Beranda Kutai Timur Keragaman Potensi Alam Huliwa, Potensi Petualangan Wisata Minat Khusus

Keragaman Potensi Alam Huliwa, Potensi Petualangan Wisata Minat Khusus

281 views
0

Tim Ekspedisi A Magic Land of East Kutai DPC HPI Kutim saat berada di Huliwa. Sejumlah potensi flora dan fauna hingga keanekaragaman hayati alamnya bisa ditemui di Huliwa. Foto: Irfan/Pro Kutim

MUARA WAHAU – Tim Ekspedisi 99 Hari A Magic Land of East Kutai DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kutai Timur (Kutim) baru saja kembali melanjutkan perjalanan mengeksplor wisata alam di Hutan Lindung Wehea (Huliwa) di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau. Rombongan ekspedisi dipimpin langsung oleh Ketua DPC HPI Kutim Askhar Muzakkar bersama tiga anggota.

Tim ini berpetualang sejak Kamis (5/1/2023) hingga Jumat (6/1/2023) lalu. Hasilnya terdokumentasi cantik dalam bentuk foto dan video dokumenter. Sejumlah catatan penting lahir dari petualangan di jantung pedalaman satu-satunya hutan belantara yang pengelolaannya di bawah pengawasan Lembaga Adat Wehea (LAW).

Dalam melancarkan kegiatan eksplorasi ini, tim ekspedisi turut melibatkan Yuliana Wetuq, yakni perempuan Dayak Wehea yang bertugas sebagai koordinator Huliwa. Ia pun mengabdikan waktunya untuk menjaga Huliwa. Mulai dari patroli hutan, edukasi (pendidikan) alam hutan hingga mengurus LAW.

Dalam kesempatan itu, Yuliana menyambut hangat kedatangan tim ekspedisi di Camp Riset Huliwa. Sebelum mengeksplorasi Huliwa, tim ekspedisi menyempatkan berbincang santai dengan Yuliana yang turut didampingi adiknya Emil sebagai tokoh pemuda-pemudi berkontribusi menjaga Huliwa. Mengisahkan sejumlah sejarah singkat adanya Huliwa, hingga potensi tersembunyi. Semua kisah itu dibeberkan secara gamblang oleh Yuliana.

Menurutnya, Huliwa memiliki luas 38.000 hektare, membentang dari Kutim. Sebagian kecil, seluas 9.000 hektare, masuk dalam wilayah administrasi Berau. Namun dalam perjalanannya Huliwa tak selalu aman. Periode 1980-an, Huliwa merupakan area dengan izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH), sehingga pohon pun bebas dipanen dan ditebang. Penebangan liar dan perburuan satwa turut memperparah kondisi. Ditambah lagi dengan adanya pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Melihat keterpurukan alam yang dibabat, jiwa kritis Yuli pun tersulut. Ia belajar mencintai hutan dari sang ayah yang juga Kepala LAW Ledjie Taq, memastikan perlindungan terhadap Huliwa.

“Nah, saat perusahaan HPH hengkang pada tahun 2000, masyarakat adat berinisiatif mengadakan ritual dan menjadikan hutan itu sebagai ‘hutan lindung’, jadilah Huliwa,” jelasnya.

Selanjutnya, LAW menyusun draf aturan adat agar tidak ada penebangan pohon dan perburuan satwa di dalam hutan. Jika dilanggar, akan dikenakan denda adat sesuai tingkat pelanggaran. Intinya masyarakat adat sepakat menjaga hutan. Masyarakat mengambil seadanya untuk ritual adat. Seperti rotan, bambu, dan obat-obatan.

“Jika berburu untuk pangan pun dibatasi dan harus mendapatkan izin terlebih dulu,” urainya.

Kemudian, Huliwa pun mulai menapakkan diri sebagai salah satu destinasi wisata alam minat khusus dengan sensasi petualangan alam di tengah hutan belantara. Selain itu juga sebagai tempat penelitian flora dan fauna. Awalnya di 2023, Huliwa disurvei oleh Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul) bekerja sama dengan The Nature Conservancy (TNC). Dalam perjalanannya di 2024, Huliwa sudah memberikan hutan sebagai tujuan khusus untuk penelitian dari ilmuwan luar negeri yang menemukan sarang orangutan. Hingga pada 2025, untuk menambah ikon Huliwa dipasanglah sepasang patung yang berasal dari nenek moyang Dayak Wehea.

“Dan pada 5 November 2005 menjadi hari bersejarah buat masyarakat adat Dayak Wehea. Kami pun mendirikan patung leluhur Jod Blie (laki-laki) dan Hong Ngah (perempuan) di dalam hutan yang disertai dengan ritual kepercayaan. Masyarakat memanggil arwah nenek moyang untuk memohon perlindungan hutan. Jadi Jod Blie dan Hong Ngah, kami percaya sebagai orang pertama yang tinggal di dalam hutan, dan mereka adalah penjaga hutan itu,” kata Yuli.

Lambat laun eksotisme Huliwa semakin terdengar ke telinga wisatawan lokal maupun asing hingga tertarik berkunjung. Di 2005, Huliwa ini pun sudah dibuka secara umum, namun perizinan masuknya tetap berkoordinasi dengan pengelola LAW.

“Di 2014 hingga 2017, Huliwa pun sudah mulai ramai dikunjungi. Ada sekitar 151 orang luar negeri datang. Mereka ada yang berlibur menikmati alam Huliwa hingga melakukan kajian penelitian. Namun, adanya pandemi COVID-19, sejak 2020 hingga 2022 terpaksa Huliwa sepi pengunjung. Namun kini pandemi sudah hilang dan kini Huliwa kembali dibuka,” tegasnya.

Lebih jauh, diterangkan Yuli, potensi alam yang ada di Huliwa sangat beraneka ragam. Mulai dari berbagai aneka flora baik jenis pohon, anggrek, jamur maupun rotan yang cukup tinggi. Sementara untuk kekayaan fauna cukup tinggi, terutama primata (orangutan), mamalia dan burung (enggang). Sementara untuk lainnya, para petualang minat khusus juga bisa melihat langsung kolam besar yang tanahnya berwarna merah dan airnya sangat jernih dinamakan red borneo. Jalur boy, jalur 600, jalur eko wisata terdapat pohon besar sepeti meranti dan lainnya, jalur met, jalur pendidikan, jalur bin dan jalur air terjun kelelawar.

Menurut Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman, ribuan keanekaragaman flora dan fauna yang ada di dalam hutan lindung Wehea, sebenarnya masih belum banyak diketahui secara luas oleh masyarakat, dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga pemerintah perlu mengekspos dan mengeksplorasi potensi alam yang ada agar bisa lebih dikenal terutama di dunia internasional.

Sementara itu, Ketua DPC HPI Kutim Askar Muzakkar menegaskan bahwa Huliwa menjadi bagian salah satu destinasi yang wajib dieksplor tim ekspedisi. Karena memang Huliwa menjadi destinasi andalan di Kecamatan Muara Wahau.

“Kami ingin terjun langsung ke suasana belantara Huliwa untuk melihat langsung apa-apa saja potensi alam yang ada di Huliwa. Hal ini juga sesuai dengan arahan Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, Pemkab Kutim sangat terbuka bagi siapa saja bagi pelaku insan pariwisata mengekspos dan dan mengeksplor Huliwa agar bisa lebih dikenal terutama di dunia internasional. Karena sebenarnya masih belum banyak diketahui secara luas oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri, bahwa di Huliwa ada ribuan keanekaragaman flora dan fauna. Ini menjadi kontribusi karya kami untuk Kutim dalam Ekspedisi A Magic Land of East Kutai DPC HPI Kutim,” ujarnya. (kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini