Beranda Kutai Timur Cap Jempol Stop Stunting Diapresiasi LAN, Kolaborasikan Seluruh SDM

Cap Jempol Stop Stunting Diapresiasi LAN, Kolaborasikan Seluruh SDM

101 views
0

LAN memberikan penilaian kinerja TPPS Kutim. Foto: Humas DPPKB Kutim

SANGATTA – Kunjungan kerja lapangan “Cap Jempol Stop Stunting” yang digagas Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutim, Achmad Junaidi B, mendapat apresiasi dari Pusat Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Aparatur Lembaga Administrasi Negara (Puslatbang KDOD LAN). Program kolaboratif ini dinilai layak menjadi model bagi daerah lain dalam penanganan stunting.

Fajar Iswahyudi, Widyaiswara Madya di Puslatbang KDOD LAN, yang turut menyaksikan langsung pelaksanaan program di Kecamatan Sangatta Utara, Kamis (13/2/2025), menyebut Kutim patut “diacungi jempol”.

“Ada dua hal yang bisa dipelajari dan dicontoh daerah lain dari inovasi ini,” ujarnya saat diwawancarai insan pers usai pemaparan data keluarga berisiko stunting di BPU Desa Sangatta Utara.

Pertama, kata Fajar, “Cap Jempol Stop Stunting” berhasil mengkolaborasikan seluruh sumber daya secara kolaboratif. Achmad Junaidi, yang juga Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, dinilai mampu menyatukan perangkat daerah, dunia usaha, hingga lembaga seperti BAZNAS untuk bersama-selesaikan masalah stunting.

“Ini praktik baik yang sudah terbukti hasilnya. Saya optimis jika terus dilaksanakan, dampaknya akan maksimal,” tegasnya.

Kedua, program ini mengusung paradigma “jemput bola” dalam pelayanan publik. Pemerintah tidak menunggu masyarakat datang, tetapi aktif turun ke lapangan untuk memahami akar masalah.

“Ini bukan sekadar pendekatan fisik, tapi substansial. Seperti di Dusun Kenyamukan, Sangatta Utara, kami temukan persoalan kompleks mulai dari sanitasi, mata pencaharian, hingga kondisi rumah warga,” papar Fajar.

Apresiasi LAN terhadap inovasi ini diharapkan memacu daerah lain untuk meniru model kolaborasi multipihak ini.

“Stunting bukan hanya urusan kesehatan, tapi juga komitmen bersama membangun masa depan generasi,” pungkas Fajar.

Sedangkan Achmad Junaidi menjelaskan, Cap Jempol Stop Stunting yang telah menjangkau 13 dari 18 kecamatan di Kutim ini fokus pada pendataan akurat dan intervensi berbasis kebutuhan spesifik lokasi.

“Di Kenyamukan, misalnya, kami tidak hanya memberi pemberian makan tambahan (PMT) , tapi juga memperbaiki akses air bersih melalui PDAM. Ini esensi dari cap jempol komitmen menyentuh masalah hingga tuntas,” tegasnya.

Keberhasilan kolaborasi ini, menurut Junaidi, tak lepas dari dukungan seluruh pihak, termasuk BAZNAS Kutim yang berkontribusi melalui program rehabilitasi rumah dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) syar’i. Hingga Februari 2025, TPPS Kutim menargetkan intervensi merata di semua kecamatan, dengan upaya serupa di setiap lokasi.(kopi13/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini