Beranda Kutai Timur Kaltim dan Kutim Perkuat Ekonomi Sirkular dan Edukasi Lingkungan Lewat Forum Bank...

Kaltim dan Kutim Perkuat Ekonomi Sirkular dan Edukasi Lingkungan Lewat Forum Bank Sampah

131 views
0

SANGATTA – Di ruang Meranti, Sekretariat Kabupaten Kutai Timur (Setkab Kutim) suara-suara perubahan menggema. Selasa pagi (27/5/2025), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) bersama DLH Kutai Timur (Kutim) menggelar Pertemuan Forum Komunikasi Bank Sampah se-Kaltim 2025. Acara ini tidak sekadar seremoni, karena menjadi titik temu antara harapan akan bumi yang bersih dan langkah-langkah nyata menuju sistem persampahan yang berkelanjutan.

Forum ini mempertemukan penggerak bank sampah dari berbagai kabupaten/kota di Kaltim, pemangku kebijakan, pelaku usaha daur ulang, hingga inovator digital yang selama ini bekerja senyap di balik perubahan pola pikir masyarakat terhadap sampah. Bagi mereka, sampah bukan lagi musuh, melainkan sumber daya.

“Forum ini menjadi ruang koordinasi dan inovasi dalam mendorong pengelolaan sampah yang tak hanya mengurangi dampak negatif, tapi juga memanfaatkan sampah sebagai sumber daya ekonomi dan bahan baku daur ulang,” ujar Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kaltim Rina Juliati.

Rina menegaskan, Forum Komunikasi Bank Sampah merupakan media strategis lintas sektor yang didesain untuk menjawab target ambisius Kaltim Bersih Sampah 2025. Kuncinya, sistem pengelolaan dari hulu ke hilir yang terintegrasi, ramah lingkungan, dan berorientasi pada ekonomi masyarakat.

Dari level paling dasar, bank sampah bekerja bukan semata soal logistik sampah, melainkan edukasi. Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kutim Sugio, menyebutkan bahwa bank sampah telah mengubah budaya masyarakat dalam memandang sampah.

“Dengan sistem tabungan sampah, masyarakat termotivasi memilah dan menyetorkan sampah, bukan membuang sembarangan. Kesadaran itu tumbuh dari rumah, dari dapur, dari anak-anak yang melihat orang tuanya menabung plastik dan kardus, bukan sekadar membuang,” kata Sugio.

Menurutnya, kehadiran bank sampah juga membantu mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah anorganik seperti plastik, kertas, logam, dikumpulkan dan disalurkan ke mitra daur ulang. Proses ini menciptakan mata rantai ekonomi sirkular yang hidup dari barang sisa, sekaligus menumbuhkan industri kreatif berbasis daur ulang.

“Dampaknya konkret. Penghasilan tambahan bagi masyarakat, beban pengangkutan dan pengolahan akhir oleh pemerintah jadi lebih ringan, dan yang paling penting, lingkungan tidak lagi menanggung residu berlebih,” tambah Sugio.

Sesi forum kali ini menampilkan tokoh-tokoh yang selama ini menjadi pionir dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Muhammad Nur Hidayat, Direktur Bank Sampah Unit Mandiri Cilacap, hadir membagikan pengalaman membangun bank sampah dengan manajemen yang profesional dan mandiri.

Sementara itu, Wahyudi Anggoro dari KUPS Waste Management menceritakan pengalamannya membangun kawasan tanpa TPA.

“Kami membuktikan bahwa jika ekosistem bank sampah kuat, kawasan bisa hidup tanpa bergantung pada TPA,” ujarnya.

Tak ketinggalan, Agy selaku CEO Duitin, memperkenalkan platform digital pengumpulan sampah yang menghubungkan masyarakat langsung ke jaringan daur ulang. Dengan aplikasi ini, warga bisa menukar sampah dengan uang tunai atau produk, cukup dari ponsel mereka.

Forum ini juga menjadi ajang evaluasi dan penyusunan rencana kerja Forum Komunikasi Bank Sampah Kaltim untuk 2026.

Ketua Forum Sumadi Buton, menyampaikan bahwa kolaborasi lintas sektor akan terus diperkuat agar target-target pengurangan sampah dan peningkatan peran masyarakat bisa tercapai secara terukur.

Forum Komunikasi Bank Sampah Kaltim sendiri dibentuk pada 9 Juni 2021 oleh Wakil Gubernur Kaltim saat itu Hadi Mulyadi, di Balikpapan. Ia menjadi wadah bersama bagi para penggerak perubahan di sektor lingkungan. Visi utamanya adalah membangun ekosistem persampahan yang kolaboratif, inklusif, dan berkelanjutan.

Kini, empat tahun berjalan, jejaknya mulai terlihat. Banyak daerah yang menunjukkan penurunan volume sampah ke TPA, meningkatnya kesadaran warga dalam memilah, serta lahirnya pelaku usaha baru di bidang daur ulang.

Dengan forum 2025 ini, DLH Kaltim dan Kutim ingin memastikan bahwa inisiatif baik ini tidak berhenti sebagai wacana, melainkan menjelma menjadi sistem yang kuat dan terintegrasi. Sebuah langkah konkret menuju Kaltim yang bersih, sehat, dan lestari.

“Kalau sampah saja bisa dikelola dengan baik dan menghasilkan nilai tambah, bukankah itu berarti kita sedang membangun peradaban yang menghargai kehidupan?,” tutur seorang peserta forum.

Sebuah pertanyaan retoris yang barangkali bisa menjawab keresahan banyak kota di Indonesia, bahwa solusi atas gunungan sampah bisa dimulai dari secarik plastik yang tak dibuang sembarangan, melainkan disetorkan dengan penuh kesadaran. Di sebuah bank. Bank yang menyimpan harapan. (kopi4/kopi3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini