ternak, membangun pabrik rak telur (eggtray), hingga pengering jagung (corndryer). Pilar terkuat dari integrasi tersebut adalah pendirian pabrik pakan ternak (feed mill). Dengan memanfaatkan hasil pertanian lokal Sidenreng Rappang dan sekitarnya, pabrik ini mampu menekan biaya produksi peternak binaan dan memperkuat ketahanan pakan mandiri.

Dalam menjalankan usahanya, Usman menekankan pentingnya etos bisnis berbasis kejujuran, disiplin, fokus, serta rendah hati. Ia membuka lebar-lebar pintu perusahaan bagi siapa pun yang ingin belajar.

“Kami memegang prinsip pelayanan, kejujuran, kedisiplinan, fokus, dan jangan cepat puas. Kami siap berbagi ilmu kepada siapa pun. Prinsip kami, semakin banyak memberi, semakin banyak berkah,” pungkas Usman. (kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini