Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman menghadiri pengukuhan bunda literasi. Foto: Yuni/Pro Kutim
SANGATTA – Pengukuhan bunda literasi Kutim, sekaligus sosialisasi budaya baca dan literasi bagi pengurus Pokja II Tim Penggerak (TP) PKK se-Kutim turut dihadiri Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, Kamis (16/2/2023). Pada gelaran TP PKK Kutim bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) di Gedung PKK Kutim ini Ardiansyah Sulaiman mengukuhkan Siti Robiah sebagai bunda literasi Kutim.
Pengukuhan Bunda Literasi serta sosialisasi budaya baca dan literasi ini turut dihadiri Kepala Dispusip Kutim Ayub, Kepala DPMDes Yuriansyah, perwakilan OPD terkait dan para pengurus PKK kecamatan. Setelah dikukuhkan, Bunda Literasi Kutim Siti Robiah mengatakan bahwa TP PKK merupakan ujung tombak bagi daerah masing-masing.

“Terima kasih kepada Dispusip Kutim karena sudah bekerja sama selama ini, sehingga terealisasinya pengukuhan dan sosialisasi budaya baca dan literasi,” ungkapnya.
Berawal dari kegiatan Pokja II berkenaan masalah literasi menjadi latar belakang dilaksanakan kegiatan dimaksud. Menurutnya kegiatan ini merupakan pengefektifan biaya dan waktu.
“Maka tercetuslah kegiatan ini,” katanya kembali menegaskan.
Dalam menghidupkan literasi, tambahnya, tentunya tidak dapat bergerak sendiri. Upaya tersebut memerlukan dukungan banyak pihak.
“Saya perlu dukungan, (sebab) saya tidak mau hanya menjadi ikon. Saya perlu dukungan Ketua TP PKK kecamatan dan desa. Tujuannya untuk meningkatkan literasi baca,” bebernya.

Kemudian, Siti Robiah meminta seluruh warga agar tak hanya memaknai literasi sebgai kegiatan membaca dan menulis, tapi lebih dari itu. Mengembangkan makna dibalik setiap apa yang dibaca dan ditulis.
Sementara itu, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman mengharapkan semuanya dapat memahami literasi. Dengan begitu masyarakat mampu memberikan manfaat dari literasi.
“Saya memaknai literasi adalah pola hidup seseorang, tentang bagaimana seseorang bisa jadi agent of change atau seseorang jadi agen perubahan bagi dirinya sendiri,” ulasnya.
Berikutnya, upaya positif tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi seluruh masyarakat di rumah. Contohnya saja penggiat literasi yakni Ibu Nurul di rumahnya penuh botol air mineral, semuanya disimpan hingga buku disimpan yang akhirnya dibuat ide, bahan tersebut dijadikan meja kursi karena ada manfaatnya.
“Hal serupa, saya juga sama di rumah jabatan tidak dibuang-buang sampah botolnya maupun plastiknya kecuali diambil orang yang memang memanfaatkannya,” jelasnya.
Untuk itu, semua pihak harus menyosialisasikan gerakan literasi ini. Sedikit bercerita, Ardiansyah mengatakan pernah membaca running teks di TV bahwa nanti pemerintah tidak membolehkan ada lagi tempat pembuangan akhir (TPA). Jadi maknanya tidak ada sesuatu yang dibuang alias semuanya bisa dimanfaatkan.
Tak lupa ia mengucapkan selamat kepada Siti Robiah karena sudah menjadi bunda literasi. Gelar yang disematkan merupakan amanah sekaligus beban. Karena akan hadir banyak hal yang harus diperhatikan. Untuk kemudian disampaikan ke masyarakat.
“Banyak sekali yang harus diselesaikan berkenaan dengan kegiatan-kegiatan. Terus semangat mengangkat literasi Kutim,” pintanya. (kopi9/kopi13/kopi3)